Sentimen
Positif (100%)
26 Jan 2024 : 13.15
Informasi Tambahan

Agama: Islam, Kristen, Katolik

Tokoh Terkait
Jusuf Kalla

Jusuf Kalla

Gus dur

Gus dur

Sidang Raya PGI di Toraja Bakal Undang Presiden Terpilih, Panitia Anggarkan Rp 14 Miliar

26 Jan 2024 : 13.15 Views 1

Fajar.co.id Fajar.co.id Jenis Media: Nasional

Sidang Raya PGI di Toraja Bakal Undang Presiden Terpilih, Panitia Anggarkan Rp 14 Miliar

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) bakal menggelar acara akbar 5 tahunan Sidang Raya PGI XVIII, pada 1 sampai 14 November 2024. Tahun ini giliran Toraja, Sulawesi Selatan bertindak sebagai tuan rumah.

Sidang Raya merupakan ajang pesta iman gereja-gereja di Indonesia, dan juga forum pengambilan keputusan tertinggi PGI. Sidang ini tidak hanya milik gereja tapi juga masyarakat.

Ketua Umum Panitia Sidang Raya PGI XVIII, Pendeta Musa Salusu mengaku tidak hanya melibatkan umat Kristen saja, tapi juga menggandeng tokoh agama lain seperti muslim dan Katolik, tokoh adat, tokoh masyarakat, serta pemerintah guna menyukseskan hajatan ini.

"Sehingga semua pihak bergandengan tangan mempersiapkan kelancaran dan kesuksesan Sidang Raya ini," jelas Musa Salusu, Kamis (25/1/2024).

Calon Anggota DPD RI ini mengharapkan dukungan dari berbagai pihak, khususnya para jemaat dan masyarakat Toraja.

Pasalnya, Sidang Raya di Toraja yang bakal dihadiri sedikitnya 3.000 orang utusan dari 97 sinode anggota PGI ini menjadi wadah promosi budaya dan pariwisata Toraja untuk lebih dikenal lagi di kancah nasional maupun internasional.

"Ini untuk kepentingan kita semua, demi nama baik Toraja. Karena ini akan mempengaruhi semua sektor di Toraja. Utamanya pariwisata Toraja akan terangkat secara nasional karena tamu-tamu yang datang bukan hanya pimpinan-pimpinan gereja, tapi juga pimpinan agama baik dari dalam negeri maupun luar negeri," jelas Musa.

Salah satunya adalah dukungan dana yang membutuhkan jumlah tidak sedikit.

Menurut Musa Salusu, panitia menganggarkan mencapai Rp 14 miliar.

Sampai saat ini kata dia, panitia baru mengumpulkan sekitar Rp 1,9 miliar.

"Kami sudah berkomunikasi dengan gereja-gereja, kami akan mendapatkan dana tambahan sebesar Rp 2-2,5 miliar," ungkap Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Toraja Utara itu.

"Kita menggelarnya tidak terlalu mewah dan tidak terlalu sederhana. Anggaran sekali makan saja menghabiskan sekitar Rp 75 - 100 juta untuk 1.500 orang. Bukan hanya makanannya, tapi tenaga kerja juga harus kita pikirkan," lanjut dia.

Saat penyelenggaraan sidang Raya PGI di Toraja, Indonesia sudah memiliki pemimpin baru. Musa mengatakan presiden atau wakil presiden terpilih nantinya juga akan diundang.

"Presiden atau wakil presiden terpilih kita undang. Waktu di Kalimantan Presiden Gus Dur yang datang, di Nias Wapres Jusuf Kalla. Nah, di Toraja ini tepatnya dua minggu setelah pelantikan presiden terpilih. Mudah-mudahan bisa hadir meluangkan waktu. Semoga Tuhan berkenan saya jadi anggota DPD RI," ucapnya.

Pembukaan Sidang Raya dilaksanakan pada 1 November 2024 di Pelataran Tongkonan Kete Kesu.

Kete Kesu adalah salah satu desa adat yang banyak menyimpan cerita dan sejarah Tana Toraja, dari mulai rumah adat serta makam kuno ada di sini. Sehingga dipilihnya Kete Kesu sebagai venue pembukaan Sidang Raya PGI akan menunjukkan betapa fenomenalnya nuansa budaya Toraja.

