Yogyakarta, Gatra.com – Tingginya tingkat ketidakpercayaan dan apatisme pemuda terhadap dunia politik dinilai menjadi pekerjaan rumah menyambut puncak bonus demografi pada 100 tahun Indonesia merdeka nanti.

Berbagai agenda menjelang Pemilu 2024 seharusnya dapat dimanfaatkan untuk melawan apatisme dan membangun rasa optimisme adanya perbaikan tata kelola suatu daerah dan negara.

Inilah yang menjadi benang merah diskusi ‘Jangan Apatis! Saatnya Pemuda Melek Politik’, Sabtu (16/9) sore, gelaran Forum Politisi Muda Indonesia (FPMI) Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Diskusi ini bertujuan membangun demokrasi yang sehat dengan membawa tiga isu besar dengan peserta yang berasal dari kader muda seluruh partai politik di Yogyakarta,” kata Ketua FPMI DIY, Hery Fahamsyah.

Isu pertama adalah upaya melawan ujaran kebencian, kampanye hitam, politik uang, dan berita bohong yang marak saat pemilihan umum. Kedua adalah isu regenerasi dan kaderisasi di parpol dengan mendorong pemuda untuk mengaktualisasikan diri sebagai subjek atau pelaku politik.

Isu besar ketiga adalah melawan apatisme generasi milenial dan generasi z terhadap dunia politik lantaran saat ini kedua generasi ini melihat politik secara buruk.

“Artinya kita ingin mengajak kader muda parpol untuk melawan persepsi buruk generasi pemilih muda dengan terus melakukan edukasi politik. Kami siap menjadi mediator bagi kader muda parpol untuk bisa masuk ke kampus, sekolah, maupun lingkungan,” katanya.

Hery melihat pendekatan terhadap pemilih generasi milenial dan generasi Z ini akan mampu mengubah wajah politik menjadi lebih baik dan dapat menjaga demokrasi.

Kaprodi Administrasi Publik Fisipol Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, Pangky Febrianto, menyatakan menjelang Pemilu 2024 penting bagi pemuda untuk mengawal proses terpilihnya pemimpin publik.

“Alih-alih apatis, Pemilu 2024 dapat dimanfaatkan untuk membangun rasa optimisme akan terjadinya perbaikan dalam tata kelola suatu daerah dan negara. Pemuda harus memastikan pemilu nanti melahirkan pemimpin publik yang memiliki kemampuan terbaik dalam mengelola sumber daya,” jelasnya.

Pangky menyatakan, salah satu penyebab generasi muda punya pandangan negatif terhadap parpol dan pemerintah adalah mudahnya akses ke teknologi informasi dan digital saat ini. Saat pemuda apatis, hal itu dapat mendorong kemunduran demokrasi.

“Yang seharusnya dilakukan mulai sekarang, pemuda mulai membentuk jaringan guna memastikan ruang penentuan kebijakan publik diisi oleh pemimpin publik yang tidak pernah mempraktikkan politik uang, politik identitas, kampanye hitam, dan disinformasi,” tutupnya.

18