Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Ambon
Kisah Kakek Imanuel, Ditandu 32 Km Lewati Lembah Curam dan Jalan Terjal demi Berobat ke RS Regional 20 Juli 2024
Kompas.com
Jenis Media: Regional
Kisah Kakek Imanuel, Ditandu 32 Km Lewati Lembah Curam dan Jalan Terjal demi Berobat ke RS Tim Redaksi AMBON, KOMPAS.com - Imanuel Bitalessy, seorang kakek di pedalaman Pulau Seram, Maluku , harus ditandu keluarganya dalam keadaan sakit sejauh puluhan kilometer. Kakek berusia 65 tahun asal Desa Huku Kecil, Kecamatan Elpaputih, Kabupaten Seram Bagian Barat , ini terpaksa ditandu keluarganya untuk bisa berobat ke rumah sakit karena di desa itu tak ada satu pun fasilitas kesehatan yang tersedia. Keluarga juga tak punya pilihan lain selain harus menandu kakek Imanuel karena itulah satu-satunya cara bagi warga di desa tersebut setiap kali ada orang sakit yang harus dibawa ke rumah sakit. Selain tak ada fasilitas kesehatan, desa yang berada di wilayah pegunungan tersebut juga terisolasi dari dunia luar. Sebab tak ada akses jalan yang menghubungkan desa tersebut dengan ibu kota kecamatan. Akibatnya, pihak keluarga terpaksa harus menandu kakek Imanuel demi bisa berobat ke rumah sakit. Kisah nestapa kekek Imanuel dan keluarganya untuk berjuang demi bisa mencapai rumah sakit itu terjadi pada Kamis (18/7/2924). Aci Bitalessy, anak dari kakek Imanuel, menuturkan ayahnya itu sejak sebulan terakhir tak bisa lagi beraktivitas lantaran mengalami sakit di bagian kakinya. Berbagai pengobatan tradisional telah dilakukan pihak keluarga tapi rasa sakit di kaki sang ayah tak kunjung sembuh dan malah terus mengkhawatirkan. "Jadi kami memutuskan untuk membawa ke rumah sakit kemarin," kata Aci saat dihubungi dari Ambon , Jumat (19/7/2024). Ia mengatakan, sebelum membawa ayahnya ke rumah sakit, pihak keluarga harus mempersiapkan terlebih dahulu tandu untuk mengangkat ayahnya. Tandu untuk membawa kakek Imanuel itu dibuat secara sederhana dari papan sebagai tempat berbaring lalu diikat di bambu dan kemudian dibungkus dengan terpal. "Iya, bawa pakai tandu, dibungkus dengan terpal untuk mencegah hujan," katanya. Selain menyiapkan tandu, pihak keluarga juga mempersiapkan perbekalan secukupnya. Perbekalan harus disiapkan karena perjalanan yang ditempuh dari Desa Huku Kecil menuju akses jalan yang berada di perbatasan Kali Nui sangatlah jauh dan membutuhkan waktu yang lama. "Iya, bawa bekal juga karena perjalanan sangat jauh sekitar 32 kilometer dan butuh waktu sekitar 10 jam baru bisa sampai di Kali Nui," katanya. Butuh perjuangan ekstra untuk membawa kakek Imanuel menuju rumah sakit. Selain karena jarak tempuhnya yang sangat jauh, medan jalan yang dilalui juga sangat berat. Keluarga yang menandu kakek Imanuel juga harus melewati medan terjal yang berbatu dan berlumpur. Selain itu, mereka juga harus menyusuri lembah curam, jalan yang licin hingga naik turun bukit berbatu sebelum akhirnya menyeberangi aliran Sungai Nui dengan menggunakan rakit yang terbuat dari bambu. "Pokoknya jalannya sangat buruk sekali harus lewati kolam-kolam dan medan berat sampai menyeberangi sungai," kata Aci. Kakek Imanuel ditandu keluar dari rumahnya di Desa Huku sekitar pukul 06.00 WIT. Mereka baru tiba di akses jalan raya di perbatasan Kali Nui pada pukul 16.00 WIT. Menurut Aci, setibanya di perbatasan Kali Nui, sebuah mobil ambulans telah bersiap di lokasi untuk untuk menjemput ayahnya. Setelah beristirahat beberapa saat, mobil ambulans kemudian membawa kakek Imanuel menuju ke rumah sakit. "Saat sampai sudah ada ambulans yang jemput lalu bawa bapak ke rumah sakit," katanya. Kejadian yang menimpa kakek Imanuel dan