Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Institusi: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Kab/Kota: Bekasi, Depok, Lenteng Agung, Setu, Jagakarsa
Kasus: Maling
Kolor Ijo Pernah Bikin Takut Warga, Urban Legend 2003-2005
Pikiran-Rakyat.com
Jenis Media: Nasional

PIKIRAN RAKYAT - Kolor Ijo merupakan urban legend yang pernah membuat warga Jakarta dan sekitarnya ketakutan. Kejadian itu terjadi pada tahun 2003-2005. Kemunculannya juga membuat warga yang merasa resah berputar otak supaya rumahnya tak didatangi sosok itu.
Bambu kuning dan daun kelor digunakan menjadi penangkal. Dua benda itu diikat, disimpan di pintu. Bambu kuning dan daun kelor di pintu itu merupakan pemandangan yang lazim ditemui kala itu. Sebagian masyarakat meyakini, benda itu bisa menangkal Kolor Ijo yang meresahkan.
Bahkan waktu itu, keberadaan bambu kuning dan daun kelor menjadi langka di pasaran. Tak jelas pula siapa yang menggagas dua benda itu dijadikan sebagai penangkal si Kolor Ijo.
Dari mana fenomena Kolor Ijo bermula?
Kala itu, Kolor Ijo dikabarkan merupakan makhluk yang menggunakan kolor berwarna hijau saat sedang beraksi dan menampakkan diri. Kisah Kolor Ijo bermula dari tragedi perampokan dan pemerkosaan di Desa Cijengkol, Setu, Bekasi, Jawa Barat, pada 20 Oktober 2003 malam WIB.
Di desa tersebut, rumah seorang warga dibobol maling. Pelaku masuk rumah korban pada pukul 22.30 WIB dan berkolor warna hijau. Selain mengambil harta benda korban, si Kolor Ijo juga memperkosa korban, menodong menggunakan golok yang ditempel di leher korban.
Si Kolor Ijo menggasak kalung dan liontin korban, lalu barang tersebut ditelan di mulutnya. 'Makhluk misterius' itu melahap kalung emas seberat 10 gram. Pelaku pergi dengan santai, keluar dari rumah dan menghilang di kegelapan permukiman itu.
Peristiwa serupa juga terjadi di pelbagai wilayah, bukan cuma di Bekasi saja. Di Depok, Jawa Barat, bahkan terjadi di Gang Haji Sa'atun, Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Keamanan lingkungan rumah warga ditingkatkan, warga kembali merutinkan ronde malam.
Bambu kuning dan daun kelor dinilai menjadi penangkal paling mujarab. Keresahan itu membuat warga semakin ketakutan untuk keluar rumah malam hari.
Liputan6--diakses 3 Maret 2024--melaporkan, keresahan akan makhluk berkolor hijau itu mereda seiring dengan pengumuman polisi. Ada tiga perempuan yang mengaku sebagai korban si Kolor Ijo membikin laporan palsu.
Menakut-nakuti anak
Ilustrasi sosok misterius.
Sarifah, perempuan warga Kampung Pladen, Pondok Ranji, Ciputat, secara blak-blakan bilang alasan di balik laporan palsu Kolor Ijo kepada pihak kepolisian. Dia mengaku membikin laporan palsu itu untuk menakut-nakuti anaknya.
"Pikiran saya memang sedang kalut, lagi kacau. Cuma itu saja," kata dia, menceritakan latar belakang di balik laporannya.
Dia mengarang cerita karena permasalahan ekonomi yang harus dihadapi. Memiliki tiga anak yang dicintai, Sarifah tak mau ketiga anaknya itu berbuat macam-macam. Dia mencoba menghindari omongan orang kampung.
Sarifah bukan satu-satunya warga yang membikin laporan palsu. Nurma adalah warga Lenteng Agung yang membuat karangan menjadi korban Kolor Ijo karena kesal pada suaminya yang sudah sebulan menganggur.
Dia sengaja merobek bajunya sendiri supaya suaminya yang sudah sebulan tak bekerja itu percaya. Warga yang mengira peristiwa yang menimpa Nurma itu nyata lantas melaporkan tragedi yang diceritakan Nurma itu ke Polsek Jagakarsa.
Walakin, kendati laporan Nurma merupakan karangan belaka, Polsek Jagakarsa tetap memrosesnya. Pihak Polsek sudah menaruh rasa curiga terhadap laporan janggal itu.
Bukan hal baru
Dalam jurnal bertajuk Urban Legend Kolor Ijo: Konstruksi Ketakutan di Jakarta, 2003-2005, karya Endi Aulia Garandian dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta disebutkan bahwa fenomena urban legend atau legenda kota yang viral sudah sering terjadi di masyarakat. "Hal tersebut umumnya muncul dan beredar karena difasilitasi oleh pemberitaan media, gosip, dan rumor di tengah masyarakat."
Dalam studinya itu, Endi juga menyebutkan bahwa sebuah urban legend bisa berkelindan dengan persoalan kriminalitas. "Hubungan dua hal ini kemudian menimbulkan ketakutan di masyarakat, tanpa mengenal kelas. Tidak ada jaminan bahwa kelas sosial dan pendidikan selalu berpengaruh terhadap keterpercayaan seseorang terhadap isu-isu legenda kota. Tetapi yang pasti, setiap cleavages hunian di ruang kota juga punya pengaruh terhadap dipercaya atau tidaknya sebuah isu legenda kota."
Selain itu, ada juga yang meletakkan agama sebagai jalan keluar, seperti dengan membaca kitab suci atau ayat pengusir hantu. Namun, menurut Endi, penting digarisbawahi bahwa ketakutan bisa mewujud dalam masyarakat tak terlepas dari media, rumor dan gosip yang beredar.***
Sentimen: negatif (100%)