Sentimen
Negatif (65%)
23 Jan 2024 : 06.00
Tokoh Terkait
Ismail Fahmi

Ismail Fahmi

"Streisand Effect" dan Dinamika Penyensoran Tayangan Kampanye

23 Jan 2024 : 06.00 Views 1

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

"Streisand Effect" dan Dinamika Penyensoran Tayangan Kampanye

SEMAKIN dilarang, semakin penasaran. Fenomena ini sudah terjadi, bahkan sejak Adam dan Hawa tercipta.

Dalam pengisahan banyak kitab suci agama disebutkan bahwa manusia pertama yang dilabel Adam dan Hawa pernah dilarang untuk memakan hanya satu jenis buah. Selebihnya, boleh.

Pembatasan itu justru membuat keduanya penasaran tentang buah itu, rupa dan rasanya. Dilalahnya, mereka malah memakan buah terlarang itu. Akibatnya Adam dan Hawa, seperti yang disebutkan di berbagai ajaran agama, jatuh ke dalam dosa.

Rasa penasaran adalah motivasi internal dan melekat di dalam diri manusia untuk mencari tahu tentang objek atau fenemona yang diinginkan.

Penasaran timbul dari efek proses komunikasi, baik komunikasi verbal maupun non-verbal. Rasa penasaran mendorong sikap keingintahuan, atau sering diisitilahkan kaum generasi milenial dan generasi Z dengan kata KEPO (Knowing Every Particular Object).

Salah satu jenis larangan yang semakin sering terjadi saat ini adalah pembatasan dalam berwacana, kebebasan berekspresi dan menyampaikan informasi. Istilah ini sering disebut penyensoran.

Penyensoran bukan saja bentuk komunikasi langsung, melainkan juga komunikasi tidak langsung yang melibatkan peran medium (media).

Dalam kasus penyensoran tayangan Videotron Anies Baswedan, Calon Presiden nomor urut 1, informasi take down tayangan Anies tersebar melalui media dan diterima oleh khalayak.

Dalam proses decoding masyarakat, praktik penyensoran tersebut menciptakan efek penasaran terhadap tayangan Videotron tersebut.

Rasa penasaran ini memunculkan sikap ingin tahu terhadap konten yang disensor dan siapa pula yang melakukan sensor.

Kondisi ini menimbulkan dinamika pada praktik penyensoran videotron Anies. Terlepas penilaian masyarakat terhadap praktik penyensoran, dengan terjadinya penyebaran wacana itu, membuat masyarakat menjadi kepo.

Implikasinya terjadi kontraproduktif jika tidak mau menyebutnya sebagai bumerang. Jika pelarangan tayangan videotron dilakukan agar masyarakat tidak mengetahuinya, justru karena penyensoran itu, perbincangan tentang Anies di masyarakat semakin tinggi.

Inilah yang disebut sebagai Streisand Effect, efek dari menutup sesuatu, justru malah menjadi terbuka.

Pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi menemukan bahwa pada 15 Januari 2024 pukul 12.00 – 20.00 WIB, sebelum informasi take down atau penghentian paksa tayangan Videotron Anies tersebar di media sosial, grafik perbincangan Anies masih wajar.

Setelah informasi take down tersebar sekitar pukul 21.00 WIB di kalangan warganet, percakapan tentang Anies menjadi viral di media sosial.

Sentimen: negatif (65.3%)