keluarganya tersebut bukanlah kasus pertama yang terjadi di desa itu. Sebelumnya, sejumlah warga Huku Kecil yang sakit dan membutuhkan pengobatan medis juga harus ditandu keluarganya menuju puskesmas di Elpaputih. "Ini bukan baru pertama kali, kejadian begini sudah sering terjadi berulang kali," kata seorang warga Huku Kecil Lany Lumamuly. Tak hanya kasus orang sakit, beberapa wanita hamil di desa itu juga ditandu warga demi bisa menjalani proses persalinan di rumah sakit. "Bukan hanya orang sakit saja, beberapa kali wanita hamil juga ditandu," ujarnya. Menurutnya, kejadian seperti itu telah berlangsung selama puluhan tahun. Kondisi itu terus terjadi lantaran di desa tersebut tak memiliki satu pun fasilitas kesehatan. Sehingga saat ada warga yang sakit mereka terpaksa digotong dengan tandu menuju kecamatan. "Kejadian ini sudah terjadi sebelum indonesia merdeka sampai saat ini," katanya. Ia mengaku selain desa Huku Kecil, ada tiga desa lainnya di wilayah itu yang selama ini terisolasi dari akses pembangunan, yakn Desa Watui, Abio dan Ahiolo. Warga empat desa tersebut selama ini seolah dianaktirikan karena tak pernah merasakan sentuhan pembangunan. "Jadi ada empat desa, kondisinya semua sama, tak pernah merasakan akses pembangunan, jadi seperti dianaktirikan," katanya. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat Gariman Kurniawan membenarkan dengan kejadian yang menimpa kakek Imanuel tersebut. Kurniawan menjelaskan, kakek Imanuel ditandu keluarganya dari Desa Huku Kecil menuju akses jalan dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh. Menurutnya, sebelum rombongan tiba di akses jalan di perbatasan Kali Nui, petugas medis dari Puskesmas Elpaputih telah menunggu dengan mobil ambulans. "Pasien yang ditandu kemarin sudah ditangani puskesmas Elpaputih," katanya kepada Kompas.com via telepon. Kurniawan mengatakan, petugas medis di Puskesmas Elpaputih juga telah mengambil langkah penanganan secara medis terhadap pasien. Namun keluarga pasien meminta agar kakek Imanuel segera dirujuk ke rumah sakit. "Menurut kepala puskesmas, pasien minta dirujuk ke RSUD Masohi karena jarak yang lebih dekat dari Elpaputih," katanya. Kurniawan mengakui kakek Imanuel ditandu keluarganya dengan menempuh jarak yang jauh dan medan yang berat karena di Desa Huku Kecil belum tersedia fasilitas kesehatan yang memadai. Satu-satunya fasilitas kesehatan yang tersedia di desa tersebut hanyalah sebuah polindes. Namun sayangnya tak ada tenaga medis yang mengoperasikan polindes di desa tersebut. "Di Huku Kecil itu hanya ada satu polindes saja, yang lain tidak ada," katanya. Menurut Kurniawan, saat ini pihaknya telah melakukan identifikasi untuk menangani masalah yang terjadi di Desa Huku Kecil dan juga desa-desa lain yang terisolasi di pedalaman Seram Bagian Barat. "Iya, ini kita mau identifikasi sarana dan prasarana kesehatan kita dan mana-mana yang dibutuhkan di daerah-daerah itu termasuk juga tenaga medis," katanya. Ia mengaku telah membahas masalah tersebut dengan penjabat Bupati Seram Bagian Barat. Hasilnya untuk tahun ini akan dibangun sebuah puskesmas pembantu di Desa Huku untuk menangani masalah kesehatan warga yang ada di desa itu. "Kemarin saya sudah bahas masalah ini dengan Pak Bupati jadi fokus kita di wilayah pegunungan seperti di Elpaputih. Jadi sudah identifikasi dan tahun ini di Huku ada pembangunan Pustu," katanya. Ia juga memastikan akan menempatkan tenaga medis di desa tersebut dan juga tiga desa pegunungan lainnya. "Petugas medis sudah siap ditempatkan di daerah itu sambil menunggu pustu jadi," katanya. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: negatif (100%)