Sentimen
Negatif (66%)
28 Jul 2024 : 23.42
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Gunung

Air Lelehan Es dan Air Tanah di Daerah Pegunungan

28 Jul 2024 : 23.42 Views 9

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Internasional

PIKIRAN RAKYAT - Sekelompok ahli hidrologi pegunungan internasional berpendapat bahwa pemahaman tradisional mengenai siklus air pegunungan sebagian besar mengabaikan peran interaksi air beku (kriosfer) dengan air tanah (groundwater). Kekeliruan ini dapat menyebabkan prediksi yang tidak lengkap atau tidak akurat mengenai ketersediaan air di daerah pegunungan, terutama dalam konteks perubahan iklim, demikian menurut para penulis dalam Perspective Paper yang diterbitkan di Nature Water.

Dilansir Phys.org, gunung sering disebut sebagai menara air di dunia, memasok air tawar ke ekosistem dan jutaan orang di hilir. Secara khusus, salju dan pencairan gletser merupakan elemen penting dalam keseimbangan air di daerah pegunungan, memasok air selama bulan-bulan yang lebih hangat dan lebih kering sepanjang tahun.

Dikutip Phys.org, peneliti pascadoktoral di Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Geomatika ETH dan penulis utama artikel tersebut, Marit van Tiel, menjelaskan bahwa hubungan antara air yang mencair dan air tanah belum dipahami dengan baik. Secara khusus, hanya sedikit yang diketahui tentang bagaimana partisi lelehan gletser antara mencapai sungai secara langsung atau menyusup ke bawah permukaan untuk mengisi ulang air tanah yang lebih dalam. Informasi ini sangat penting untuk memahami bagaimana air permukaan dan air tanah akan berubah dalam menghadapi perubahan iklim, dan merencanakan pengelolaan air yang berkelanjutan.

Tantangan untuk pengelolaan air yang berkelanjutan

Ilustrasi air mengalir Pixabay

Dengan mensintesis penelitian yang ada tentang topik ini, para penulis menemukan bahwa meskipun kontribusi air lelehan es terhadap air tanah bisa sangat besar, namun perkiraannya sangat bervariasi. Mengembangkan pengetahuan tentang konektivitas air lelehan es dan air tanah diperumit oleh kesulitan dalam mengukur air tanah secara langsung di daerah pegunungan yang terpencil, sehingga para peneliti perlu mengembangkan pendekatan alternatif, yang sering kali sangat spesifik untuk setiap lokasi dan membatasi perbandingan antar penelitian.

Pertanyaan terbuka yang penting untuk menghubungkan kriosfer dengan air tanah dan siklus air pegunungan lainnya adalah skala di mana konektivitas ini berperan, baik dalam hal ruang dan waktu. Wawasan tentang pola spasial dan temporal tentang bagaimana air lelehan es bergerak ke air tanah dan air permukaan menentukan di mana, kapan, dan pada tingkat berapa air tanah yang bersumber dari air lelehan es muncul kembali melalui mata air, dialirkan ke badan air permukaan, atau dapat dipompa dari sumur air tanah di ketinggian yang lebih rendah. Hal ini merupakan pertimbangan utama untuk pengelolaan air yang berkelanjutan baik untuk masyarakat pegunungan maupun lingkungan hilir.

Panggilan untuk penelitian yang lebih terintegrasi

Ilustrasi air alam Pixabay

Kelompok penulis yang terdiri dari para ahli hidrologi gunung, glasiologi, hidrogeologi, hidrologi salju, kimia air, dan sosio-hidrologi, menekankan bahwa tanpa mempertimbangkan konektivitas antara kriosfer dan air tanah, kita akan kehilangan pemahaman yang komprehensif mengenai bagaimana air bergerak dan tersimpan di wilayah pegunungan tinggi.

Dengan pemanasan global yang secara signifikan berdampak pada daerah-daerah sensitif ini melalui percepatan pencairan gletser, berkurangnya tumpukan salju, dan pergeseran pola curah hujan, ada kebutuhan mendesak untuk memahami konektivitas ini untuk mengantisipasi sensitivitas pasokan air pegunungan terhadap pemanasan iklim di masa depan dengan lebih baik. Para penulis menyerukan pendekatan penelitian yang lebih terintegrasi yang menggabungkan ilmu kriosfer, hidrogeologi, hidrologi gunung dan pemodelan iklim untuk mengukur dan memahami lebih baik proses-proses ini. (CZ)***

Sentimen: negatif (66%)