BPOM Tingkatkan Literasi Tentang Kandungan Gula, Garam, dan Lemak yang Aman
Fajar.co.id
Jenis Media: Nasional

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berupaya meningkatkan literasi masyarakat mengenai kandungan gula, garam, dan lemak (GGL) yang aman dikonsumsi. Langkah ini diambil untuk mengatasi persoalan konsumsi GGL yang berlebih di tengah masyarakat.
"BPOM juga melakukan peningkatan literasi masyarakat melalui KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) kepada masyarakat," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM, Ema Setyawati, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Panitia Kerja Pengawasan Produk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji dengan Kandungan Gula, Garam, Lemak Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin, dikutip dari ANTARA.
Selain meningkatkan literasi, BPOM juga menghadirkan logo pilihan lebih sehat untuk memudahkan masyarakat dalam menentukan produk pangan yang sehat.
Ema menjelaskan bahwa pangan olahan dengan logo pilihan lebih sehat menandakan produk tersebut telah memenuhi kriteria "lebih sehat" berdasarkan kandungan gizi di dalamnya, jika dibandingkan dengan produk sejenis yang dikonsumsi dalam jumlah wajar.
Persyaratan pencantuman logo tersebut mencakup pemenuhan kriteria profil gizi, mulai dari kandungan maksimum gula, garam, dan lemak, kandungan minimum zat gizi positif seperti kalsium dan serat, serta tidak menggunakan bahan tambahan pangan (BTP) pemanis yang dipersyaratkan kandungan gula.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal (Plt Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Yudhi Pramono, menyampaikan bahwa upaya memastikan produk pangan dengan kandungan GGL yang aman bagi masyarakat memerlukan kolaborasi dari seluruh pihak terkait, termasuk BPOM.
Yudhi juga mengungkapkan kondisi konsumsi pangan mengandung gula, garam, dan lemak di Indonesia. Menurut data dari GlobalData Q2 2021 Consumer Survey pada Juni 2021, Indonesia menjadi negara dengan tingkat konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) tertinggi di Asia Pasifik.
"Hal ini menjadi salah satu perhatian yang sangat penting untuk diintervensi dalam pengendalian konsumsi gula di Indonesia," ucapnya.
Diketahui bahwa MBDK dapat berisiko meningkatkan kejadian obesitas, diabetes, hipertensi, dan kematian akibat penyakit jantung koroner.
Selain itu, Yudhi juga menyampaikan bahwa Survei Konsumsi Makanan Individu dari Litbangkes pada 2014 menunjukkan rata-rata konsumsi garam penduduk Indonesia sebesar 2764 mg per orang per hari.
Survei Konsumsi Makanan Individu pada 2015 menunjukkan bahwa 27 persen penduduk Indonesia sudah mengonsumsi lemak total melebihi batas rekomendasi per hari atau sudah melebihi 67 gram per hari. (*)
Sentimen: positif (100%)