Sentimen
Informasi Tambahan
Hewan: Ayam, Kambing
Kab/Kota: bandung, Cirebon, Batang, Pekalongan, Tegal
Cerita Sopir Travel Asal Bandung Belajar Budidaya Anggur dari YouTube Sampai Jadi Tambahan Penghasilan Bandung 14 Agustus 2024
Kompas.com
Jenis Media: Regional
Cerita Sopir Travel Asal Bandung Belajar Budidaya Anggur dari YouTube Sampai Jadi Tambahan Penghasilan Tim Redaksi BANDUNG, KOMPAS.com - Kegigihan Himawan Lestoro (48) tak bisa dianggap sepele. Hanya melihat dari YouTube dan media sosial TikTok , pria yang karib disapa Abeh itu mampu membudidayakan pohon buah anggur berbagai jenis. Abeh hanya butuh waktu 11 bulan untuk bisa mengembangkan bibit pohon buah anggur jenis lokal atau impor. Tanah seluas 9x9 meter persegi atau kurang lebih 91 meter di Kampung Pasir Calung, Desa Panyirapan, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung , Jawa Barat, disulapnya menjadi sebuah lokasi budidaya bibit pohon anggur. Tempat itu, Abeh menamainya Soreang Grape Garden. "Iya otodidak, saya tidak ada guru. Basic dari pertanian atau apa, basic saya mah nyupiran. Saya belajar dari online dari internet. Walaupun banyak yang saya datengin tapi saya mencoba untuk semua dari online , belum induk dari mana-mana. Di Bandung memang banyak komunitas anggur tapi saya belum merapat ke sana, mantepin dulu saya, baru ke sana," ujar Abeh saat diditemui di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (14/8/2024). Abeh mengaku tak memiliki kemampuan bertani atau bercocok tanam. Bahkan hingga saat ini dia masih bekerja sebagai seorang sopir salah satu perusahaan Travel Bandung-Pekalongan. Memulai sejak September 2023, Abeh menceritakan ketertarikannya membudidayakan bibit pohon anggur. Selain untuk menambah pemasukan, dia mengaku media untuk bercocok tanam pohon buah anggur tidak terlalu sulit. Rata-rata media untuk menanam pohon anggur tergolong mudah didapat. Bahkan, bisa dibilang sampah. Mulai dari pot yang berbahan galon bekas, pupuk organik berbahan kotoran kambing, sekam bakar dan sekam lapuk yang rata-rata berbahan limbah. Harga satu batang bibit pohon anggur lokal, ia dapatkan hanya dengan harga Rp 2.000 per batang. "Yang saya pikirkan itu bibit anggur kok sampe setahun bisa sampai jutaan. Orang lain bisa, kenapa saya engga. Itu yang awalnya, kenapa saya engga coba. Meskipun saya tidak punya ilmunya, tapi dengan adanya media ini kita manfaatkan ilmunya kita apa kita pelajari. Saya coba dan rupanya saya berhasil," ujar Abeh. "Yang saya rasa, bahan untuk menanam pohon anggur terbilang cukup mudah didapatkan di Kabupaten Bandung, dan ini mudah, saya memanfaatkan lahan yang ada. Jadi kalau yang berminat ga usah lawan luas, tapi dengan pot juga tumbuhan buah bisa tumbuhkan anggur di dalam pot," lanjut dia. Membudidayakan pohon anggur tidaklah mudah, dalam waktu 11 bulan, Abeh sudah berkali-kali mengalami gagal saat proses perawatan. Dibutuhkan kesabaran serta ketelitian dalam merawat pohon anggur yang notabene sulit dikembangkan di tanah Indonesia yang memiliki iklim tropis. Meski begitu di tangan Abeh, lahan bekas peninggalan orangtuanya itu berhasil disulap menjadi laboratorium bibit tanaman anggur. Tak tanggung-tanggung sebanyak 800 pelbagai jenis bibit anggur ditanam di Soreang Grape Garden. Mulai dari jenis ninel, ada trafigruasi, ada ghost fee, ada silver Rusia, dan lainnya. "Saya sendiri lebih dari 100 beli, cuma tidak semua berhasil. Jadi kemungkinan ada 50 jenis. Kurang lebih," ungkap dia. Upaya mengenalkan budidaya menanam pohon anggur tidak hanya dinikmati sendiri. Abeh mengatakan, pengalaman yang didapatkannya dari YouTube atau TikTok, kerap dibagikannya melalui media sosial. "Ya saya juga sering Live di TikTok, gak jauh pembahasannya soal bagaimana menanam anggur tapi suka salah persepsi, banyak yang menyangka saya jualan buahnya," tutur dia. Abeh menegaskan, buah di Soreang Grape Garden tidak dijual, buah anggur tersebut hanya sebatas etalase. Namun, bagi para pengunjung yang ingin datang langsung ke lokasi, dia tak segan meminta pelanggannya memetik dan mencicipi