Sentimen
Informasi Tambahan
Kasus: penembakan
Tokoh Terkait
Kilas Balik Susi Pudjiastuti atas Pembebasan Pilot Susi Air
Kompas.com
Jenis Media: Nasional
/data/photo/2024/09/21/66ee404898819.jpeg)
KOMPAS.com - Setelah 19 bulan penuh ketegangan, pilot Susi Air asal Selandia Baru, Philip Mark Mehrtens, akhirnya dibebaskan dari penyanderaan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya di Papua.
Momen bersejarah itu terjadi pada 21 September 2024, membawa kelegaan bagi banyak pihak, termasuk pemilik Susi Air, Susi Pudjiastuti, yang tak henti-hentinya menyuarakan harapan dan perjuangannya untuk keselamatan pilotnya.
Pembebasan ini menandai akhir dari sebuah krisis panjang yang telah menyita perhatian publik, media, serta pihak berwenang di Indonesia dan Selandia Baru.
Ketika dunia mengikuti kisah penyanderaan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua selama 19 bulan, hanya sedikit yang menyadari bahwa senjata yang paling ampuh dalam operasi pembebasannya bukanlah peluru, tetapi kata-kata.
Keberhasilan Satgas Damai Cartenz 2024 dalam membebaskan Philip tidak diraih melalui tembakan atau operasi militer, melainkan melalui pendekatan yang lebih manusiawi: soft approach.
Di tengah situasi penuh ketegangan, peran tokoh adat dan agama menjadi elemen kunci yang membuat negosiasi ini berhasil tanpa harus mengorbankan nyawa. Meskipun demikian, perjalanan kasus ini tidaklah semudah membalikkan tangan.
Drama di balik negosiasi tercatat pernah pula ternodai dengan penembakan dari kubu KKB, membuat pemilik Susi Air, Susi Pudjiastuti, berada pada posisi yang tersulit dalam hidupnya.
Baca juga: Satgas Damai Cartenz 2024 dan Keberhasilan Pembebasan Pilot Susi Air Tanpa Kekerasan
Bagi Susi, yang selama hampir dua dekade telah mengoperasikan penerbangan di wilayah terpencil Papua, penyanderaan ini merupakan salah satu tantangan terbesar dalam kariernya.
Susi Air telah ikut membangun Papua, tidak hanya membawa penumpang tapi juga logistik untuk kebutuhan Papua: bahan makanan, bahan bangunan, pakaian, dan logistik lainnya yang dibutuhkan.
Perjuangannya untuk membebaskan pilotnya tidak hanya mencerminkan kepemimpinan yang kuat, tetapi juga ikatan emosional yang mendalam terhadap wilayah Papua dan para pekerjanya.
Susi Pudjiastuti, yang dikenal publik sebagai pengusaha tangguh sekaligus mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, menghadapi masa sulit tersebut dengan kombinasi ketegasan, keprihatinan, kepedihan, jiwa yang tersakiti, tapi tetap tampil dengan keberanian khasnya.
Untuk memahami betapa besar pergolakan batin Susi Pudjiastuti ini, mari kita flashback mulai dari Februari 2023, ketika krisis penyanderaan pertama kali terjadi.
Baca juga: Bagaimana Satgas Damai Cartenz Berhasil Bebaskan Pilot Susi Air Tanpa Operasi Militer?
Kita akan pahami bagaimana Susi Pudjiastuti menghadapi setiap langkahnya dengan tegas, emosional, kekecewaan, namun tetap penuh harapan. Kilas balik di bawah ini dihimpun dari berbagai pemberitaan Kompas.com selama ini.
Apa Reaksi Susi Setelah Penyanderaan Philip Mehrtens Terjadi?
Setelah insiden penyanderaan terjadi pada 7 Februari 2023, Susi Pudjiastuti dengan cepat menyatakan rasa frustasinya. Penyanderaan ini terjadi setelah pesawat Susi Air yang dipiloti Philip Mehrtens dibakar di Bandara Paro oleh KKB, dan pilot tersebut ditangkap sebagai sandera.
“Apa salah saya? Saya sudah hampir 20 tahun menjelajahi bumi Cenderawasih untuk memberikan bantuan logistik pangan, kesehatan, dan transportasi ke pedalaman Papua.”
Sentimen: positif (96.2%)