Sentimen
Negatif (96%)
3 Agu 2024 : 08.59
Informasi Tambahan

Hewan: Ayam

Kab/Kota: Tanah Abang

Kasus: covid-19

Pasar Tanah Abang Blok G Riwayat Mu Kini, Sepi dan Tak Kunjung Direvitalisasi Megapolitan 3 Agustus 2024

3 Agu 2024 : 08.59 Views 2

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Metropolitan

Pasar Tanah Abang Blok G Riwayat Mu Kini, Sepi dan Tak Kunjung Direvitalisasi Tim Redaksi JAKARTA, KOMPAS.com - Pasar Tanah Abang Blok G terus ditinggalkan pembeli maupun pedagang yang dulu menyewa kios di dalamnya. Saat ini, bagian dalam pasar sudah hampir kosong. Hanya beberapa yang masih memilih untuk bertahan. Bagian depan pasar diisi toko-toko baju dan seragam yang tadinya ada di dalam maupun di lantai atas. Pedagang pindah ke bagian terluar pasar karena tempat lama mereka sudah jarang dilewati. Sementara di bagian tengah pasar masih terdapat sejumlah pedagang sayur dan bumbu-bumbu dapur. Kantin pun masih buka meski tidak semua lapak menyalakan kompornya lagi. Pedagang mengeluhkan omzet harian mereka yang turun drastis semenjak bagian belakang pasar dirobohkan separuh. Saat itu, proyek revitalisasi pasar Blok G baru saja dilaksanakan. Tapi, setelah sebagian bangunan beserta pondasi tangga roboh, proyek ini terhenti karena pandemi Covid-19 yang melanda dunia. "Dulu ramai. Ini hidup semua sampai ke lantai atas. Sekarang enggak ada, tutup. Sekarang cuma lantai satu sama bawah (yang buka), jual daging ayam, yang basah-basah lah," ujar Andi, salah satu pedagang saat ditemui di Pasar Tanah Abang Blok G , Jakarta Pusat, Senin (29/7/2024). Jika dibandingkan dengan sebelum tahun 2019, omzetnya saat ini merosot drastis, bahkan anjlok antara 70 hingga 80 persen. Dulu, per hari kios Andi bisa menghasilkan keuntungan hingga Rp 1.000.000. Namun, akhir-akhir ini untuk mengantongi Rp 100.000 saja sulit. Dengan kondisi Blok G yang masuk kawasan bisnis Tanah Abang, tidak ada perkampungan atau permukiman yang berada di sekitar pasar Blok G, rupanya semakin menyulitkan pedagang. Apalagi bagi mereka yang jual sembako. Andi mengaku beruntung toko bumbu dan kelontongnya masih didatangi pembeli karena dia sudah punya banyak pelanggan. Mereka, kata dia, kebanyakan pengusaha rumah makan yang juga buka warung nasi di kawasan Tanah Abang. Kondisi pasar yang sepi pembeli juga dikeluhkan oleh Asih (57), seorang pedagang makanan di kantin dalam Blok G. Saat ditemui, Asih sedang asyik duduk-duduk di meja depan kiosnya. Padahal, waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 WIB. Namun, ibu berkerudung ini hanya duduk-duduk, melihat sekeliling kantin yang sepi. Warung Asih kini hanya menyajikan kopi dan mi instan. Dia tak lagi mengisi makanan di etalase warung nasinya. "Tadinya (buka) itu (warung nasi). Tapi, enggak ada orang masuk makan, buang-buang modal saya saja (kalau masak)," ujar Asih. Dulu, Asih menyediakan paket nasi uduk dan nasi makan siang Rp 10.000. Tapi, menu ini sekarang dia jajakan saat pagi hari saja. Setiap harinya, Asih berkeliling di sekitar Pasar Tanah Abang untuk menjajakan paket nasi dan gorengannya menggunakan kotak plastik tenteng. Meski laku sampai 10 kotak tenteng per hari, Asih mengaku hanya untung Rp 100.000. Tapi, semua ini masih dia lakukan di usianya yang sudah terbilang senja. "Repot