Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Tradisi Bagi-bagi Angpao Saat Lebaran, Berasal dari Budaya Tionghoa Kala Rayakan Imlek
Pikiran-Rakyat.com
Jenis Media: Nasional

PIKIRAN RAKYAT – Selain mudik, makan ketupat, dan berziarah, tradisi bagi-bagi angpao juga tak terpisahkan dari perayaan Lebaran di Indonesia. Tradisi ini ternyata berasal dari budaya Tionghoa yang terbiasa membagi-bagikan uang saat Hari Raya Imlek. Bagaimana sejarahnya?
Dalam budaya Tionghoa, tradisi bagi-bagi angpao identik dengan perayaan Tahun Baru Imlek. Angpao atau dalam Bahasa Mandarin biasa disebut hongbao adalah amplop merah yang diisi sejumlah uang tunai dan diberikan sebagai hadiah kepada anak-anak yang lebih muda. Selain saat Imlek, tradisi ini kerap muncul dalam acara pernikahan. Angpao dianggap sebagai simbol keberuntungan, kekayaan, dan harapan yang baik untuk tahun yang akan datang.
Namun dalam sejumlah literatur disebutkan bahwa tradisi bagi-bagi angpao ini juga dipengaruhi oleh tradisi salam tempel yang berasal dari era Kesultanan Utsmaniyah. Tradisi ini dibawa oleh imigran yang melakukan perdagangan di Indonesia. Pada akhirnya, tradisi bagi-bagi uang saat Lebaran menjelma menjadi kebiasaan yang hampir ada di seluruh daerah di Indonesia.
Tak sekadar memberi uang
Aksi bagi-bagi angpao saat Lebaran tidak hanya sekadar memberi uang, tetapi juga merupakan bentuk kepedulian, penghargaan, dan solidaritas dalam keluarga besar. Angpao juga dapat menjadi cara untuk mempererat ikatan psikologis dan menjaga keharmonisan di antara anggota keluarga.
Dengan demikian, tradisi bagi-bagi angpao saat Lebaran tidak hanya mencerminkan nilai-nilai keagamaan Islam dalam berbagi rezeki dan kebaikan, tetapi juga melambangkan harmoni dan pluralitas budaya di tanah air.
Jangan Memaksakan
Pengamat sosial dari Universitas Tulang Bawang Lampung Suryani M. Nur mengatakan budaya yang diadaptasi dari tradisi Tionghoa ini memiliki banyak nilai positifnya. Selain berbagi rezeki, budaya ini juga menunjukkan kepekaan sosial serta menumbuhkan ikatan psikologis positif antara yang memberi dan menerima.
“Terlebih pada momentum Lebaran, semua orang, khususnya umat Islam sedang merayakan hari bahagia. Dengan berbagi tentu akan menambah kebahagiaan bersama,” ujarnya dikutip dari NU Online.
Namun sudah seharusnya tradisi ini dilakukan dengan ikhlas tanpa paksaan. Dalam artian, masyarakat tidak perlu memaksakan jika memang sedang dalam kondisi keuangan yang tidak baik. Tradisi ini juga tidak boleh menjadi kebiasaan mengajarkan sifat tamak atau berharap-harap pemberian orang lain.***
Sentimen: positif (93.9%)