Sentimen
Informasi Tambahan
Kasus: korupsi
Tokoh Terkait
Loyalis Ganjar Sebut Moment Prabowo dan Jokowi di MRT Jadi Pemicu Rusaknya Demokrasi Indonesia
Fajar.co.id
Jenis Media: Nasional

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Loyalis Ganjar Pranowo, Jhon Sitorus, blak-blakan mengenai kondisi demokrasi di Indonesia.
Dikatakan Jhon, rusaknya demokrasi Indonesia diawali dari moment Prabowo dan Jokowi bertemu di MRT Jakarta 2019 lalu setelah Pilpres.
"Urusan kongkalikong 2024, kekuasaan yang tawar menawar direncanakan mulus dengan dalih persatuan bangsa," ujar Jhon dalam keterangannya di aplikasi X @Miduk17 (10/3/2024).
Jhon menjelaskan, semua orang terbius kala itu, kagum dengan aksi teatrikal didepan penumpang MRT dan seatero NKRI.
"Banyak yang bertepuk tangan walau beberapa saat kemudian banyak yang kecewa karena ternyata dia juga rakus akan jabatan," tukasnya.
Jhon bilang, Partai milik Prabowo, Gerindra, mendapatkan dua kursi Menteri.
"Walaupun satu orang akhirnya ditangkap KPK karena korupsi. Hari-hari sibuk menempel dengan Jokowi, bahkan dikasih kerjaan mengurusi food estate walau sangat jauh dari bidangnya," cetusnya.
Pada bidang Prabowo sendiri, kata Jhon, hanya sanggup beli pesawat tempur rongsokan yang masa pakainya sudah hampir selesai.
"Target Industrialisasi pertahanan ala Jokowi jadi gagal. Deal-deal politik itu ternyata tak sampai diurusan Menteri," tandasnya.
Lanjut Jhon, niat tiga Periode atau perpanjangan kekuasaan Jokowi mesti dilanggengkan walau pada akhirnya ditolak oleh partai yang memungutnya, PDI Perjuangan.
"Ngambek, marah dan balas dendam. PDI Perjuangan harus digembosi. Cukup tusuk ulu hatinya dengan menyodorkan anak kandung ke pangkuan rival PDIP, Prabowo," sebutnya.
Dibeberkan Jhon, isu persatuan juga dipakai di Pilpres 2024 demi menutupi masa lalu yang hitam dan penuh darah.
"Rupanya kamuflase itu sukses membius kembali rakyat Indonesia demi ambisi kekuasaan dan ambisi kroni-kroni serta oligarki yang tak mengenal batas kenyang," terangnya.
"Ya, lama-lama saya akhirnya sadar. Apa yang diucapkan oleh dia, defenisikan sebagai kebalikannya," kunci Jhon.
(Muhsin/fajar)
Sentimen: negatif (65.3%)