langsung buah anggur yang ditanamnya. "Untuk di sini saya tidak jual. Di sini saya cuma buat etalase, buat icip-icip pengunjung ke sini. Kalau tertarik beli bibitnya, kalau mau silakan, mau tidak juga silahkan untuk wisata icip-icip seadanya di sini," jelas Abeh. Abeh menjual bibit pohon anggur seharga Rp 50.000 untuk ukuran 50 centimeter. Sejauh ini, bibit pohon anggur hasil buah tangan Abeh berhasil dijual ke beberapa daerah di Pulau Jawa, seperti Pekalongan, Cirebon, dan Tegal. Namun konsumen yang kerap berinteraksi dan sering membeli baru di wilayah Soreang. "Kalau harga mulai dari Rp 50.000 per centimeter, itung saja 1 meter berarti Rp 100.000, 2 meter berarti Rp 200.000. Lalu yang berbuah itu biasanya ada di 5 meter dengan cabang yang banyak hingga sampai Rp 2 juta," ujarnya. Abeh menjelaskan, jika pohon anggur membutuhkan banyak sinar matahari. Dia menyebut, anggur sebetulnya tidak menyukai terkena guyuran hujan. Begitu, terkena hujan, kata dia, dipastikan tanaman anggur bakal terkena serangan jamur. "Alangkah baiknya full dari pagi sampai sore kena matahari. Suka dari panas matahari tapi tidak suka hujan. Begitu kena hujan ini gampang sekali kena jamur. Kalau udh kena jamur, ngobatinnya sulit. Jadi sebisa mungkin perlu dinaungi pelastik transparan. Jadi harus terus kena sinar matahari," ujarnya. Kendati di Indonesia memiliki iklim yang tropis, Abeh mengungkapkan di Indonesia pelbagai jenis amggur lokal juga sudah ada. Seperti, jenis Apolsof dari Bali, Red Master atau Isabela. Dari sisi rasa pun, kata Abeh, berbeda dengan anggur impor, anggur lokal lebih kecil dan memiliki rasa asem. "Kalau yang besar itu istilahnya table grape atau anggur meja. Ini anggur buat wine," kata dia. Untuk menghasilkan anggur dengan kualitas impor, perlu ada proses penyambungan batang pohon anggur lokal dengan batang impor. Di bagian batang lokal, lebih dulu dipangkas sedikit kemudian disambung batang pohon anggur impor. "Ini cuma sisip belah tengah, disambung terus tumbuh, nah ini yang kita hasilkan anggur impor dengan akar yang lokal. Akar lokal ini punya ketahanan yang bagus di Indonesia, dari pada anggur impor yang langsung ditanam," bebernya. Selain itu, pupuk yang digunakan untuk menanam pohon anggur pun tidak sulit untuk didapatkan. Pohon anggur, sambung Abeh, lebih bagus menggunakan pupuk organik yang dicampur sekam bakar, sekam heleran, atau sekam lapuk. Kemudian dicampurkan pupuk organik dari kotoran kambing. Menurutnya, pupuk organik dari kotoran ayam hanya baik untuk pertumbuhan saja. Selama 11 bulan membudidayakan pohon anggur, Abeh mengaku bukan tanpa kendala. Salah satu kendala yang paling krusial ada plastik pelindung pohon anggur dari hujan. Pasalnya, plalstik cor yang kerap digunakan untuk menghalangi tanaman anggur hanya bertahan hingga 3 bulan saja. Dibutuhkan plastik impor yang memiliki kadar ultra violet yang memiliki ketahanan 3 sampai 4 tahun. Selain itu, selama mempelajari pohon anggur, dia kerap gagal panen. Namun dari gagal panen itu, dia menemukan banyak ilmu salah satunya pohon anggur yang mengalami overclaster . "Kalau gagal panen saya baru nemu satu kasus, ini overclaster kebanyakan buah, diprediksi ini akan mati pohonnya. Karena buahnya terlalu banyak, pohon belum satu tahun kita paksa berbuah dan terlalu banyak," ucap dia. Saat ini, Abeh mengaku ingin membangun kampung anggur di wilayah Soreang. Dia berharap warga sekitar Soreang Bandung, bisa menyerap ilmu pengetahuan dari apa yang didapatkannya, serta membangun ekosistem penjualan anggur. "Yang saya harapkan dengan adanya warga sekitar, kita coba tanam di sini, kita coba edukasi, kita sambung sama kaya saya sering tonton di Jawa Timur sudah satu kampung, bikin ini semua, jadi di sini ada divisi penjualan khusus." "Jadi saya berikan edukasi kepada para petani sini, kita coba tanam lokalnya jadi lokalnya saya beli, karena lokalnya ini di kilo batangnya, jadi saya tidak harus beli ke Bali atau ke Jawa Timur. Kaya Kampung anggur lah,"pungkasnya. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: positif (50%)