Sentimen
Negatif (100%)
9 Jul 2024 : 10.48
Informasi Tambahan

Kasus: mayat

Partai Terkait

Jumlah Korban Tewas di Gaza Sebenarnya Lebih dari 186.000, Mengupas Lebih Dalam Kematian Tersembunyi di Sana

9 Jul 2024 : 10.48 Views 65

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Internasional

PIKIRAN RAKYAT - Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Lancet mengungkapkan bahwa jumlah korban tewas sebenarnya akibat genosida Israel penjajah di Gaza bisa mencapai lebih dari 186.000 orang. Sementara menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 38.000 warga Palestina telah tewas sejak Israel penjajah memulai pembantaian pada 7 Oktober 2023.

Studi ini menunjukkan bahwa jumlah korban meninggal dunia lebih tinggi, karena jumlah resmi tidak memperhitungkan ribuan orang tewas yang terkubur di bawah puing-puing. Selain itu, ada juga kematian tidak langsung karena penghancuran fasilitas kesehatan, sistem distribusi makanan, dan infrastruktur publik lainnya.

Genosida Israel penjajah juga memiliki implikasi kesehatan tidak langsung di luar bahaya langsung dari kekerasan. Bahkan, jika pembantaian di Gaza segera berakhir, itu akan terus menyebabkan banyak kematian tidak langsung dalam beberapa bulan dan tahun mendatang melalui hal-hal seperti penyakit.

Studi itu mengatakan bahwa jumlah korban tewas diperkirakan akan jauh lebih besar dari yang dilaporkan, mengingat banyak infrastruktur Gaza telah hancur. Kemudian terjadi kekurangan makanan, air, dan tempat tinggal. Ditambah, Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengalami pemotongan dana.

"Dalam konflik baru-baru ini, kematian tidak langsung seperti itu berkisar antara tiga hingga 15 kali jumlah kematian langsung," ucap studi tersebut.

"Setelah menerapkan perkiraan konservatif dari empat kematian tidak langsung per satu kematian langsung, bukan hal yang tidak masuk akal untuk memperkirakan bahwa hingga 186.000 atau bahkan lebih banyak kematian dapat disebabkan akibat perang di Gaza," katanya menambahkan.

Jumlah seperti itu akan mewakili hampir 8 persen dari populasi Gaza sebelum genosida yang mencapai 2,3 juta jiwa.

Klaim Fabrikasi Tak Masuk Akal

Studi Lancet mencatat bahwa dinas intelijen Israel penjajah, PBB, dan Organisasi Kesehatan Dunia semuanya setuju bahwa tuduhan fabrikasi data yang ditujukan terhadap otoritas Palestina di Gaza atas jumlah korban tewas merupakan hal yang "tidak masuk akal".

Ini menunjukkan bahwa jumlah korban kemungkinan jauh lebih tinggi, karena penghancuran infrastruktur di Gaza telah membuat upaya mempertahankan jumlah yang tidak lebih rendah dari jumlah korban tewas yang sebenarnya sangat sulit dilakukan.

"Mendokumentasikan skala sebenarnya sangat penting, untuk memastikan akuntabilitas historis dan mengakui biaya penuh perang. Ini juga merupakan persyaratan hukum," tutur studi, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Al Jazeera.

Studi ini menunjukkan bahwa Mahkamah Internasional menyatakan dalam putusan sementara pada Januari 2024 terkait kasus genosida yang diajukan terhadap Israel penjajah bahwa mereka perlu"mengambil langkah-langkah efektif untuk mencegah kehancuran dan memastikan pelestarian bukti yang terkait dengan tuduhan tindakan di bawah Konvensi Genosida.

Studi ini diterbitkan di bagian korespondensi jurnal, yang berarti tidak ditinjau oleh rekan sejawat.

