Sentimen
Positif (65%)
10 Jun 2023 : 01.54
Informasi Tambahan

Kasus: covid-19

Tokoh Terkait
Iriana joko widodo

Iriana joko widodo

Akademisi: Tangkal Hoaks tentang Obat dengan Edukasi di Medsos

10 Jun 2023 : 01.54 Views 4

Koran-Jakarta.com Koran-Jakarta.com Jenis Media: Nasional

Akademisi: Tangkal Hoaks tentang Obat dengan Edukasi di Medsos

JAKARTA - Akademisi yang juga Pakar Media dari Universitas Tarumanegara Budi Utami menyatakan pelaku usaha maupun pembuat kebijakan bisa menangkal hoaks atau mis-informasi tentang obat lewat edukasi yang benar di media sosial.

"WHO menyebutkanpada masa COVID-19, selain pandemi, hal yang menjadi ancaman lain adalahinfodemicyakni kesalahan informasi yang terus berkembang di masyarakat dan diyakini benar, padahal itu salah. Untuk itu sebagai pembuat kebijakan dan pelaku usaha, kita bisa menangkal informasi salah dengan membuat konten edukasi yang benar di media sosial," kata Budi Utami di Jakarta, Jumat.

Data bahwa Indonesia menempati lima besar negara yang paling banyak menyebarkan informasi yang keliru, kata dia, menyebabkan penting bagi pihak-pihak yang memproduksi obat untuk menggunakan media sosial secara optimal demi menangkal hoaks.

"Banyak juga produk-produk kesehatan yang sebenarnya promosi produk, tetapi untuk meyakinkan masyarakat, dia akan coba menyebut sudah teruji di Amerika misalnya, atau testimoni dari tokoh, padahal kita tidak tahu kebenarannya. Ini perlu diwaspadai," ujarnya.

Hasil studi, lanjutnya, menyebutkan ada 40 persen masyarakat di dunia yang mencari informasi kesehatan di media sosial dan membagikannya pada pengguna lain. Namun, hampir 60 persen responden di media sosial tidak peduli dari mana informasi didapatkan dan siapa penulisnya.

Baca Juga :

Ibu Negara Iriana Jokowi Edukasi Sekolah Sehat di Bandarlampung

Ia menuturkantantangan yang dihadapi oleh industri obat saat ini mengembalikan kepercayaan publik pasca kasus obat batuk sirup yang menyebabkan gagal ginjal pada anak.

"Tantangan industri obat saat ini adalah mengembalikan kepercayaan publik pasca-kasus gagal ginjal kepada anak, yang kita tahu korbannya sudah mencapai 200 hingga 300 jiwa," ujarnya.

Selain ituia juga resah akan maraknya iklan programatikyakni iklan yang muncul secara tiba-tiba saat mengakses media sosial.

"Pernahnggakmisal kita merasa sakit di bagian perut, lalu kitabrowsing, dua jam berikutnya ada iklan obat sakit perut, itulah iklan programatik. Namun, karena itu sesuai dengan yang kita butuhkan, jadi kita nikmati dan klik, itu yang kita mesti coba bendung, karena misinformasi banyak terjadi lewat situ," katanya.

Untuk mengatasi mis-informasi tersebut, pelaku industri obat bisa menjalankan fungsiclearnessyakni menjelaskan informasi yang benar kepada masyarakat melalui konten media sosial.

"Para pelaku industri obat harus lebih mengoptimalkan fungsi medsos, kalau bisa tidak hanya Instagram, tolong bapak ibu lebih serius lagi memanfaatkannya, jawab pertanyaan masyarakat dengan cepat, buat konten TikTok yang tidak melulu joget, cari sisi yang menyenangkan tetapi informatif juga, supaya terkesan ringan dan mudah dicerna," tuturnya.

Selain itu iamenyampaikan beberapa cara lain yang dapat dilakukan industri obat untuk memberikan informasi yang benar.

Pertama, penyampaian informasi melalui tenaga kesehatan, baik itu dokter atau bidan. Kedua, melalui pihak farmasi atau apoteker, dan ketiga melalui media luar ruang dan informasi melalui pusat layanan kesehatan.

"Atau kalau mau tetap di internet, suka ada kan halaman-halaman lain di bawah artikel yang biasa kita baca, pelaku industri obat bisa beriklan di situ, memberi konten edukasi yang benar, sehingga masyarakat juga akan klik. Sebaiknya memang sebanyak mungkin membuat konten, supaya menangkal informasi yang tidak benar itu melalui medsos dan internet juga," ujarnya. Ant


Redaktur : -

Penulis : Antara, Gembong

Sentimen: positif (65.3%)