Sentimen
Tak Kunjung Dibebaskan, Orangtua TKI yang Disiksa di Myanmar Curiga Ada Konspirasi KBRI Yangoon dan Bangkok
Pikiran-Rakyat.com
Jenis Media: Nasional

PIKIRAN RAKYAT - Orangtua TKI (tenaga kerja Indonesia) yang disiksa di Myanmar mencurigai adanya konspirasi dari KBRI Yangoon dan KBRI Bangkok. Kecurigaannya muncul karena anaknya tak kunjung dibebaskan.
Pada saat ini ada empat TKI yang masih berada di Thailand. Mereka masih menunggu proses pemulangan ke Indonesia.
Namun, orangtua salah satu TKI tersebut menyebutkan jika proses tersebut tidak mudah. Ada dua pilihan yang harus diambil oleh mereka untuk bisa dipulangkan.
Mereka memiliki dua pilihan, yang pertama yaitu membayar denda overstay 20.000 baht. Sementara itu, opsi yang kedua berstatus TPPO atau perdagangan manusia, bebas denda, dan tiket pulang dibiayai pemerintah, tapi proses panjang.
Baca Juga: Dihadapkan Pilihan Sulit, TKI yang Disiksa di Myanmar Punya 2 Opsi
Salah satu TKI yang saat ini berada di Thailand dan menunggu proses pemulangan bersikeras mengatakan jika ia merupakan korban. Ia juga tidak mau menyerahkan diri.
"Saya selalu menekankan, kalau dia menyerahkan diri, berarti dia salah dan akan diadili sesuai hukum di Thailand. Sepertinya pihak KBRI tidak berpihak ke para korban. Ada apa dengan pihak KBRI?" kata orangtua TKI tersebut yang tidak ingin disebutkan namanya.
Sebelumnya, ia sempat berkoordinasi dengan KBRI Yangoon. Perlakuan yang diterima dari KBRI Bangkok disebut sama yang ia dapatkan sebelumnya.
Bahkan, ia sempay berdebat dan mengancam pihak KBRI Yangoon. Langkah tersebut dilakukan olehnya karena merasa perwakilan dari pemerintah di negara lain itu tidak mencerminkan sikap pejabat KBRI.
Baca Juga: Artis Terjun ke Politik Lewat Kacamata Kris Dayanti: DPR Butuh Suara Seniman
"Ini tidak jauh beda dengan pihak KBRI Yangoon, Myanmar yang awalnya saya berdebat dan mengancam melaporkan pihak KBRI Yangoon ke pihak berwajib dengan tindakan yang menurut saya sudah tidak mencerminkan seorang pejabat di KBRI, yang melindungi WNI yang dalam kesulitan dan butuh pertolongan," ujarnya.
Salah satu TKI tersebut disiksa dengan cara dipukul menggunakan pipa paralon. Atasannya disebut memukul berkali-kali di bagian kepala, perut, pantan, dan kaki.
Alotnya proses pembebasan dari pihak KBRI membuat ia mencurigai adanya konspirasi lembaga pemerintah di Myanmar dan Thailand. Baginya, KBRI Bangkok dan Yangoon sama saja melakukan kejahatan kemanusiaan.
"Ada indikasi pihak oknum KBRI Yangoon dan KBRI Bangkok melakukan konspirasi dalam kasus ini. Ini adalah kejahatan kemanusiaan yang paling besar dan tidak berperikemanusiaan," ucapnya kepada Pikiran-Rakyat.com.***
Sentimen: negatif (93.9%)