Sentimen
Positif (50%)
8 Sep 2023 : 15.59
Informasi Tambahan

BUMN: bank bjb

Kab/Kota: Bogor

Tokoh Terkait

Soal Balita Derita Penyakit Langka, DPRD Kota Bogor Lakukan Ini ke Dinkes

8 Sep 2023 : 15.59 Views 8

Ayobogor.com Ayobogor.com Jenis Media: Regional

Soal Balita Derita Penyakit Langka, DPRD Kota Bogor Lakukan Ini ke Dinkes

AYOBOGOR.COM - DPRD Kota Bogor angkat bicara adanya warga Pagentongan, Kelurahan Loji, Kecamatan Bogor Barat, menderita penyakit langka.

Penyakit langka yang diderita balita itu adalah hispospadia dan hernia yang hingga saat masih belum mendapatkan penanganan medis.

Ketua DPRD Kota Bogor, Atang Trisnanto mengatakan bahwa harus dilakukan langkah cepat terkait balita yang derita penyakit langka itu.

Baca Juga: Pemkot Bogor Minta Ganti Lahan yang Terdampak Proyek Tol BORR

Dalam hal ini, kata Atang Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melalui dinas kesehatan harus segera melakukan komunikasi secara langsung dengan dinas kesehatan DKI Jakarta dan RS yang menangani balita tersebut.

"Harus langkah cepat, apakah itu melalui surat resmi atau kalau bisa suratnya dibawa langsung untuk komunikasi dengan pihak RS nya, supaya anak ini segera bisa ditangani, agar kemudian tidak terjadi dampak lain dari penyakit sebelumnya," ucap Atang, Kamis (7/9/2023).

Menurutnya, apa yang terjadi dalam pelayanan yang dilakukan pihak RS bersangkutan seharusnya dapat melihat dari kondisi pasiennya.

Baca Juga: 5 Rumah Makan Pinggir Sawah Jogja yang Bisa Dikunjungi Saat Liburan, View Indah Bikin Betah!

Terlebih jika memang keadaannya darurat dan perlu penanganan medis secepatnya.

"Memang seharusnya rumah sakit bisa membuat satu langkah-langkah yang tidak hanya berdasarkan nomor urut pendaftaran, tetapi didasarkan kondisi pasien," kata Atang.

"Jadi walaupun dia daftarnya lebih lambat, tetapi kalau kondisinya lebih darurat, seharusnya itu didahulukan. Itu kan prioritas pelayanan kesehatan disitu," sambungnya.

Baca Juga: BPNT Tahap 5 September-Oktober Cair Rp400 Ribu? Asyik Ada Bansos Beras Juga!

Atang mengatakan, bahwa dengan kondisi pasien yang demikian, harusnya bisa dikomunikasi untuk mendapatkan pelayanan lebih awal.

Sebelumnya diberitakan, seorang balita inisial MZAH yang merupakan anak dari Salam Hermawan dinyatakan menderita penyakit hispospadia.

Lantaran belum mendapat penanganan medis atau tindakan operasi dari pihak salah satu rumah sakit di Jakarta, kini MZAH didiagnosa penyakit baru yakni hernia.

Baca Juga: 3 Penghargaan Sekaligus, bank bjb Diapresisasi di Ajang TOP GRC Award 2023

Di mana, testis anaknya ini mulai tiga hari belakangan ini mulai membengkak.

"Jadi kita lihat sekarang setelah sekian lama pipis ngeden, itu mengakibatkan hernia. Jadi sekarang didiagnosa tambahan hernia," ungkap Salam.

"Kita konsul kan kemarin ke RS Jakarta ketemu langsung dokter urologinya, dia bilang ini ada hernia dan ini harus diobati dengan dioperasi juga. Nah jadi kata dokternya itu nanti sebelum kita memperbaiki restruktur penisnya, hernia dulu kita benerin," ungkap sambungnya.

Baca Juga: Rute Biskita Trans Pakuan Lengkap 2023, Disiapkan Pemkot Bogor agar ASN Bantu Kurangi Polusi Udara

Saat Salam mempertanyakan kapan anaknya bisa dilakukan tindakan, lagi-lagi pihaknya belum mendapatkan kepastian kapan jadwal operasi bisa dilakukan.

"Belum ada, belum ada termasuk (penanganan untuk) yang hernia," jelasnya.

Adapun, ditambahkan dia, saat ini pihaknya hanya bisa berharap anaknya dapat segera bisa ditangani.

Mengingat, proses operasi terhadap penyakit hispospadia, paling sedikit dilakukan sebanyak dua kali.

"Harapannya agar anak saya segera ditindaklanjuti, pastinya kita ingin anak segera dapat tindakan, terutama ya dengan diagnosa yang baru adanya hernia yang diakibatkan oleh keadaanya terdahulu kan. Kita tidak tega juga anak kita tumbuhnya seperti itu, kan tumbuh kembangnya mungkin akan keganggu juga mungkin ya," ujar Salam.

"Jadi intinya kita ingin semuanya diselesaikan dengan cepat, karena yang saya tahu untuk operasinya sendiri itu membutuhkan kurang lebih dua kali tindakan operasi, di mana rentan antara satu operasi ke operasi kedua itu kurang lebih 6 bulan, jadi 6 bulan nunggu luka sembuh baru bisa operasi lagi," tambahnya.

Disinggung apakah sudah diupayakan untuk berobat secara umum agar bisa ditangani lebih cepat, diakui Salman Hermawan.

Hal tersebut pun sudah pihaknya coba tanyakan ke pihak rumah sakit, dan disebutkan bisa tanpa perlu mengantre atau menunggu jadwal seperti saat ini.

Akan tetapi, estimasi biaya yang harus dikeluarkan mencapai Rp150 juta untuk semua operasi yang diberikan.

"Untuk operasinya saja itu Rp44 juta persekali operasi, belum kamar, obat-obatan dan penunjang lainnya. Sudah setahun saya tidak punya bantuan dari mana pun, kita berjuang sendiri istilahnya, tidak ada yang mau tanggungjawab. Yaudah lah kita coba saja (lewat BPJS), kita menjalani, karena ini sudah menambah diagnosa baru karena efek dari situ juga," pungkas Salam.

Sentimen: positif (50%)