Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: bandung, Indramayu
Musim Kemarau, Ancaman Kekeringan Mengintai
Pikiran-Rakyat.com
Jenis Media: Nasional

PIKIRAN RAKYAT - Musim kemarau belum sepenuhnya terjadi di wilayah Jawa Barat. Bandung Raya dan beberapa wilayah lain masih kerap diguyur hujan dengan intensitas berbeda-beda, dari intensitas ringan hingga sedang.
Namun faktanya, tanda-tanda kekeringan sudah mulai terjadi di berbagai daerah. Bukan hanya kekeringan yang melanda area pesawahan di sejumlah sentra-sentra produksi pertanian di Jawa Barat, tapi juga kondisi kekurangan air bersih yang belakangan mulai dialami warga.
Seperti yang melanda Kabupaten Majalengka. Sejak beberapa waktu terakhir setidaknya dalam satu bulan ini, kekeringan sudah melanda beberapa wilayah. Terutama area pertanian milik warga. Bahkan kekeringan area pesawahan di Majalengka terus meluas.
Baca Juga: ASN Pemprov Jawa Barat WFA Permanen, Jangan Sampai Masyarakat Dirugikan
Lebih dari 100 hektare sawah di dua kecamatan yakni Kecamatan Kertajati dan Kecamatan Jatitujuh mengalami kekeringan. Luasan sawah tersebut diprediksi akan mengalami puso atau gagal panen. Di sisi lain, ada 549 hektare sawah lainnya yang saat ini berstatus waspada kekeringan dan bisa terjadi puso jika tidak segera terairi.
Ancaman puso ini terjadi lantaran sawah-sawah tersebut ditanami padi yang umurnya masih muda yakni sekitar dua bulan. Jika saja umur padi lebih tua, atau setidaknya saat ini padi sudah berbunga atau bunting, kemungkinan besar tanaman padi masih bisa diselamatkan meski hasilnya tidak akan maksimal.
Tak hanya areal sawah, di Kabupaten Majalengka ini warga juga sudah mulai kesulitan air bersih. Seperti misalnya warga dua blok di Desa Mekarjaya, Kecamatan Kertajati, yang sejak sebulan terakhir sudah mengalami kesulitan air bersih. Mereka terpaksa harus mengambil air dari warga di blok tetangga, itu pun harus membelinya. Sungai dan situ yang menjadi sumber air di wilayah tersebut sudah kering. Padahal di wilayah tersebut hujan masih turun meski dengan intensitas ringan.
Baca Juga: Hakikat Mantra pada Era Milennial
Di daerah lainnya seperti di Indramayu, ribuan hektare sawah juga sudah dilanda kekeringan parah. Terutama di wilayah tengah Kabupaten Indramayu sebagai salah satu sentra pangan terbesar di Jawa Barat. Tiga kecamatan terparah yang mengalami kekeringan adalah Kecamatan Kroya, Gabuswetan, dan Terisi.
Setidaknya ada 7.000 hektar sawah yang sudah dilanda kekeringan di wilayah ini. Sama halnya dengan di Majalengka, sawah yang saat ini sudah mulai kering di Indramayu, tanaman padinya masih berusia muda. Para petani pun khawatir bila sampai akhir bulan Juni 2023 ini tidak ada pasokan air atau hujan yang turun, maka dipastikan tanaman padi mereka akan mengalami puso.
Di sisi lain, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dan sejumlah pakar memprediksi, fenomena El Nino baru akan terjadi setelah Juni 2023. Artinya saat ini belum sepenuhnya memasuki musim kemarau dan memang di beberapa wilayah masih terjadi hujan. Namun demikian, kekeringan sudah terjadi meski El Nino sebetulnya belum terjadi.
Baca Juga: Kelelahan Demokrasi, Realitas Politik Kontemporer saat Ini
El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik Tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia hingga memicu terjadinya kekeringan di Indonesia. Bukan hanya dampak kekeringan, peningkatan suhu juga diprediksi akan terjadi.
Sepatutnya, ancaman kekeringan sebagai dampak musim kemarau ini harus sudah diantisipasi dari jauh hari mengingat prediksi El Nino dan dampaknya pada kekeringan sudah disampaikan sejumlah pihak terkait. Penanganan jangka pendek dengan menyediakan air bersih bagi warga yang kesulitan air, pompa, atau sumur pantek bagi para petani yang lahan pertaniannya kekeringan mesti harus dilakukan. Selain upaya rekayasa cuaca dengan menciptakan hujan buatan.
Di sisi lain, upaya jangka panjang tetap harus dipikirkan dan terus dilakukan. Seperti melakukan rehabilitasi dan membangun irigasi, menambah titik-titik penampungan air baik itu situ, waduk, atau danau buatan, serta tak kalah penting adalah rehabilitasi lahan dengan penanaman tanaman keras yang bisa menjadi penangkap air. Klise, tapi upaya ini yang memang seharusnya konsisten dilakukan. Sebab dampak kekeringan ini kaitannya dengan produksi pangan nasional yang bisa jadi terganggu.***
Sentimen: negatif (99.9%)