Mayoritas Harga Pangan Naik, Impor Beras Meroket 121 Persen
Fajar.co.id
Jenis Media: Nasional

FAJAR.CO.ID -- Harga sejumlah komoditas pangan naik pada Senin (30/9/2024). Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga pangan yang naik mulai beras, bawang, dan gula pasir.
Komoditas pangan seperti beras premium, misalnya naik 0,65 persen atau sekitar Rp100 menjadi Rp15.580 per kg.
Harga telur ayam ras naik Rp1.580 menjadi Rp29.880 per kilogram (kg). Harga beras medium naik 0,37 persen atau Rp50 menjadi Rp13.620 per kg. Beras stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog turun 0,32 atau Rp40 menjadi Rp12.510 per kg.
Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas pada Senin pukul 07.40 WIB, harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional.
Melansir ANTARA, komoditas pangan lain yang juga melambung pada Senin hari ini di antaranya bawang merah naik 2,09 persen atau Rp580 menjadi Rp28.370 per kg. Kemudian lalu bawang putih bonggol juga naik 4,30 persen atau Rp1.700 menjadi Rp41.220 per kg.
Begitu pun harga komoditas cabai merah keriting naik 0,80 persen atau Rp250 menjadi Rp31.640 per kg; sedangkan cabai rawit merah turun 0,45 persen atau Rp200 menjadi Rp44.390 per kg.
Begitu pun harga daging ayam ras juga naik 5,17 persen atau Rp1.780 menjadi Rp36.180 per kg; sementara telur ayam ras naik 5,58 persen atau Rp1.580 menjadi Rp29.880 per kg.
Harga kedelai biji kering (impor) juga terpantau naik 0,19 persen atau Rp20 menjadi Rp10.820 per kg; lalu gula konsumsi naik 3,70 persen atau Rp660 menjadi Rp18.490 per kg.
Harga minyak goreng kemasan sederhana naik 2,76 persen atau Rp500 menjadi Rp18.610 per kg; lalu minyak goreng curah turun 0,92 persen atau Rp150 menjadi Rp16.100 per kg.
Sedangkan harga tepung terigu curah terpantau naik 1,97 atau Rp200 menjadi Rp10.330 per kg; lalu tepung terigu non curah naik 1,90 persen atau Rp250 menjadi Rp13.380 per kg.
Kemudian harga jagung di tingkat peternak naik hingga 17,82 persen atau Rp1.060 menjadi Rp7.010 per kg; lalu harga garam halus beryodium juga naik 1,56 persen atau Rp180 menjadi Rp11.750 per kg.
Berikutnya, harga ikan kembung naik hingga 7,57 persen atau Rp2.810 menjadi Rp39.950 per kg; lalu ikan tongkol juga naik 10,08 persen atau Rp3.180 menjadi Rp34.740 per kg; begitu pun ikan bandeng naik hingga 8,05 persen atau Rp2.680 menjadi Rp35.990 kg.
Sementara itu, sepanjang Januari-Agustus 2024, Impor bahan pangan juga naik bila dibanding periode yang sama tahun lalu.
Impor komoditas seperti gandum dan meslin, gula, serta beras yang di antaranya tercatat naik. Kenaikan impor mencapai 5,07 persen terhadap total impor non migas Indonesia.
Pada Selasa (17/9/2024) lalu, Deputi Bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini menguraikan kenaikan impor sejumlah komoditas.
Pudji Ismartini menyebut impor gandum dan meslin selama Januari-Agustus 2024 naik 3,84 persen menjadi. Nilai impor naik dari USD2,46 miliar pada periode Januari-Agustus 2023 menjadi USD2,56 miliar pada periode Januari-Agustus 2024.
Kenaikan volume ekspor mencapai 8,43 juta ton atau naik 25,35% dari sebelumnya 6,73 juta ton.
Sementara impor beras yang menjadi bahan pangan utama masyarakat di Indonesia juga mencapai 3,05 juta ton pada periode Januari-Agustus 2024. Kenaikannya sekitar 91,85% dibanding periode yang sama tahun lalu seberat 1,59 juta ton.
Kenaikan impor beras secara nilai mencapai USD 1,91 miliar atau naik 121,34 persen dari sebelumnya USD 863,62 juta.
Impor beras pada periode Januari-Agustus 2024 ini paling banyak berasal dari Thailand seberat 1,13 juta ton dengan nilai USD 734,78 juta, Vietnam 0,87 juta ton senilai USD 542,86 juta, lalu dari Pakistan seberat 0,46 juta ton dengan nilai USD 290,56 juta.
Di saat pemerintah kian gencar melakukan impor beras dengan kenaikan mencapai 121,34 persen, Presiden Jokowi mengkritik impor beras yang menjadi biang kerok mahalnya harga komoditas tersebut.
Menurut Jokowi, kegiatan impor beras membuat adanya biaya tambahan yang harus dikeluarkan dengan skema Free on Board (FOB). Ia menjelaskan, jika dihitung dengan skema FOB, harga beras sudah cukup mahal. Besarannya mencapai US$530-US$600 per ton atau sekitar Rp8 juta-Rp9 juta per ton. (*)
Sentimen: negatif (64%)