LENGKONG, AYOBANDUNG.COM -- Dana pensiun akhir-akhir ini menjadi pembicaraan hangat di tengah masyarakat.

Selain kabar bahagia saat diumumkan naik 12%, masyarakat juga ketar-ketir akan isu kasus korupsi dana hari tua ini yang terus mencuat.

Baru-baru ini Menteri BUMN, Erick Tohir, memberi bocoran kepada publik akan ada kasus korupsi baru di BUMN.

Hingga saat ini, dirinya masih menjalankan kegiatan pembersihan BUMN dari kasus korupsi dan bekerja sama dengan Kejagung.

Erick Tohir mengaku telah menemukan kasus korupsi baru dan akan segera membongkarkannya bersama Kejagung.

Erick Tohir bersama Kejagung telah berhasil membongkar beberapa kasus korupsi bernilai fantastis yang disebut sangat merugikan negara, seperti Jiwasraya, Garuda Indonesia, Asabri senilai triliunan rupiah.

"Sejak awal yang namanya bersih-bersih BUMN tidak mungkin tercapai sendiri. Suatu kehormatan saya bisa bekerja sama dengan kejaksaan. Kita sudah menangani kasus-kasus besar seperti Asabri, Jiwasraya, dan masih ada lagi. Tunggu tanggal mainnya," ungkapnya.

Baca Juga: Mau Sampai Kapan Kita Bergantung pada TPA Sarimukti?

"Yang saya pernah waktu itu laporkan beberapa bulan lalu mengenai dana pensiun, cuman masih mendalami audit BPKP, jika sudah, nanti akan kita laporkan," lanjut sang Menteri.

Ia menyebut audit tersebut bisa dilakukan dengan baik untuk memisahkan mana kasus korupsi dan mana yang salah manajemen.

Kasus baru yang akan dibongkar Erick Tohir ini sontak membuat publik mengaitkan dengan kasus Dirut Taspen terkait dana pensiun.

Apalagi saat ini KPK telah bertindak memeriksa sang mantan istri, Rina Lauwy terkait dugaan tindak pidana korupsi.

Masyarakat masih menunggu hasil pemeriksaan Rina oleh KPK tersebut dan berharap dana pensiun tetap aman.

Sebelumnya PT Taspen dan sang Dirut dengan didampingi kuasa hukum telah melakukan klarifikasi ketidakbenaran atas semua hal yang dituduhkan kepadanya melalui sebuah press release.

Mereka juga akan memidanakan semua pihak yang terkait dalam pencemaran nama baik yang mengatasnamakan PT Taspen maupun Antonius Kosasih secara pribadi.***