Sentimen
Negatif (99%)
27 Agu 2024 : 21.23
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Banjarnegara

Rela Jual Motor Demi ABD Anak Semata Wayang, Keluarga Ini Dapat Bantuan dari Dompet Dhuafa

27 Agu 2024 : 21.23 Views 3

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

Rela Jual Motor Demi ABD Anak Semata Wayang, Keluarga Ini Dapat Bantuan dari Dompet Dhuafa

KOMPAS.com - Di balik keindahan alam pedesaan Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara, tersembunyi kisah perjuangan sebuah keluarga.

Di balik senyum sederhana Jauhar (31) dan Ana (30), harapan untuk memiliki anak yang sehat dan sempurna pupus. Pasalnya, mereka harus berjuang keras menghadapi kenyataan pahit dengan kondisi sang anak tercinta.

Diagnosis gangguan pendengaran yang cukup berat pada anak semata wayang keduanya menjadi ujian berat yang harus mereka hadapi.

Namun, demi melihat Yazdan (3) bisa mendengar dunia, pasangan suami-istri itu rela menjual satu-satunya kendaraan bermotor yang menjadi alat operasional utamanya sehari-hari.

Jauhar sangat ingin membelikan dua unit alat bantu dengar (ABD) pada Yazdan agar terapinya dapat lebih maksimal sehingga diharapkan dapat mengejar ketertinggalan anaknya.

Dengan keputusan sulit, kendaraan sebagai teman setianya sejak lama itu pun dijual.

“Waktu itu, kami hanya menangis dan bingung harus bagaimana dan bisa apa? Pernah direkomendasikan dokter spesialis lakukan operasi implan koklea, kami belum sanggup,” katanya dalam siaran pers, Selasa (26/8/2024).

Baca juga: Menembus Malam dan Menghapus Kelam, Kisah Dompet Dhuafa Alirkan Listrik di NTT

Namun, Jauhar juga ingin maksimalkan upaya untuk membantu Yazdan selagi masa tumbuh kembangnya. Untuk itu, dia dan Ana memutuskan menjual motor untuk membeli satu unit ABD.

Membeli ABD yang harganya cukup fantastis bagi mereka juga menjadi tantangan tersendiri. Namun, semangat mereka untuk memberikan yang terbaik bagi Yazdan tak pernah padam.

Di sisi lain, tantangan juga datang dari lingkungan sekitar. Yazdan yang masih sulit berbicara membuatnya kerap diejek teman-teman sebayanya.

“Hambatan sudah pasti pada komunikasi, apalagi pada balita (bayi di bawah lima tahun). Kami tidak tahu keinginan dia (Yazdan), tiba-tiba hanya marah, begitupun komunikasi terhadap teman-temannya. Namun, alhamdulillah, dia selama ini nalar dan cepat toilet training-nya sudah bisa,” ujar Ana.

Sebelumnya, saat Yazdan berusia hampir dua tahun, kedua orangtuanya makin khawatir dengan tumbuh kembangnya.

Baca juga: Dompet Dhuafa dan Payakumbuah Salurkan 1.000 Paket Sembako untuk Anak Yatim dan Duafa

Yazdan tidak menoleh ketika dipanggil dan sedikit sekali bersuara (speech delay). Padahal, usia 0-6 tahun merupakan periode yang amat penting bagi seorang anak atau menjadi masa emas dalam tahap pertumbuhan anak.

Sejak saat itu, Jauhar dan Ana mencoba melakukan fisioterapi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Hj Anna Lasmanah Banjarnegara.

Selama menjalani fisioterapi, Yazdan masih kesulitan untuk merespons suara sehingga dari dokter spesialis anak menganjurkan untuk melakukan tes pendengaran.

Sentimen: negatif (99.8%)