Sentimen
Positif (64%)
28 Mar 2024 : 04.50
Informasi Tambahan

BUMN: Garuda Indonesia

Tokoh Terkait

Tak Semua Warga Bersukacita atas Pembangunan IKN, Ada Warga yang Takut Tersingkirkan

28 Mar 2024 : 04.50 Views 5

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Tak Semua Warga Bersukacita atas Pembangunan IKN,  Ada Warga yang Takut Tersingkirkan

PIKIRAN RAKYAT - Sukini, 50 tahun, warga Desa Bumi Harapan, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, tak ikut bersukacita atas pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Hal itu disampaikannya pada medio Februari 2024.

"Di sini mau jadi kota, kalau kami mau diusir sama saja. Ndak melihat kami kota itu," kata dia.

Tempat tinggal Sukini berimpitan dengan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP). Desa tempat tinggalnya dihuni masyarakat keturunan Suku Balik, Suku Paser, dan transmigran.

Sukini tidak sendiri, ada Syarariyah, 48 tahun, warga keturunan Suku Paser yang merasakan hal yang sama. Semula, dia dan suaminya girang saat mendengar kabar bahwa ibu kota akan berpindah dari Jakarta ke Penajam Paser Utara. Kini perasaan Syarariyah diliputi kekhawatiran. Khawatir tersingkirkan.

"Katanya nanti di IKN ini ada teknologi canggihnya, pakai motor listrik, kami ingin lihat itu IKN bagaimana nantinya," kata dia menerangkan.

Warga digusur

Presiden Joko Widodo mengencangkan baut saat pemasangan bilah pertama Garuda di Kantor Presiden, Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat, 22 September 2023. Presiden Jokowi menyebut progres pembangunan Kantor Presiden sudah mencapai 38 persen.

Perlahan, satu per satu warga Desa Bumi Harapan sudah digusur untuk pembangunan IKN. Keluarga Syarariyah termasuk warga yang digusur. Kini, dia dan Sukini tinggal menunggu waktu.

Syarariyah mengungkapkan, ada hal yang menjadi persoalan. Adalah proses penawaran ganti rugi disampaikan kepada warga satu per satu. Hal itu membuat warga sulit menggalang kekuatan untuk memperjuangkan haknya. Syarariyah bahkan kerap tidak mengetahui kapan tetangganya akan pindah.

Selain itu, ada pula warga yang terpaksa menjauh dari IKN lantaran uang ganti rugi yang diterima tak sebanding dengan kenaikan harga tanah yang drastis.

"Sedih lah, dijauhkan dari keluarga kita yang tadinya dekat bisa ngumpul, bisa tahu kabar, dan lagi orangtua juga jauh," kata dia, "sedikit-sedikit masyarakat di sini sudah tersingkir dengan IKN ini."

IKN bikin warga terpisah dengan keluarga

Ibu Kota Nusantara (IKN).

Selain Syarariyah dan Sukini, ada Rini, 26 tahun, yang juga menyampaikan keluhan. Warga keturunan Suku Paser itu kini harus hidup terpisah dengan keluarganya. Keluarganya pindah ke Batu Engau, jarak yang cukup jauh dari desa tempat tinggalnya, mesti menempuh 9 jam perjalanan.

Warga Suku Balik dan Suku Paser, suku adat yang menempati wilayah IKN, merupakan yang paling terdampak dengan pembangunan itu. Sosiolog dari Universitas Mulawarman Sri Mulianti mengungkapkan, hal-hal yang sejak awal dikhawatirkan ihwal nasib warga lokal sudah menjadi kenyataan.

Masyarakat setempat disingkirkan. Mereka dibiarkan menata kehidupannya dari nol, sedangkan kampung halamannya berubah muka menjadi kota modern yang tak bisa mereka nikmati.

"Sebenarnya ini kan cuma pengulangan saja dari modus operandi tentang bagaimana masyarakat sengaja disingkirkan di dalam pembangunan itu," ucapnya.

Hamidah, 60 tahun, memberikan kesaksian. Ketika kali pertama rencana pembangunan IKN, dia belum membayangkan suatu waktu rumahnya akan digusur. Tempat tinggalnya digusur untuk pembangunan infrastruktur pengolahan air limbah dan sampah terpadu IKN. Kala itu, dia tak punya pilihan untuk menolak.

"Kalau saya ndak mau ngikut, yang sebelah-sebelah kan ikut semua. Kalau saya bertahan, otomatis saya sendirian. Kalau kompak bertahan, otomatis saya bertahan juga," tuturnya, seperti dilaporkan BBC News Indonesia.***

Sentimen: positif (64%)