Sentimen
Negatif (88%)
6 Mei 2024 : 03.14
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: bandung, Sukabumi, Tambora, Serdang, Jembatan Besi

Warga Jakarta Hadapi Cuaca Panas, Putar Otak Hilangkan Gerah

6 Mei 2024 : 03.14 Views 8

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Warga Jakarta Hadapi Cuaca Panas, Putar Otak Hilangkan Gerah

PIKIRAN RAKYAT - Titin Rustinah, warga Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat, merasa dampak cuaca panas yang terjadi belakangan ini. Untuk menghilangkan rasa gerahnya itu, dia mesti menyalakan kipas angin terus menerus.

Wanita 56 tahun itu berujar, sudah sebulan ke belakang, Titin menggunakan kipas angin saat tidur, karena kalau tidak, tak akan bisa beristirahat. Penggunaan kipas angin yang terus menerus juga berdampak pada listrik yang mesti dibayarkan.

"(Tagihan) listrik berat banget. Kipas angin di ruang tamu nyala terus. Di kamar juga ada, kita nyalain kalau pas tidur. Dari Rp350.000 (bulan lalu) naik menjadi Rp500.000. Hitung aja," tutur Titin, Jumat, 3 Mei 2024.

Bukan cuma tagihan listrik yang membengkak. Harga air bersih yang dibelinya juga naik. Semula, harganya per pikul—dua jerigen berukuran 20 liter—Rp3.000, kini naik menjadi RP5.000. Titin dan keluarganya juga mesti mengeluarkan cuan untuk air mandi.

Dia mengandalkan aliran air dari masjid setempat, biayanya Rp8.000 per jam. Harga itu juga mengalami kenaikan, semula Rp6.000 per jam.

"Untuk air mandi, kalau dulu sebelum naik per bulan habis Rp150.000. Sekarang bisa Rp200.000 per bulan untuk mandi. Untuk air minum, dua hari sekali (bayar) Rp5.000 . Dikali satu bulan sudah berapa? Belum listrik!" tuturnya.

Hal itu yang membuatnya putar otak. "Makanya saya masak air minum sendiri. Daripada galon? Galon berapa duit?"

Buka pintu karena kegerahan

Ilustrasi cuaca panas.

Lain dengan Titin, Dadan Supriatna tak menggunakan kipas angin untuk menghilangkan rasa gerahnya. Pria asal Sukabumi, Jawa Barat, itu mengandalkan angin alam supaya tidak gerah.

"Ya, kalau malam-malam panas, pintu saya buka," kata pria yang sehari-hari menjadi tukang becak di Tambora itu.

"Cuaca belakangan ini memang makin panas jadi saya harus pintar-pintar jaga kondisi dan mengatur waktu istirahat. Yang cukup terasa itu di air minum, dulu paling saya beli empat botol buat satu sehari, sekarang lebih dari enam botol," kata pria 56 tahun itu.

Kenapa akhir-akhir ini cuaca panas?

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi, akan minim potensi pertumbuhan awan hujan, sehingga suhu udara pada siang hari bakal cenderung lebih panas dari periode akhir-akhir ini. Diperkirakan, kondisi atmosfer wilayah Indonesia bagian selatan pada Juni—Agustus semakin kering.

Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Ida Pramuwardani mengungkapkan, minimnya tutupan awan pada siang hari dan kandungan uap air atmosfer lapisan bawah yang menjadi tinggi menjadi sebab suhu udara di Indonesia bagian selatan terasa terik dan gerah waktu malam hari.

Ida Pramuwardani bilang, dalam sepekan terakhir suhu udara di pelbagai wilayah Indonesia berkisar 32—37 derajat Celcius. Suhu tertinggi pada 28 April 2024 di Deli Serdang, mencapai 37,3 derajat Celcius.

Bukan gelombang panas

Kondisi cuaca di Kota Bandung yang cerah pada Selasa, 27 Juni 2023.

Apa yang terjadi di Indonesia bukan gelombang panas sebagaimana yang terjadi di Thailand, Vietnam, dan Filipina. Di Myanmar, suhu bahkan mencapai 45,8 derajat Celcius. Di Thailand, suhu mencapai 44 derajat Celcius.

Kata dia, umumnya gelombang panas terjadi di wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi dengan syarat terjadi kenaikan suhu mencapai lima derajat lebih tinggi dari suhu rata-rata maksimum harian dalam kurun watu lima hari berturut-turut atau lebih. Secara karakteristik, suhu panas terik yang terjadi di Indonesia sebagai akibat dari siklus tahunan dari gerak semu matahari.

Kondisi ini, kata Ida, umum terjadi, biasanya pada bulan Maret—Juni, di mana posisi matahari yang berada tidak jauh dari ekuator yang sekarang sedang berada di belahan bumi utara dan bergerak ke utara.

Selain itu, kondisi cuaca di beberapa wilayah Indonesia minim pertumbuhan awan dan hujan. "Kondisi ini tentunya menyebabkan penyinaran matahari tidak mengalami hambatan signifikan oleh awan di atmosfer, sehingga suhu pada siang hari di luar ruangan dapat terasa terik," tuturnya, seperti dilaporkan BBC News Indonesia.***

Sentimen: negatif (88.9%)