Adapun rincian acaranya, pada tanggal 1-4 November dilaksanakan pertemuan raya Pemuda Gereja dan pertemuan raya Perempuan-perempuan gereja di Indonesia yang masing-masing akan dihadiri tidak kurang dari 600 orang di Tana Toraja.

Kemudian pada tanggal 5 dan 6 November dilaksanakan Sidang Majelis pekerja lengkap PGI akan dihadiri sebanyak 300 orang.

Selanjutnya pada tanggal 7 November dihelar Sidang MPH. Kemudian tanggal 8-14 November dilaksanakan Sidang Raya PGI.

Segala persiapan terus dimatangkan. Mulai dari mempersiapkan venue acara, memastikan ketersediaan kamar hotel, dan persiapan-persiapan lainnya diupayakan terperinci dengan baik.

"Persiapan panitia berjalan lancar. Kita pastikan venue sidang hingga kamar hotel. Karena jumlah peserta sangat banyak dan tentu kamar hotel tidak cukup menampung, makanya kita juga siapkan rumah-rumah masyarakat untuk mereka tinggal nanti selama Sidang Raya PGI berlangsung," jelasnya.

Musa Salusu merupakan seorang Pendeta Gereja Toraja yang saat ini telah Emeritus. Ia menjadi Pendeta Gereja Toraja yang ke 192 pada 1985.

Pria kelahiran Rantepao, Toraja, Sulawesi Selatan 4 Maret 1958 itu sudah sejak lama konsern dalam menyuarakan dan merawat nilai-nilai kebangsaan di tanah kelahirannya, Sulsel.

Nilai-nilai budaya, keharmonisan, kerukunan di tengah keragaman agama dan adat istiadat adalah misi utamanya maju sebagai calon senator.

Mantan Ketua Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja itu mengaku awalnya tidak berpikir masuk politik dan ikut kontestasi. Tapi setelah purnatugas, banyak tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat menginginkan dirinya maju sebagai calon anggota DPD RI dari Sulsel.

Mereka menilai Musa bisa berbuat lebih banyak dalam skala nasional.

Beragam program unggulan ia tawarkan lewat roadshow politik dan temu masyarakat dalam bentuk silaturahmi. Selain memberikan kartu nama dimana didalamnya tertera nama lengkap, foto, serta nomor urut, Musa Salusu juga mendengar serta mencatat setiap aspirasi warga yang ditemuinya.

"Kartu nama sebagai calon DPD RI saya bagi-bagikan ke masyarakat supaya mereka ingat sampai masuk TPS nanti. Puji Tuhan masyarakat menyampaikan beragam aspirasi, dan respon mereka sangat positif. Saya percaya pada umumnya tempat-tempat yang kami kunjungi mendapat kesan sangat baik dari masyarakat," ungkapnya.

Tak ketinggalan, sebagai tokoh pemersatu, Musa juga mensosialisasikan dasar kebangsaan terutama 4 pilar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.

"Karena dengan cara itu kita sebagai bangsa dengan beragam suku, ras, dan agama bisa rukun dan bersatu kalau masyarakat memahami landasan negara dan tujuan negara," papar Magister Theologia STT INTIM Makassar ini.

Di sisi lain, sebagai Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Toraja Utara, Musa memiliki tanggung jawab besar dalam memelihara kerukunan umat beragama.

Menurut dia, untuk mewujudkan itu, sangat didukung oleh banyak faktor, diantaranya budaya masyarakat yang saling menghormati, saling menghargai dan tolong menolong yang telah terbangun sejak nenek moyang bangsa ini.

FKUB adalah wadah yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi pemerintah dalam rangka membangun dan memelihara serta memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan bagi seluruh pemeluk agama di Indonesia.

"FKUB itu diisi oleh tokoh lintas agama, semua agama ada perwakilannya. Saya jadi ketua di Torut sejak 2011 sampai sekarang. Salah satu tugasnya memberikan rekomendasi bagi pihak yang akan mendirikan rumah ibadah supaya tidak terjadi masalah. Termasuk mencegah konflik atau pertikaian antar umat, menghalau pengaruh buruk dari luar. Sehingga FKUB selalu melakukan sosialisasi bahwa kerukunan itu harus terus dirawat," paparnya. (*)

Sentimen: positif (100%)