Sentimen
Positif (97%)
11 Mei 2023 : 00.45
Informasi Tambahan

Kab/Kota: bandung, Bekasi, Tanjung Priok, Yogyakarta, London

Tokoh Kedokteran Prof. Dr. Sulianti Saroso Hampir Tak Pernah Suntik Pasien, kok Bisa?

11 Mei 2023 : 00.45 Views 7

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Tokoh Kedokteran Prof. Dr. Sulianti Saroso Hampir Tak Pernah Suntik Pasien, kok Bisa?

PIKIRAN RAKYAT - Tokoh kedokteran Indonesia, Prof. Dr. dr. Julie Sulianti Saroso, MPH atau Sulianti Saroso merupakan tokoh kedokteran Indonesia. Ia mengabdikan hidupnya untuk penelitian dan perancangan kebijakan kesehatan di Indonesia.

Sulianti Saroso disebut-sebut dokter yang hampir tak pernah menyuntik pasien. Pasalnya, Ia tak pernah menangani pasien secara langsung, atau menyuntikan jarum ke tubuh seseorang.

Anak Sulianti, Dita Saroso, mantan profesional perbankan yang kini menikmati masa pensiunnya di Bali menyebutkan jika sang Ibunda hanya fokus pada bidang riset dan perencanaan.

"Ibu itu hampir-hampir tak pernah menyuntik orang atau menulis resep," ucapnya mengenang sang ibu.

Baca Juga: Bupati Jeje Ingin Selesaikan Kasus Guru ASN Baik-baik, Berharap Tak Mengundurkan Diri

Perempuan kelahiran 1917 ini merupakan tokoh penting dalam bidang pencegahan dan pengendalian penyakit menular, serta keluarga berencana (KB). Ia adalah dokter wanita pertama yang menyadari bahwa kemiskinan, malnutrisi, serta kesehatan ibu dan anak memiliki korelasi yang tak dapat diputus.

Berprofesi sebagai dokter, tempat tugas Sulianti berpindah-pindah. Ia menempuh pendidikan dasar berbahasa Belanda ELS (Europeesche Lagere School), lalu pendidikan menengah elite di Gymnasium Bandung, dan melanjutkan pendidikan tinggi di Geneeskundige Hoge School (GHS), sebutan baru bagi Sekolah Kedokteran STOVIA di Batavia.

Tahun 1942, di mana dia lulus dari STOVIA, karier Sulianti Saroso sebagai insan medis dimulai. Dia sempat bekerja sebagai dokter di RS Umum Pusat di Jakarta, atau yang saat ini disebut dengan RS Cipto Mangunkusumo.

Saat ibu kota pindah ke Yogyakarta, Sulianti juga turut hijrah menjadi dokter republiken dan bekerja di RS Bethesda Yogyakarta. Perjalanan akademiknya tak henti meski sudah memiliki karier yang cukup memuaskan.

Baca Juga: Lumpur Panas Sembur Lab Ponpes di Kalimantan Barat, Dampak Pengeboran 40 M demi Air Bersih

Sulianti mendapat beasiswa dari WHO ntuk belajar tentang tata kelola kesehatan ibu dan anak di beberapa negara Eropa, terutama Inggris. Dari sana, dia mengantongi Certificate of Public Health Administrasion dari Universitas London.

Hasil belajar tata kelola kesehatan ibu dan anak, Sulianti mengampanyekan penggunaan kontrasepsi di Indonesia. Meski saat itu pemerintah masih tutup mata, Sulianti terus berjuang dengan mengandalkan jalur swasta.

Bersama sejumlah aktivis perempuan, dia mendirikan Yayasan Kesejahteraan Keluarga (YKK) yang menginisiasi klinik-klinik KB di berbagai kota. Untuk membangun model sistem pelayanan ibu dan anak, dia juga mendirikan pos layanan di Lemah Abang, Bekasi.

Di sisi lain, kecintaannya pada riset penyakit menular membuat Sulianti mengawal ide untuk mengembangkan RS Karantina Tanjung Priok menjadi RS Pusat Infeksi dengan teknologi terbaru, piranti mutakhir, serta sumber daya manusia yang mumpuni.

Sayang, jelang RSPI itu dibangun, Dokter Sulianti meninggal dunia pada 1991. Oleh karena itu, nama Dokter Sulianti diabadikan menjadi nama RSPI yang terletak di kawasan Sunter, Jakarta Utara.***

Sentimen: positif (97%)