Sentimen
Netral (94%)
9 Mar 2024 : 20.05
Informasi Tambahan

Kasus: stunting

Tokoh Terkait

TPK: Kelompok Remaja Sumbang Peningkatan Angka Stunting Akibat Kehamilan yang Tak Dikehendaki

9 Mar 2024 : 20.05 Views 5

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

TPK: Kelompok Remaja Sumbang Peningkatan Angka Stunting Akibat Kehamilan yang Tak Dikehendaki

PIKIRAN RAKYAT - Tim Pendamping Keluarga (TPK) sekaligus Kader KB Kelurahan Pringgokusuman, Patricia Sri Maryanti mengingatkan pentingnya strategi komunikasi kepada komunitas untuk meningkatkan kesadaran remaja akan pentingnya tablet tambah darah untuk mencegah stunting dari hulu.

"Tablet tambah darah kami sampaikan kepada remaja putri untuk mereka siap berkeluarga, hamil, dan melahirkan, kadar hemoglobin (hb) yang memenuhi standar itu berapa, kalau pada remaja 10-15 gram/dl," ujar Patricia dalam talkshow BKKBN "TPK Garda Terdepan Penurunan Stunting di Indonesia" di Kimaya Hotel Sudirman, pada Jumat, 8 Maret 2024.

Patricia menjelaskan, apabila sejak remaja seseorang sudah mengalami kekurangan darah merah atau anemia, maka saat masa kehamilan dan melahirkan juga akan kesulitan dan anaknya berisiko menderita stunting.

"Makan-makanan cepat saji, tidak suka makan-makanan hijau, itu juga berpengaruh. Para remaja ini kebanyakan mengeluh tidak mau meminum tablet tambah darah karena mual saat mengonsumsi," tuturnya.

Stunting Akibat Kehamilan Tak Dikehendaki

Di samping itu, TPK Swasti Prana Wijayawati Santoso pun turut menambahkan masih terjadi peningkatan angka stunting di wilayahnya akibat terjadi kehamilan tidak dikehendaki (KTD).

"Sekarang ya posisi kelurahan pringgo itu kita di tengah kota di Maliobor dekat dengan Pasar kembang (Sarkem), paham kan ya?" ujar Swasti.

"Jadi banyak ada juga cuma itu bukan dampingan kita, ada dampingan tim lain. Jadi banyak juga (TKD)," ujarnya menambahkan.

Swasti menyebut salah satunya dikarenakan pengaruh lingkungan.

"He'eh (iya lingkungan)," tuturnya.

Patricia mengatakan, pihaknya baru mengetahui persoalan TKD ketika remaja tersebut saat usia kandungannya memasuki bulan kelima.

"Mereka itu selalu menyembunyikan. Jadi tau2 sudah 5 bulan. Kita ini kan ada kader bumil juga, kita kan ada kerja sama dengan kader bumil, teryata enggak ada datanya di situ. Terus dapat nih dari puskesmas kok enggak ada laporan? Ternyata dia baru ke puskesmas kandungan usia sudah 5 bulan," katanya.

Kendati demikian, Swasti memastikan bahwa pihaknya terus memberikan edukasi untuk mencegah terjadinya stunting, salah satunya dengan rutin mendatangi puskesmas.

"Risiko kita tidak berani langsung ngomong stunting karena itu akan biasanya orangtua juga gak suka kalau anaknya diomongin stunting. Risiko, kita bilangnya risiko stunting dari berat badan kan kelihatan," tuturnya.

"Paling enggak, dia diajak kerja sama enak. Yang enggak enak itu ya itu tadi sudah disuruh, ya kalau ini, jadinya kadang kita ini kita mau bantu kamu loh. Gimana sih rasanya," kata Patricia.***

Sentimen: netral (94.1%)