Sentimen
Positif (100%)
26 Jul 2024 : 15.25
Informasi Tambahan

Institusi: UGM, FH UGM

Kab/Kota: Yogyakarta, Banjar

Kisah Inspiratif Regina, Anak Perajin Bambu dari Buleleng Kuliah Gratis di UGM

26 Jul 2024 : 15.25 Views 13

Beritasatu.com Beritasatu.com Jenis Media: Regional

Yogyakarta, Beritasatu.com – Ni Putu Dinda Regina (18) tidak dapat menahan air matanya ketika menerima kabar diterima di Universitas Gadjah Mada (UGM). Rasa syukur dan haru mengalir karena ia sempat berpikir untuk bekerja di toko demi membantu perekonomian keluarganya yang mengandalkan upah sebagai perajin anyaman sokasi (kerajinan tangan yang terbuat dari bambu).

Beruntung, dia mengikuti saran dari guru bimbingan konseling di sekolahnya untuk tetap mendaftar kuliah dan mencoba beasiswa. Regina dan keluarganya tinggal di Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali, daerah perbukitan yang terkenal sulit mendapatkan air. Setiap hari, keluarga Regina harus berjalan sejauh 5 kilometer untuk mengambil air. Kamar mandi mereka pun sederhana, berdinding asbes bekas dengan lantai dari bata yang disusun seadanya, dan kloset yang dibuat dari pecahan genteng.

Meski hidup dalam keterbatasan, Regina tetap teguh dengan cita-citanya menjadi penegak keadilan hukum di masyarakat. Keberhasilannya diterima di Fakultas Hukum UGM dengan beasiswa UKT pendidikan unggul bersubsidi 100 persen menjadi bukti bahwa mimpi besar bisa dicapai meski dengan latar belakang yang sederhana.

Regina merasa seperti sedang bermimpi melihat kenyataan bahwa ia diterima di Fakultas Hukum UGM. Tidak pernah terbayangkan oleh gadis desa ini bahwa bisa menembus salah satu universitas terbaik di Indonesia. Bahkan, Regina sempat menyembunyikan informasi tentang pendaftaran kuliahnya dari teman-temannya karena tidak yakin akan diterima.

Dia masih mengingat saat menyampaikan niatnya untuk mendaftar kuliah kepada ibunya, Ni Kadek Nely Supriyati (43). Meski sempat khawatir soal biaya, ibunya selalu mendukung keinginan Regina.

"Nanti kalau tidak dapat beasiswa, bagaimana?" tanya ibunya.

"Saya mau coba dulu, Bu," jawab Regina.

Keluarga Regina hidup dengan penghasilan pas-pasan dari pekerjaan sebagai perajin bambu. Setiap tiga hari, Regina diberikan uang Rp 50.000 untuk membeli bensin agar bisa menumpang dengan teman ke sekolah di SMAN 1 Singaraja yang berjarak 17 kilometer dari rumahnya.

Di sekolah, Regina dikenal sebagai siswa yang cerdas. Ia sering meraih juara kelas dan mendapatkan nilai tinggi di mata pelajaran IPS seperti geografi dan ekonomi.

"Selama tiga tahun sering juara dua dan pernah juara empat, tetapi nilai selalu naik terus," ujarnya.

Kehidupan yang penuh kesederhanaan membuat Regina tidak menuntut banyak dari orang tuanya. Ayahnya, I Gede Suastra Jaya (44), pernah terkena serangan strok ringan, sehingga ia hanya bisa membantu istrinya membuat anyaman dan berjualan bensin eceran di depan rumah.

Pada hari pengumuman kelulusan, Regina tidak terlalu antusias membuka layar ponselnya karena merasa pesimisti akan diterima di perguruan tinggi negeri di Bali.

"Saya tidak yakin bakalan diterima, jadi tidak bilang ke teman-teman," kenangnya.

Namun, beberapa jam kemudian, Regina membuka situs pengumuman SNBP dan tidak menyangka namanya terdaftar sebagai mahasiswa ilmu hukum UGM.

Kebahagiaan mereka makin memuncak ketika mengetahui Regina mendapatkan beasiswa UKT pendidikan unggul bersubsidi 100 persen dari UGM. Beasiswa tersebut sangat meringankan beban ekonomi keluarga mereka. Dari penghasilan sebagai perajin anyaman sokasi, Nely dan suaminya hanya mendapatkan sekitar Rp 1,5 juta per bulan.

Sebagai orang desa yang tinggal di pedalaman perbukitan, Nely tidak tahu banyak tentang UGM. Ia hanya mendengar dari tetangga dan televisi bahwa UGM adalah kampus bergengsi. Kini, dengan doa dan harapan, Nely berharap Regina bisa meraih mimpinya dan sukses menuntut ilmu di UGM.

Kisah Regina adalah bukti bahwa dengan tekad, kerja keras, dan dukungan keluarga, impian besar bisa diwujudkan meski dengan latar belakang yang sederhana. Semoga cerita ini menginspirasi banyak orang untuk tidak menyerah dalam meraih cita-cita.

Sentimen: positif (100%)