Sentimen
Positif (99%)
24 Jun 2023 : 01.31
Informasi Tambahan

Hewan: Ular, Domba, Anjing

Balada Mimpi di Bulan Zulhijah

24 Jun 2023 : 01.31 Views 4

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Balada Mimpi di Bulan Zulhijah

PIKIRAN RAKYAT - Kemungkinan besar hanya Nabi Ibrahim AS yang mengalami mimpi bersambung selama tiga malam berturut-turut dan kisah mimpinya runut. Dalam mimpinya, ia mendapat perintah Allah untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail, yang kelak menjadi seorang nabi. Peristiwa ini terjadi pada awal bulan Zulhijah.

Ia benar-benar melaksanakan perintah tersebut meskipun pada akhirnya Allah menggantinya dengan seekor domba. Peristiwa ini menjadi cikal bakal disyariatkannya ibadah kurban.

Bukan Nabi Ibrahim as saja, menjelang bulan Zulhijah tahun keenam setelah hijrah, Rasulullah SAW juga mengalami mimpi melaksanakan umrah, memasuki kota Makkah, dan beribadah di Masjidil Haram.

Mimpinya menjadi kenyataan, ia dapat menunaikan ibadah umrah meskipun sebelumnya harus melalui beragam rintangan dari kaum kafir Makkah sampai akhirnya terwujud sebuah piagam perjanjian yang terkenal dengan Perjanjian Hudaibiyah.

Baca Juga: Pelaksanaan Sistem Cuti Bersama

Entah kebetulan atau tidak, pada awal bulan Zulhijah tahun ini, jagat maya tengah ramai membicarakan mimpi Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Tentu saja mimpinya bukan mimpi seperti kalangan masyarakat alit yang hanya sebatas perkara-perkara alit seperti mimpi digigit ular, jatuh dari tempat tidur, dikejar hantu, mimpi digigit anjing, dan lain sebagainya. Namun, mimpi SBY adalah mimpi kaum elite politisi yang tentunya tak akan jauh dari hal-hal yang bersifat politis.

Hanya saja kita tidak tahu, apakah SBY itu benar-benar mimpi atau memimpikan hal-hal seperti yang ia cuitkan.

Sebab dalam cuitan Twitter ia, apalagi mimpi tersebut terjadi setelah pertemuan putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan putri Megawati Soekarnoputri, Puan Maharani.

Baca Juga: Momentum dan Kemungkinan

Dari sisi kerunutan tutur ceritanya, mudah-mudahan ini hanya kebetulan saja, mimpi SBY ini mirip dengan puisi Mimpi karya Kahlil Gibran. Dalam puisinya, sastrawan asal Lebanon tersebut menceritakan seseorang yang bertemu dengan tiga putra kegelapan yang tengah duduk di bangku panjang, pinggir pantai.

Inti dari cerita mimpinya adalah seputar cinta, persatuan, persaudaraan, perdamaian, hak azasi, keadilan, perjuangan, dan kebebasan.

Dalam mimpinya, putra kegelapan pertama berkata, “Hidup tanpa cinta ibarat pohon yang tidak berbunga dan berbuah, dan cinta tanpa keindahan seperti bunga tanpa aroma semerbak dan seperti buah tanpa biji. Hidup, cinta, dan keindahan adalah tiga dalam satu, yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah”.

Kemudian putra kegelapan kedua menimpalinya dengan suara bergema, “Namun, hidup tanpa berjuang seperti empat musim yang kehilangan musim bunganya, dan perjuangan tanpa hak seperti padang pasir yang tandus. Hidup, perjuangan dan hak adalah tiga dalam satu yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah”.

Baca Juga: Kelelahan Demokrasi, Realitas Politik Kontemporer saat Ini

Pada akhir puisi dikisahkan ketiga putra itu berpisah kembali ke tempatnya masing-masing. Dalam mimpinya, sang tokoh dalam puisi tersebut tak dapat melihat lagi ketiga putra kegelapan tersebut.

“Aku tidak lagi melihat putra-putra kegelapan itu, hanya laut yang dipeluk halimunan. Aku duduk, tidak memandang apa-apa pun kecuali asap dupa yang menggulung ke surga,” ujarnya.

Sebelum mereka berpisah, putra kegelapan ketiga berkata dengan suara lantang, “Hidup tanpa kebebasan seperti tubuh tanpa jiwa, dan kebebasan tanpa akal seperti roh yang kebingungan. Hidup, kebebasan, dan akal adalah tiga dalam satu, abadi, dan tidak pernah sirna”.

Terlepas dari kemiripan dengan puisi Mimpi Kahlil Gibran, seperti dikatakan Abu Bakar Muhammad bin Sirin al-Bashri yang terkenal dengan panggilan Ibnu Sirin, seorang ulama sufi dan pakar takwil mimpi, keberagaman pengetahuan manusia menimbulkan perbedaan dalam menakwilkan mimpinya sesuai dengan keragaman keadaannya.

Mimpi yang dialami seorang menteri tidak dapat ditafsirkan seperti mimpi yang dialami kebanyakan orang. Demikian pula penakwilan mimpi, juga bervariasi sesuai dengan keadaan tempat, masa, dan waktu.

Oleh karena itu, khalayak dapat memberikan interpretasi terhadap ‘mimpi politis’ SBY, terlebih-lebih mimpinya tersebut dialami pada saat menjelang tahun politik yang suhunya mulai menaik dan usai pertemuan AHY dengan Puan Maharani.

Khalayak pun berhak menakwilkan mimpi politis SBY sebagai sinyal koalisi seiring dengan pemberitaan AHY masuk radar calon wakil presiden atau isu akan ‘dijodohkan’ dengan Ganjar Pranowo calon presiden dari PDI Perjuangan.

Bukan rahasia lagi, sudah puluhan tahun terjadi perseteruan antara SBY dan Megawati Soekarnoputri. Jika perseteruan yang pernah terjadi tersebut laksana hujan deras yang disertai petir, mudah-mudahan mimpi SBY mampu menghentikannya dan menjadi jalan untuk menjemput kemajuan negeri ini.

Kita berharap mimpi SBY ini merupakan sinyal mengakhiri perseteruan tersebut. Sudah saatnya para elite negeri ini mengorbankan ambisi pribadi, membuang rasa gengsi seraya melakukan rekonsiliasi demi kedamaian kehidupan politik dan kemajuan negeri.

Negeri ini akan cepat melaju menggapai kemajuan, jika para pemimpin negeri ini mampu menerapkan pola kepemimpinan profetik, kepemimpinan seperti para nabi yang saling melengkapi.

Tak ada seorang nabi pun yang kehadirannya menjelekkan para nabi sebelumnya, tapi secara estafet mereka melanjutkan dakwah yang telah dirintis dan dilakukan para nabi sebelumnya.

Akhirul kalam, seperti dalam lirik lagu yang dibawakan Raisa “Mimpi adalah Harapan”, mudah-mudahan cuitan mimpi SBY tersebut merupakan cuitan kata hati yang menjadi impian nan penuh harapan mampu menghapus rasa sakit dan sendu, menjemput senyuman khalayak negeri yang sudah lama menanti. Semoga. (Ade Sudaryat - Penulis Lepas)

Disclaimer: Kolom adalah komitmen Pikiran Rakyat memuat opini atas berbagai hal. Tulisan ini bukan produk jurnalistik, melainkan opini pribadi penulis.***

Sentimen: positif (99.9%)