Sentimen
Informasi Tambahan
Brand/Merek: Unilever
BUMN: PTPN XIV
Grup Musik: APRIL
Hewan: Sapi, Babi
Institusi: Universitas Hasanuddin
Kab/Kota: Gunung, Bone, Palu
Kasus: KKN
Tokoh Terkait
Profil Andi Amran Sulaiman: Anak Babinsa, Si Penggembala Sapi itu Kembali Jabat Mentan
Fajar.co.id
Jenis Media: Nasional

FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Andi Amran Sulaiman kembali dilantik jadi Menteri Pertanian menggantikan Syahrul Yasin Limpo (SYL).
Ini merupakan kedua kalinya dia ditunjuk menjadi Mentan di periode Presiden Joko Widodo.
Lantas seperti apa sosok Andi Amran Sulaiman?
AAS-akronim namanya, lahir 27 April 1968 di Desa Mappesangka, Dusun Bakung'e Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Ia adalah anak ketiga dari 12 bersaudara. Putra dari Andi B. Sulaiman Dahlan Petta Linta dan Andi Nurhadi Petta Bau.
Ayahnya seorang veteran dengan gaji pensiunan pas-pasan. Jumlah uang pensiun hanya sebesar Rp 116.000 per bulan. Ini jumlah yang jauh dari kata cukup.
Sewaktu kecil, dia harus bekerja demi membiayai sekolahnya. Kadang menjadi buruh, berjualan ubi, berjualan ikan, penggembala sapi, tukang cuci mobil hingga menjadi pemecah batu gunung. Namun dia tak pernah mengeluh. Dia melakukan segalanya dengan ikhlas.
Amran menempuh pendidikan hingga SMA di Bone lalu merantau di Kota Makassar. Dia merupakan lulusan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.
Suatu hari, dia tergerak untuk menggabungkan pengalamannya sebagai anak desa dengan kecakapan yang dipelajarinya di kampus.
Sebagai mahasiswa pertanian, dia tergerak untuk menemukan solusi untuk mengatasi tikus lahan pertanian dan perkebunan.
AAS bermimpi untuk menemukan racun tikus yang sangat dibutuhkan petani.
Hasrat kuat untuk berbuat sesuatu akhirnya menemukan jalannya.
Akhirnya, di tahun 1992, Amran menguji coba formula TIRAN 58PS dan ALPOSTRAN yang disaksikan oleh Gubernur Sulawesi Selatan di kantor gubernur.
Di bulan Maret tahun 1993, racun tikus buatannya pertama kali diterapkan di lokasi KKN di Pinrang, yang disaksikan oleh Rektor Unhas.
Di tahun 1996, dia mulai bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di PTPN XIV. Meskipun gajinya hanya Rp 150 ribu per bulan, dia berhasil merintis paten formulasi racun tikus yang diberi merek TIRAN (Tikus di Racun Amran).
Selain tikus, dia juga berhasil menemukan formulasi yang dapat menanggulangi hama babi.
Saat uji coba, formulasi itu berhasil mengendalikan babi hutan sebanyak 2.340 ekor dalam satu malam. Dia pun menerbitkan buku “Pengendalian Babi Sistem 12 Jam.”
Dia merasa yakin dengan penerimaan pemerintah dan petani akan manfaat racun tikus. Apalagi, produk yang dibuatnya selalu laris di pasaran.
Hanya bertahan selama tiga tahun sebagai karyawan di PTPN XIV, Amran banting stir untuk kembali ke kampung halamannya, lalu mulai berbisnis.
Dia memulai produksi racun tikus dengan membuat kantor pertama CV. Empos Tiran.
Tiran Grup, yang dibentuknya, terus berkembang pesat. Bukan lagi hanya membuat racun tikus, tetapi juga merambah ke berbagai bidang.
Mulai distributor semen, distributor unilever, tambang nikel, tambang emas, tambang batu bara, SPBU, peternakan sapi, pakan ternak, hingga perkebunan jambu mente.
Tiran alias Tikus Diracun Amran juga membangun pabrik gula kristal putih di Bombana, Sulawesi Tenggara, yang memiliki perkebunan tebu seluas 63 ribu hektar, dengan estimasi produksi 800 ton per hari.
Tanggal 27 Oktober 2014, dia diminta Presiden Joko Widodo untuk menjadi Menteri Pertanian. Dia pun menerima pinangan tersebut, serta bertekad untuk berbakti bagi bangsa.
Setelah tidak lagi menjadi Menteri, Andi Amran Sulaiman tetap menjalankan rutinitasnya untuk bertemu petani. Baginya, jabatan hanyalah amanah.
Tanpa jabatan, dia tetap menjadi sosok yang peduli pada sekelilingnya.
Melalui bendera AAS Foundation, dia rutin memberikan bantuan kepada banyak pihak yang membutuhkan.
Sejak berdiri, AAS Foundation selalu hadir di lokasi bencana. Di tahun 2017 ketika terjadi bencana Palu, AAS Foundation mengirim 10 kontainer bantuan ke korban bencana.
Yayasan ini juga tercatat memberikan bantuan bagi korban bencana gempa Sulbar, gempa Turki, korban banjir Makassar, serta memberikan santunan bagi anak yatim piatu dan berbagai panti asuhan.
Bagi Amran, segalanya dimulai dari mimpi. Bekerja dahulu lalu bernarasi, bukan sebaliknya.
Dia memberi jejak pengabdian, semata-mata demi membantu orang lain. Dia ingin memberi manfaat bagi banyak orang.
Dibawah AAS Foundation dan AAS Community nantinya akan membangun masjid, universitas, rumah sehat, sekolah dari SD-SMA, yang semua bertaraf internasional.
Semuanya adalah wujud pengabdian kepada masyarakat, yang dahulu telah memberinya banyak kebaikan-kebaikan.
“Cita-cita tertinggi saya sejak kecil manakala berada di tengah orang banyak, kami bisa membuat mereka tersenyum,” katanya. (selfi/fajar)
Sentimen: negatif (99.8%)