Sentimen
Negatif (97%)
28 Jul 2023 : 05.08
Informasi Tambahan

Event: Rezim Orde Baru

Kab/Kota: Menteng, Yogyakarta

Kasus: HAM, Tragedi Kudatuli

Pemimpin Tak Bisa Hadir Ketika Tangannya Berlumuran Darah

28 Jul 2023 : 05.08 Views 6

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

Pemimpin Tak Bisa Hadir Ketika Tangannya Berlumuran Darah

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto mengingatkan bahwa pemimpin yang tidak bisa hadir ketika tangannya berlumuran darah.

Hal ini disampaikan Hasto saat peringatan 27 tahun peristiwa 27 Juli 1996 atau Kudatuli di Kantor DPP PDI-P, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (27/7/2023).

Awalnya, Hasto menyampaikan pesan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri agar semua memandang kasus Kudatuli bukan peristiwa pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) biasa.

“Beliau (Megawati) selalu mengingatkan 21 Juli 1996 bukanlah peristiwa biasa. Ini adalah spirit gerakan arus bawah berhadapan dengan rezim yang sangat, sangat, sangat otoriter dan menggunakan berbagai cara demi kekuasaan itu,” kata Hasto.

Baca juga: PDI-P Akan Bentuk Tim Hukum, Buka Kembali Bukti Kasus Kudatuli

Ia juga melaporkan kepada Megawati bahwa hari ini DPP PDI-P mengadakan peringatan 27 Juli 1996. Hal itu juga terus dilakukan setiap tahunnya.

Menurut Hasto, Megawati mengingatkan kepada dirinya bahwa apa pun sumber inspirasi perjuangan partai adalah rakyat.

“Termasuk, saat itu ketika suara-suara rakyat tidak bisa disampaikan tidak bisa didengarkan mulai tahun 1986, Ibu Mega bergerak memenuhi panggilannya sebagai kader bangsa sekaligus sebagai sosok yang telah digembleng oleh Bung Karno untuk turun ke bawah karena sejatinya kekuatan kita adalah arus bawah itu," ujarnya.

Masih mengenai Kudatuli, menurut Hasto, saat itu terjadi serangan brutal yang diorganisir oleh kekuasaan rezim Orde Baru kepada kantor DPP PDI (Partai Demokrasi Indonesia).

Hasto bahkan mengatakan, berbagai elemen kekuasaan negara digunakan untuk menindas partai pimpinan Megawati yang dulu bernama PDI itu.

"Dan kantor Partai ini berhasil diluluhlantakkan. Tetapi, yang namanya semangat perjuangan itu tidak pernah bisa dihancurkan,” kata Hasto.

Baca juga: Mengenang Peristiwa Kudatuli: Saat Konflik Partai Berujung Kerusuhan Mencekam

Oleh karena itu, Hasto menegaskan bahwa peristiwa Kudatuli bukan hanya tonggak sejarah yang sangat penting bagi PDI-P, tetapi juga membangunkan suatu harapan dan mengingatkan bahwa kekuasaan tidak bisa dibangun dengan cara-cara otoriter.

Dari situ, Hasto lantas menyinggung sosok pemimpin yang tidak bisa hadir saat tangannya berlumuran darah.

“Yang namanya pemimpin itu tidak bisa hadir tanpa langkah yang membangun peradaban, pemimpin tidak bisa hadir ketika tangannya berlumuran darah, pemimpin tidak bisa hadir ketika memiliki rekam jejak yang digelapkan oleh nilai-nilai kemanusiaan yang membutakan hati nuraninya itu,” ujar politikus asal Yogyakarta ini.

Sebagai informasi, peristiwa Kudatuli pada 27 Juli 1996 merupakan salah satu sejarah kelam dalam perjalanan politik di Indonesia.

Insiden tersebut menewaskan lima orang dan menyebabkan 149 orang luka-luka, serta 23 orang dinyatakan hilang.

Kudatuli terjadi di Kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro Nomor 58, Menteng, Jakarta Pusat.

Baca juga: PDI-P Minta Kasus Kudatuli Masuk Pelanggaran HAM Berat, Akan Rekomendasikan ke Jokowi dan DPR

-. - "-", -. -

Sentimen: negatif (97%)