Sentimen
Positif (100%)
11 Jul 2024 : 16.18
Informasi Tambahan

Brand/Merek: Mitsubishi

BUMN: PT Pertamina

Kab/Kota: Tangerang, Bogor

Pilih BBM Nonsubsidi, Warga Bogor: Sadar Itu Bukan Hak Saya Megapolitan 11 Juli 2024

11 Jul 2024 : 16.18 Views 11

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Metropolitan

Pilih BBM Nonsubsidi, Warga Bogor: Sadar Itu Bukan Hak Saya Tim Redaksi BOGOR, KOMPAS.com - Salah seorang warga Bogor bernama Dwi (54) memilih menggunakan bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi pertamax untuk kendaraan roda empatnya. Langkah ini dilakukan Dwi demi mendukung distribusi BBM bersubsidi tepat sasaran. Dwi mengaku sadar bahwa BBM bersubsidi mestinya hanya untuk warga yang benar-benar membutuhkan bantuan pemerintah. “Saya sadar BBM subsidi itu bukan hak saya, BBM subsidi hanya untuk masyarakat yang membutuhkan. Sedangkan Tuhan ngasih rezeki ke saya selalu ada saja,” ujar Dwi saat diwawancarai Kompas.com  di Bogor, Kamis (11/7/2024). Dwi yang sehari-harinya menggunakan mobil Kijang Innova ini mengaku telah menggunakan BBM nonsubsidi selama lebih dari empat tahun. Namun, Dwi berpandangan, saat ini masih banyak orang yang menggunakan BBM bersubsidi, padahal tidak berhak. Saat mengisi BBM di SPBU, Dwi mengaku kerap melihat mobil dengan kapasitas mesin besar, seperti di atas 2000 cc, mengisi BBM subsidi yang memiliki oktan rendah. Padahal, mobil dengan kapasitas mesin besar seharusnya menggunakan BBM dengan oktan lebih tinggi seperti pertamax. “Kalau mobil dengan cc tinggi seharusnya sudah ikuti aja aturan mulai pakai pertamax. Tapi ada juga kan mobil besar tapi mengisi pertalite, itu mah kembali kesadaran sendiri aja sebenarnya,” tutur Dwi. Selain mendukung distribusi BBM bersubsidi tepat sasaran, Dwi mengatakan, dirinya menggunakan BBM nonsubsidi karena lebih efisien untuk kendaraannya. “Biasanya (bensin pertamax) Rp 300.000 sampai Rp 400.000 bisa sampai tiga hari. Tergantung kebutuhan, karena saya pulang pergi, Bogor ke Tangerang,” ungkap Dwi. Hal serupa juga disampaikan oleh warga Bogor lain bernama Bahirun (66). Bahirun mengaku sudah lebih dari enam tahun menggunakan BBM nonsubsidi untuk mobil Mitsubishi Xpander kesayangannya. Menurut Bahirun, kualitas BBM nonsubsidi jauh lebih baik dan dapat membuat usia kendaraan lebih awet. “Saya lebih milih BBM yang enggak subsidi, karena kualitasnya beda. Masa mobil bisa dipakai lebih lama,” ujarnya. Bagi Bahirun, investasi pada BBM yang berkualitas lebih penting daripada mengejar harga murah, namun bisa berdampak buruk terhadap kendaraan dalam jangka panjang. Selama dapat menjaga performa dan keawetan mesin mobil, Bahirun mengaku tak masalah harga BBM nonsubsidi lebih mahal ketimbang BBM bersubsidi. Adapun Bahirun yang sehari-harinya melakukan perjalanan pulang pergi dari Bogor ke Jakarta untuk bekerja menghabiskan sekitar 15 liter BBM. “Saya pakai RON 92 itukan Pertamax agar mesinnya awet, walau harganya mahal, tidak masalah,” tutur Bahirun. Sementara, warga Bogor lainnya bernama Yudi (47) memilih BBM nonsubsidi karena malas mengantre. Lantaran peminatnya lebih sedikit, biasanya tak perlu mengantre untuk mengisi BBM nonsubsidi di SPBU. Selain itu, Yudi menyebut, BBM nonsubsidi lebih mudah ditemukan dan hampir selalu ada di setiap SPBU.  “Males ngantrinya lama, kalau nonsubsidi biasanya satu atau dua mobil aja, kalau jenis pertalite itu kan kita harus barengan sama angkot,” ujarnya. “Belum lagi kalau saya lagi keluar kota, kadang suka susah nyari BBM subsidi, bilangnya habislah, lagi pengirimanlah. Capek dengar alasan kaya gitu, sampai sekarang nonsubsidi aja,” lanjut Yudi. Sebelumnya diberitakan, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan pemerintah bakal membatasi pembelian bahan bakar minyak (BBM) subsidi mulai 17 Agustus 2024. Hal itu dilakukan sebagai upaya mendorong penyaluran BBM subsidi lebih tepat sasaran, serta dapat menghemat anggaran negara. "Sekarang Pertamina sudah menyiapkan, kita berharap 17 Agustus ini kita sudah bisa mulai, di mana orang yang tidak berhak dapat subsidi itu akan bisa kita kurangi," ujar Luhut dalam unggahan Instagramnya @luhut.pandjaitan, dikutip Rabu (10/7/2024). Pernyataan terkait pembatasan penyaluran BBM subsidi itu muncul ketika Luhut membahas defisit APBN 2024 yang diperkirakan bakal lebih besar dari target yang telah ditetapkan. Menurutnya, ada banyak inefisiensi yang terjadi di berbagai sektor. Maka dari itu, dengan memperketat ketentuan pembelian BBM subsidi diharapkan akan membantu penghematan anggaran.   Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: positif (100%)