dagang begini. Ini saya bertahan saja. Anak-anak sudah pada kerja, saya nyari uang makan dan jajan saja," imbuh dia. Sudah penghasilannya sedikit, Asih masih dibebani dengan biaya bulanan seperti listrik dan air. Dia tentu harus membayar segala macam tagihan karena butuh untuk jualan. Untuk lapak milik Asih yang ada di tengah kantin, dia perlu membayar listrik sebesar Rp 120.000 per bulan. Kemudian, biaya air untuk mencuci piring dikenakan minimal Rp 5.000 per hari. Lalu, untuk biaya keamanan dan satpam, Rp 2.000 per hari. Sementara, uang untuk sampah dihitung Rp 10.0000 per minggu. Jika ditotal, pengeluaran bulanan Asih bisa mencapai Rp 370.000. Tapi, ini belum termasuk biaya sewa. Untuk lapak Asih, dia dikenakan Rp 250.000. Kendati demikian, Asih dan para pedagang sudah beberapa bulan tidak membayar sewa. Pihak manajemen memang menagih, tapi mereka seperti tidak dapat memaksa para pedagang untuk membayar uang sewa karena melihat kondisi pasar yang sudah memprihatinkan. “(Manajemen) menagih, tapi keluhan dari pedagang enggak dicarikan solusi,” ungkap Asih. Sementara itu, Andi mengatakan, justru sistem pengelola yang membuat para pedagang tidak bisa membayar sewa. Biasanya, uang sewa akan dipotong otomatis melalui sebuah rekening khusus. Andi mengaku tak ingat persis kapan hal ini mulai terjadi. Tapi, dia menjelaskan, kondisi ini baru terjadi selama beberapa bulan yang lalu. "Di akun (rekening) masih ada uangnya, masih menyangkut (saldo). Kalau sudah enggak bayar, otomatis enggak ada isi. Sekarang, (saldo) sudah enggak kepotong," jelas Andi saat ditemui di lapaknya. Andi maupun Asih tampaknya sepakat kalau salah satu penyebab kios mereka sepi pembeli karena minimnya akses masuk ke pasar Blok G. Sebelum tahun 2019, pada bagian belakang pasar masih terdapat tangga-tangga masuk. Tapi, setelah dirobohkan, akses masuk hanya tinggal tangga yang ada di bagian depan. "Aksesnya enggak ada ke sini. Kalau tempat lain kan ada tembus Blok A, Blok F, apa yang lain. Kalau di sini, kan turun naik cuma satu pintu. Jadi, menutup itu (peluang datang pengunjung) juga," ujar Andi lagi. Tak hanya itu, akses di dalam pasar pun saat ini sudah sangat dibatasi. Dalam kunjungan Kompas.com pada Senin lalu, tangga menuju lantai dua ke atas sudah digembok. Menurut para pedagang, akses ke atas sengaja ditutup karena sudah tidak ada toko yang buka. Lampu-lampu di lantai dua sampai lantai empat juga sudah dimatikan untuk menghemat biaya listrik. Pada bagian belakang kantin, ada satu tangga menuju ke atas yang bisa dilalui. Tapi, di ujung anak-anak tangga ini, pintu gerbangnya pun sudah digembok. Padahal, pintu itu merupakan satu-satunya akses menuju masjid yang ada di pasar ini. Para pedagang mengatakan, pintu ini baru dibuka setiap kali jam solat tiba. Jika ada yang mau ke atas, mereka disarankan untuk mengajak satpam agar dibukakan pintunya. Rencana revitalisasi Pasar Tanah Abang Blok G sudah lama beredar. Pada tahun 2019, proses pembongkaran pasar sudah dilakukan. Namun, proyek ini terhenti karena pandemi yang melanda Indonesia dan dunia saat itu. Hingga kini, proyek revitalisasi pun terbengkalai sampai kios-kios di dalam pun ditinggal oleh mayoritas pedagang. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: negatif (96.8%)