Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: bandung, Bekasi, Seoul
Kasus: teror
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Korsel Dilanda Panas Ekstrem, Demokrat Minta Jokowi Selamatkan Peserta Jambore Dunia
Pikiran-Rakyat.com
Jenis Media: Nasional

PIKIRAN RAKYAT - Politikus Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra merasa prihatin dengan kurangnya kepedulian Pemerintah Indonesia terhadap peserta Jambore Pramuka Dunia di Korea Selatan (Korsel).
Hal itu disampaikan Herzaky melalui surat terbuka untuk Presiden Jokowi, Menpora Dito Aritedjo, hingga Gubernur Jabar Ridwan Kamil. Dia merupakan salah satu orangtua peserta Jambore Dunia dari Jawa Barat, Indonesia.
"Mimpi indah anak kami dan teman-temannya akan mendapatkan pengalaman berharga, melatih kemandirian, meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi, melatih kecekatan dan ketangkasan, dan berbagai manfaat kegiatan pramuka lainnya, buyar ketika berada di lokasi Jambore Dunia ini," kata Herzaky melalui pesan singkat kepada Pikiran-Rakyat.com pada Minggu, 6 Agustus 2023.
"Bukan pengalaman hidup mandiri laiknya pramuka yang mereka dapatkan, melainkan mirip-mirip pengalaman bertahan hidup," imbuhnya.
Baca Juga: Puluhan Anggota Pramuka di Kabupaten Bekasi Terpilih Ikuti Jambore Dunia di Korea Selatan
Herzaky membeberkan, sudah berhari-hari peserta Jambore Dunia dari Jawa Barat hanya mendapat makan pagi buah-buahan dan susu. Sedangkan makan siang hanya snack dan jus. Tidak ada makan berat di tengah gelombang panas yang melanda Korsel.
"Iya, memang makanan seperti ini jauh lebih baik dibandingkan 100 juta rakyat Indonesia yang sedang dilanda kemiskinan. Tapi di tengah aktivitas yang mereka lakukan, di bawah gelombang panas yang sedang melanda Korea Selatan, membuat asupan nutrisi ini jauh dari memadai," tuturnya.
Dia mengatakan, untuk mendapatkan tambahan cairan dan nutrisi, para peserta harus berupaya sendiri dengan berjalan kaki minimal 3 km ke convinience store yang jumlahnya hanya lima, dan untuk melayani lebih dari 40.000 peserta. Antriannya pun sangat panjang.
Baca Juga: Kontingen Pramuka Kota Bandung Ikuti Jambore Dunia di Swedia
"Sudah kelaparan, kehausan, kecapekan, masih ditambah harus antri panjang sambil diterpa gelombang panas," ungkapnya.
Bahkan, tambah Herzaky, banyak peserta Jambore Dunia dari Jawa Barat yang tumbang.
"Tangis tiap malam terus terdengar di tenda-tenda teman-teman anak kami sambil menelpon ortunya. Bunyi ambulan juga menjadi sering terdengar. Bahkan, tak sedikit yang dirawat di rumah sakit. Untuk buang air pun, harus berjalan kaki minimal 2 km pulang pergi di tengah terik panas 38-39 derajat," imbuhnya.
Namun bedasarkan informasi yang diterima oleh Herzaky, Pemerintah Indonesia tidak berupaya jujur dan berusaha agar memberikan solusi atas kesulitan peserta Jambore Dunia dari Jawa Barat, tetapi malah menutupi situasi sebenarnya.
Baca Juga: Sejarah Pramuka Indonesia dan Istilah Kepanduan yang Dicetuskan KH Agus Salim
"Pemberitaan di media nasional pun sangat minim mengenai ini. Kami hanya bisa mendapatkan informasi dari anak-anak yang menjadi peserta secara langsung melalui video call dan berita-berita di berbagai media internasional. Sedangkan saat ini, charging station sedang mati. Komunikasi dengan anak-anak kami terputus," bebernya.
Herzaky pun membandingkan dengan sikap Pemerintah Inggris serta Pemerintah Amerika Serikat. Dia menyebut, Pemerintah Inggris sudah mengambil aksi cepat dan memindahkan 4.000 kontingen Inggris ke hotel-hotel di Seoul, dan keluar dari site Jambore Dunia ini.
Herzaky berpandangan, situasi saat ini bukan lagi masalah fisik, melainkan sudah membuat teror mental bagi peserta Jambore ini. Dirinya mengaku sangat mengkhawatirkan keselamatan, keamanan, dan kondisi mental anaknya dan peserta Jambore Dunia lainnya.
Untuk itu, Herzaky meminta agar Pemerintah Indonesia mengontrol situasi di lapangan. Sebab baginya, keselamatan dan kesehatan anak-anak sangatlah berharga.
"Jangan memaksakan untuk melanjutkan ini. Apalagi Badan Jambore Dunia sudah meminta kegiatan ini dipersingkat. Tolong Bapak Presiden, Bapak Menpora, Kwarnas, dan Kedubes Indonesia di Korea Selatan, berbuat sesuatu. Waktu demi waktu sangat berharga untuk ribuan anak kita yang hadir di sana mewakili Indonesia," tutupnya.***
Sentimen: positif (88.9%)