Sentimen
Netral (98%)
14 Agu 2023 : 17.49
Informasi Tambahan

Kab/Kota: bandung, Gunung

Kasus: kecelakaan

Panduan untuk Pendaki Pemula: Mengatasi Kekhawatiran Saat Mendaki Gunung

14 Agu 2023 : 17.49 Views 8

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Panduan untuk Pendaki Pemula: Mengatasi Kekhawatiran Saat Mendaki Gunung

PIKIRAN RAKYAT - "Mendaki gunung itu mengandung dan mengundang bahaya," demikian kata pendaki senior Djukardi Adriana saat ditemui di kantor Eiger Adventure Service Team, Jalan Sumatera, Bandung, Jawa Barat, pada Kamis, 10 Agustus 2023.

Oleh sebab itu, kata pria yang biasa disebut Wa Bongkeng itu, sebelum memulai aktivitas di alam bebas mesti berbekal pengetahuan. Generasi sekarang, menurut dia, dimudahkan dengan informasi yang bertebaran di Google, sehingga bisa mengakses informasi apa pun yang diinginkan.

Pengetahuan, kata Bongkeng, adalah modal utama yang mesti dimiliki pendaki. Dengan pengetahuan yang ada, maka seorang pendaki bisa mengatasi kondisi yang tak diinginkan.

Pria 72 tahun itu mengungkapkan, sebetulnya untuk saat ini tidak mesti menempuh pendidikan di organisasi pencinta alam atau pendaki gunung. Dia menilai, informasi yang mesti diketahui pendaki pemula tersebar di internet.

Baca Juga: Kenapa Orang Sunda Menyebut Semua Jenis Pasta Gigi sebagai Odol?

Dia mengungkapkan, sebelum melakukan pendakian, pendaki pemula mesti mengetahui dasar-dasar teknik pendakian, bertahan hidup atau survival, dan lainnya.

Pendaki senior Djukardi 'Bongkeng' Adriana saat ditemui di kantor Eiger Adventure Service Team, Jalan Sumatera, Bandung, Jawa Barat, pada Kamis, 10 Agustus 2023.

"Kalau mau memulai kegiatan mendaki gunung, gali dulu pengetahuan tentang teknik hidup di alam terbuka, tidak harus mengikuti pendidikan dasar, tapi sekarang sudah sangat mudah dan data-data yang bisa kita buka di internet," tuturnya, "selalu siaga menjaga keselamatan diri, jaga etika saat melakukan pendakian, jangan merusak alam."

Bertahap

Dia mengatakan, sebaiknya pendaki pemula melakukan pendakian secara bertahap. "Lakukan pendakian ke gunung-gunung yang rendah dulu, jangan langsung ke yang tinggi. Hal itu untuk membiasakan fisik atau aklimatisasi untuk menghadapi medan gunung yang berisiko tinggi."

Baca Juga: Di Mana Letak Paru-Paru Dunia Paling Lestari? Menelusuri Borneo sebagai Jantung Tropis Dunia

"Perhatikan kesiapan fisik dan mental, nantinya. Kalau kita ujug-ujug ke Gunung Rinjani (3.726 mdpl) dengan fisik yang tidak kita ketahui mental kita akan down, di situ kita akan tumbang," tuturnya, "bertahap saja, bagi pemula itu harusnya demikian supaya terlatih nanti dari kondisi fisiknya."

Untuk mengetahui gunung pertama yang bisa didaki, cari yang medannya tak menyulitkan. Data tersebut, kata dia, tersebar di internet.

Dia berujar, menggali data gunung yang akan dituju merupakan hal yang mesti dilakukan. Terlebih sekarang dimudahkan dengan informasi yang bertebaran.

Pendaki senior itu menyebut, data yang didapat berpengaruh kepada perlengkapan dan perbekalan yang akan dibawa seperti pakaian yang akan dibawa dan lainnya.

Hal yang penting diperhatikan pendaki pemula menurutnya adalah meminta izin terlebih dahulu kepada orangtua sebelum melakukan pendakian. Selanjutnya, tidak mendaki sendirian, kalau bisa ditemani oleh yang berpengalaman.

Baca Juga: Persib Pernah Mengubur Kepala Kerbau di Lapangan Tegalega

Dia menyarankan, pendaki membawa makanan yang sesuai selera. Selain itu, tidak membuang sampah sembarangan selama pendakian, bahkan tak membawa potensi sampah ke gunung.

Cara mengatasi kekhawatiran

Dia mengungkapkan, dengan berbekal pengetahuan maka rasa khawatir saat melakukan pendakian tak akan timbul. Kendati ditemani dengan pendaki berpengalaman, pendaki pemula mesti berbekal pengetahuan sebelum beraktivitas di luar ruang.

"Jangan cuma modal semangat, nekad itu mah," tuturnya sambil tertawa.

Program EAST

Dia berujar, saban tahun EAST menggelar kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan edukasi kegiatan di alam bebas.

"Bikin sekolah pendaki gunung untuk mereka kaum pemula dengan metode bimbingan, bukan perpeloncoan," tuturnya, "kita belajar bersama di alam, kita diskusi, mereka dibimbing. Satu regu dibimbing satu pelatih."

Semua materi untuk berkegiatan di alam terbuka, kata dia, diberikan selama sekira sepekan. Serupa dengan pendidikan dasar di kampus atau organisasi pencinta alam.

Selain itu, ada pula pendidikan yang bisa diikuti oleh pekerja atau yang tak memiliki waktu panjang. "Kita juga bikin yang Jumat-Sabtu, atau Jumat, Sabtu, dan Minggu belajar bersama, itu survival camp. Kita ngobrol bareng, diberi pengetahuan survival."

Dia berujar, pelatihan tersebut bertujuan untuk menekan angka kecelakaan di alam bebas.***

Sentimen: netral (98.1%)