Sentimen
Positif (98%)
7 Agu 2024 : 21.02
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Tangerang

Tantangan Sistemik dan Peluang Inovasi dalam Farmasi dan Stem Cell di Indonesia

7 Agu 2024 : 21.02 Views 5

Beritasatu.com Beritasatu.com Jenis Media: Nasional

Jakarta, Beritasatu.com - Kepala Subintalasi Produksi dan Pelayanan Instalasi Teknologi Kedokteran Sel Punca (Stem Cell) RSCM Isabella Kurnia Liem menyatakan harga obat-obatan di Indonesia sebenarnya bisa tidak mahal. Namun, terdapat faktor sistemik yang membuatnya menjadi mahal.

Hal tersebut dibahas dalam diskusi focus group discussion (FGD) bersama dengan penyediaan farmasi di Indonesia dan B-Universe, yang diselenggarakan di HQ B-Universe, Tangerang, Banten, Rabu (7/8/2024).

“Iya jadi pada saat waktu FGD kita memang membahas secara komprehensif, bagaimana kerja sama di antara penyedia farmasi di Indonesia. Mengapa kok harga obat mahal? Apakah mungkin membuatnya menjadi tidak mahal? Apakah ada sistem lain yang membuatnya menjadi mahal padahal seharusnya tidak mahal,” kata Isabella.

Isabella menggarisbawahi bahwa masih terdapat ketergantungan kepada bahan baku impor untuk produk farmasi di Indonesia. Meskipun demikian, ada upaya yang signifikan untuk memperkuat sektor farmasi domestik, yang dianggap sebagai langkah positif.

“Selanjutnya ada juga tadi disampaikan bahwa ada yang bahan bahan baku masih impor. Namun, kalau saya melihat secara keseluruhan, di Indonesia itu sudah bagus. Bagusnya apa? Kita terus memperkuat produk dalam negeri,” imbuhnya.

Salah satu inovasi yang dilakukan pihaknya dalam bidang stem cell atau sel punca di Indonesia menurutnya sudah mendapat banyak dukungan. Namun, tantangan utama terletak pada sistem kerja sama dan pendanaan yang masih perlu diperbaiki.

“Saya tidak bisa berbicara mengenai yang lain karena saya mengerti tentang stem cell. Dukungan untuk stem cell itu sebetulnya sudah banyak. Bahkan dari pendanaan mulai dari biaya riset, kemudian dukungan dari BPOM, dukungan dari institusi, akademisi, pendidikan, juga rumah sakit. Tinggal bagaimana kerja samanya,” ujarnya.

Isabella menguangkap peneliti seringkali harus mengejar pendanaan dan malah terjebak urusan administrasi. Hal tersebut mengurangi fokus pada sisi pengembangan. Menurutnya, apabila sistem pendanaan dan kerja sama diperbaiki, Indonesia dapat menjadi pemimpin dalam inovasi stem cell karena dukungan yang ada sebenarnya sudah cukup baik.

“Kerja sama dan sistemnya itu yang perlu diperbaiki juga pendanaan. Bagaimana dalam pengembangan ini bisa mendapatkan pendanaan yang bagus sehingga tidak seperti sekarang kejar-kejaran. Para peneliti seperti kami itu sibuk dengan sistem administrasi sehingga tidak fokus di dalam pengembangan,” pungkasnya.

Sentimen: positif (98.8%)