Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Tangerang, Serang
Tokoh Terkait
Utamakan Adu Gagasan, TPN Ganjar-Mahfud Harap Tak Ada Politisasi SARA dan Ujaran Kebencian di Pemilu 2024
Jitunews.com
Jenis Media: Nasional

Setiap kubu Paslon capres-cawapres harus menjunjung tinggi sesuai penandatanganan naskah deklarasi pemilu damai
JAKARTA, JITUNEWS.COM- Semua kubu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (Capres-Cawapres) sama-sama menginginkan agar pilpres 2024 berjalan damai dan aman. Hal itu dibuktikan dengan tiga pasangan capres-cawapres menandatangani naskah deklarasi Pemilu Damai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI.
Kampanye damai dapat dilakukan baik melalui offline atau turun langsung ke sejumlah daerah dengan bertemu masyarakat, maupun kampanye melalui media sosial seperti Twitter.
Tim Juru Bicara TPN Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, Iwan Setiawan mengatakan harus menghindari politisasi sara, ujaran kebencian di media sosial.
Sebut Perlu Adanya Edukasi Politik, Ganjar: Tidak Semua Anak Muda Suka Gimik Kok
“Kampanye damai itu kampanye Kick Off atau turun langsung ke daerah. Mereka ingin merepresentasikan gagasan dan konsep yang disampaikan kepada masyarakat," ucap Iwan dalam diskusi publik yang diadakan Indonesia Politik Review dan IDNNOW.id di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Kamis (30/11/2023).
Selain turun langsung ke daerah, ada juga kampanye melalui media sosial seperti Twitter yang memposting konten video dan narasi yang dibuat.
"Jadi perlu kecerdasan kita dengan kampanye melalui media sosial, jangan saling serang menyerang di medsos,” tutur Iwan.
“Kampanye langsung itu melalui darat. Kalau di media sosial itu perang udara seperti ujaran kebencian, dan belum bisa ditindak oleh petugas. Karena saat diverifikasi ternyata akun fake atau Buzzer," sambungnya.
Ia juga mempunyai pengalaman tersendiri saat mengunggah konten video yang dibuat sebagai bahan kampanye pasangan capres Ganjar Pranowo dan Cawapres Mahfud MD.
"Konten-konten yang kita bikin dan di upload di medsos, langsung dikomentari oleh netizen atau Buzzer,” tegasnya.
Iwan Setiawan menambahkan kampanye seperti itu menggunakan Buzzer perlu dikurangi karena sudah ketinggalan masanya. Kalau dulu buzzer bisa mengiring opini publik karena dianggap robot.
“Kampanye itu jadi ajang bagaimana capres menjual gagasan seperti pertahanan, kesejahteraan, pertanian, perekonomian dan lain sebagainya,” tambahtamba
Berkomitmen Buka Ruang Bebas Berpendapat, Anies: Agar Indonesia Tak Disebut Wakanda dan Konoha
Sentimen: positif (100%)