Kongres AS Ogah Akui Laporan Kemenkes Palestina

Mayoritas anggota Kongres AS, termasuk lebih dari 60 anggota Demokrat, mendukung amandemen yang akan melarang Departemen Luar Negeri menggunakan hitungan kementerian kesehatan (Kemenkes) Gaza untuk jumlah korban tewas di Gaza.

Jika lolos, Undang-Undang itu dapat lebih membungkam diskusi di dalam pemerintah AS tentang dampak buruk genosida Israel penjajah di Gaza terhadap penduduk Palestina di daerah kantong itu.

Amandemen tersebut merupakan bagian dari RUU alokasi tahunan Departemen Luar Negeri, dan disahkan Kamis 26 Juni 2024 dengan suara 269-144. Sebanyak 62 anggota Demokrat bergabung dalam pemungutan suara, sementara hanya dua Republikan yang tidak mendukungnya.

Pada hari pemungutan suara, anggota Kongres Rashida Tlaib mengatakan bahwa amandemen itu pada dasarnya adalah "penolakan genosida". Padahal, Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan ada kasus yang masuk akal tentang Israel penjajah yang melakukan genosida di Gaza.

"Sangat menjijikkan bahwa rekan-rekan saya akan mendukung undang-undang untuk melarang pejabat AS untuk mengutip jumlah korban tewas Palestina," kata Rashida Tlaib.

Satu-satunya anggota parlemen Palestina di Kongres AS itu pun mengungkapkan kekecewaannya mengenai pandangan anggota lain terhadap nasib warga Palestina.

"Mereka ingin menghilangkan orang-orang Palestina yang masih hidup, dan sekarang mereka mencoba untuk menghilangkan orang-orang Palestina yang sudah mati. Ini adalah penyangkalan genosida," tutur Rashida Tlaib.

Korban Tewas Capai 38.000

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa 87 orang tewas di daerah kantong selama 48 jam terakhir, termasuk lima wartawan. Sehingga, setidaknya 38.098 jumlah orang tewas dalam sembilan bulan terakhir.

"Lebih dari 87.700 orang terluka dalam serangan militer Israel selama periode yang sama," ucapnya.

"Lonjakan serangan udara di seluruh wilayah pusat, bagian selatan Jalur Gaza, dan juga di lingkungan Shujayea Kota Gaza di utara," ujar Hani Mahmoud dari Al Jazeera yang melaporkan dari Deir el-Balah di Gaza tengah.

Di timur Khan Younis dan kota Rafah, di tepi selatan Jalur Gaza, mayat-mayat dibawa keluar dari kamar mayat rumah sakit untuk dimakamkan.

"Ini adalah adegan yang telah kita lihat berulang-ulang selama sembilan bulan terakhir, menangis orang tua atas tubuh anak-anak mereka. Ini memilukan dan menjadi norma sehari-hari bagi orang-orang di sini," kata Hani Mahmoud.

Di antara para korban dalam serangan baru-baru ini adalah seorang pekerja untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA). Dia tewas ketika serangan Israel penjajah menghantam gudang organisasi di utara kamp Maghazi di Gaza tengah, menurut agen pengecekan fakta Al Jazeera, Sanad. Satu orang lagi juga tewas dalam serangan terhadap fasilitas UNRWA tersebut.

Rekaman video yang diverifikasi oleh Sanad menunjukkan kedatangan tubuh mereka, serta mereka yang terluka, di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir el-Balah. Karyawan UNRWA mengenakan jaketnya, dengan jelas mengidentifikasi dia sebagai staf PBB saat bekerja di gudang badan tersebut.

Sementara itu, Pusat Informasi Palestina melaporkan bahwa setidaknya enam polisi tewas dalam pemboman Israel penjajah yang menghantam mobil mereka di lingkungan Saudi di Rafah barat. Satu orang juga tewas akibat pemboman Israel penjajah terhadap sebuah mobil polisi di daerah al-Shakoush Gaza, barat laut Rafah.***

Sentimen: negatif (100%)