Sentimen
Positif (99%)
19 Feb 2024 : 19.46
Informasi Tambahan

Event: Rezim Orde Baru

Institusi: UGM

Kab/Kota: Pamekasan, Madura

Kasus: HAM

Kala Program Susu dan Makan Siang Gratis Lebih Penting dari Isu Pelanggaran HAM dan Demokrasi

19 Feb 2024 : 19.46 Views 5

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Kala Program Susu dan Makan Siang Gratis Lebih Penting dari Isu Pelanggaran HAM dan Demokrasi

PIKIRAN RAKYAT - Sejumlah persoalan dalam rekam jejak Prabowo-Gibran hanya dibicarakan dan menjadi kegelisahan kelompok kelas menengah berpendidikan yang kritis. Hal itu dinilai menjadi alasan mengapa suara Paslon Nomor Urut 2 itu tetap unggul dalam hasil penghitungan suara (quick count) Pemilu 2024.

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) di Universitas Gadjah Mada (UGM), Mada Sukmajati mengatakan bahwa isu demokrasi seperti hak asasi manusia (HAM), konflik kepentingan, dan moralitas pejabat negara tidak dibicarakan oleh sebagian besar masyarakat ekonomi bawah dan kelompok berpendidikan rendah.

Menurutnya, itulah alasan mengapa film dokumenter Dirty Vote yang berkisah tentang dugaan kecurangan pemilu dan pernyataan sikap para guru besar yang mencemaskan situasi demokrasi di Indonesia tidak mampu menjegal perolehan suara Prabowo-Gibran.

"Kegelisahan bahwa demokrasi sedang mundur itu narasi-narasi dari kelompok menengah kritis dan masyarakat elit," ucap Mada Sukmajati.

Jumlah Masyarakat Ekonomi Bawah

Setidaknya, tujuh dari setiap 10 orang penduduk Indonesia adalah orang dengan pendapatan menengah ke bawah. Data itu menurut Survei Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021.

BPS mencatat, jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 26 juta orang pada September 2022. Angka itu tidak termasuk orang-orang yang rentan miskin karena berada di sekitar garis kemiskinan.

Sementara itu, jumlah penduduk Indonesia yang mencapai jenjang sarjana hanya 6,4 persen pada Juni 2022. Menurut data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil,  persentase itu setara 61.000 orang.

Penduduk yang menyelesaikan sekolah sampai tingkat SMA hanya 20,8 persen atau sekitar 57 juta orang.

Menurut Mada Sukmajati, transisi menuju demokrasi yang didambakan Indonesia pasca keruntuhan Orde Baru tidak dibarengi kesejahteraan. Data-data yang merujuk tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia itu berkaitan erat dengan proses elektoral.

"Bagi pemilih dari kelompok ekonomi menengah-bawah, bisa makan dan punya tempat tinggal layak adalah persoalan nyata yang mereka hadapi setiap hari," ujarnya.

Kesejahteraan = Basis saat Mencoblos

Mada Sukmajati menambahkan, isu kesejahteraan merupakan basis bagi kelompok warga saat memberikan pilihan politik. Konsekuensi dari keterkaitan ini adalah munculnya calon-calon pemimpin yang menawarkan program populis.

Warga dari kelas ekonomi bawah cenderung menyukai kontestan pemilu seperti ini, yang mereka anggap bisa segera menawarkan solusi atas persoalan ekonomi sehari-hari mereka.

“Program makan siang dan susu gratis Prabowo-Gibran itu memang jauh lebih mengena untuk kelompok masyarakat ini, dibandingkan, misalnya program internet gratisnya Ganjar atau bahkan isu keadilan yang lebih abstrak bagi mereka,” tutur Mada Sukmajati.

Bantuan berbentuk uang sebesar Rp600.000 yang dibagikan Presiden Jokowi melalui bansos mitigasi risiko pangan jelang pencoblosan memperkuat posisi Prabowo-Gibran sebagai calon pemimpin yang populis. Mada Sukmajati menilai, bansos inilah yang kemungkinan besar membuat suara Prabowo-Gibran lebih tinggi dari sejumlah survei sebelum hari pencoblosan.

“Dengan kondisi seperti itu, di saat-saat terakhir jelang pencoblosan, kelompok menengah ke bawah yang belum menentukan pilihan pada akhirnya memilih Prabowo-Gibran,” katanya.

Janji Makan Siang Gratis yang Memikat

Warga DKI Jakarta, Nining memilih Prabowo Subianto yang menurutnya ”peduli kepada masyarakat”. Janji Prabowo Subianto memberikan makan siang gratis memikatnya yang tergolong pemilih dari kelompok ekonomi menengah ke bawah ini.

“Hidup sehat, berkecukupan, tidak berkekurangan,” ucapnya, merujuk janji kampanye Prabowo yang menarik perhatian.

“Prabowo bisa menyejahterakan masyarakat, sehingga tidak ada yang miskin dan menderita lagi,” kata Nining menambahkan.

Program makan siang gratis juga menjadi alasan dua warga Pamekasan, Madura, Jawa Timur, tentang mengapa mereka memilih Prabowo Subianto.

“Daripada dikasih internet gratis, lebih baik dikasih makan siang gratis,“ ujar Hendri.

Dia berkata, tidak terlalu tertarik dengan strategi kampanye Prabowo Subianto di media sosial yang memakai lagu dan goyang disko. Dia juga tidak menonton film Dirty Vote yang bertutur tentang tuduhan kecurangan di balik kontestasi Prabowo-Gibran.

“Saya tidak mempertimbangkan masalah HAM. Masalahnya saya enggak tahu soal itu,” kata Hendri.

Warga Kecamatan Palengaan, Pamekasan, Dedi Pramana memilih Prabowo sejak Pilpres 2014. Program makan siang dan susu gratis semakin memantapkan pilihannya.

“Saya pernah baca berita tentang rekam jejak Prabowo, cuma enggak saya tangggapi, enggak ada urusannya. Isu-isu itu tidak penting bagi saya karena kadang orang itu mau fitnah, mau apa gitu,” tuturnya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari BBC.***

Sentimen: positif (99.6%)