Sentimen
Negatif (97%)
31 Mei 2024 : 05.37
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Mataram

Peperangan Satu Tahun Dua Saudara Rebutan Tahta Raja Mataram

31 Mei 2024 : 05.37 Views 11

Okezone.com Okezone.com Jenis Media: Nasional

Peperangan Satu Tahun Dua Saudara Rebutan Tahta Raja Mataram

JAKARTA - Perebutan kekuasaan lama antar saudara terjadi di Kerajaan Mataram kuno. Saat itu konon Rakai Walaing, cucu Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram, berebut tahta melawan Rakai Pikatan. Kebetulan saat itu Rakai Pikatan memang tengah menjabat sebagai raja berkat perkawinannya dengan Pramodhawardani.

Sosok Pramodhawardani sendiri merupakan putri mahkota, yang menganut agama Buddha. Sedangkan Rakai Pikatan, sebelum menikah dengan Pramodhawardani adalah anak Rakai Patapan Pu Palar, dan cucu dari adik perempuan Rakai Penangkaran, yang juga pernah bertahta di Mataram.

Secara garis kekeluargaan memang sosok Rakai Pikatan agak jauh, dibandingkan dengan Rakai Walaing. Hal ini yang memunculkan keinginan dari Rakai Walaing untuk melakukan pemberontakan semasa Rakai Pikatan bertahta.

Dikutip dari buku "Sejarah Nasional Indonesia II : Zaman Kuno", perang perebutan tahta pun terjadi antara Rakai Pikatan melawan Rakai Walaing. Menurut Prasasti Siwagěrha peperangan ini berlangsung sampai satu tahun, merupakan perang terpanjang di masa Kerajaan Mataram.

Saat itu, anak bungsu Rakai Pikatan, yaitu Rakai Kayuwangi pu atau dyah Lokapāla, sebagai pemimpin pasukan yang gagah berani berhasil memukul mundur Rakai Walaing, yang mengungsi ke atas Bukit Ratu Baka dan membuat benteng pertahanan di sana.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Karena strategisnya lokasi ini, Rakai Kayuwangi mengalami kesulitan untuk menggempurnya, sehingga Rakai Walaing sempat mendirikan berbagai bangunan untuk lingga bagi Siwa dalam berbagai aspeknya, sebagai upaya magis untuk memperoleh kemenangan. Ia juga membuat silsilah untuk menunjukkan bahwa ia berhak atas tahta kerajaan Matarām.

Di bukit Ratu Baka itu memang pernah ditemukan oleh Crawfurd sebuah arca batu yang digambarkannya sebagai sebuah arca Siwa Mahadewa menghancurkan Tripurantaka, tetapi keadaannya sudah rusak, dan J.W. Ijzerman juga melihat sebuah arca dewa- dewi sedang berpelukan, yang mengingatkan kita kepada alingganamürti seperti yang disebutkan dalam prasasti Tryamwakalingga.

Akhirnya Rakai Kayuwangi berhasil juga menggempur benteng pertahanan di bukit Ratu Baka itu. Prasasti yang memuat silsilah Rakai Walaing pu Kumbhayoni itu sengaja dirusak, dengan menghilangkan nama-nama ayah, kakek, dan buyutnya.

Keberhasilan Rakai Kayuwangi memukul mundur Rakai Walaing, yang membuatnya dinobatkan sebagai raja. Rakai Kayuwangi jadi raja menggantikan ayahnya, Rakai Pikatan. Pemilihan Rakai Kayuwangi sebagai raja, bukan kakaknya, putri mahkota Rakai Gurunwangi dyah Saladů, ini juga menimbulkan dinamika lebih lanjut.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari

Follow

Sentimen: negatif (97%)