Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: APRIL
Kab/Kota: Kediri
Tokoh Terkait
Ma’mun Murod Beber Pesantren NU yang Lebaran 21 April, Gus Nadir: Ploso Gak Minta Difasilitasi Pemerintah
Fajar.co.id
Jenis Media: Nasional

FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Silang pendapat Nadirsyah Hosen atau akrab disebut Gus Nadir dengan Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta, Ma’mun Murod terus berlanjut. Mereka mendebatkan penentuan awal bulan syawal atau hari Lebaran Idulfitri.
Teranyar, Ma’mun Murod mengunggaj sebuah foto. Mengabarkan bahwa ada pesantren Nahdatul Ulama (NU) yang satu syawalnya jatuh pada 21 April 2023.
Penentuan waktu ini sama dengan Muhammadiyah. Metode penentuan yang digunakan pun serupa.
“Hasil Hisab Pesantren Ploso Kediri ini hanya mempertegas bahwa Hisab dan Rukyah itu bukan persoalan Muhammadiyah dan NU,” ungkapnya dikutip fajar.co.id dari cuitannya di Twitter, Kamis (20/4/2023).
Ia menjelaskan, dua metode yang biasa dipakai menentukan, hisam dan rukyah bukan milik ormas. Tapi bebas nilai.
“Hisab dan rukyah hanya sebuah metode yang berisfat ‘bebas nilai’ Secara kultural, tentu Pesantren Ploso itu bagian dari NU, namun punya keputusan lain. Colek Gus @na_dirs,” ujarnya.
Unggahan yang menandai langsung Gus Nadir itu, disambut dengan baik. Tak lama berelang, Gus Nadir langsung menanggapi.
Ia membenarkan adanya pesantren di Kediri yang menetapkan 1 syawal di tanggal 21 April. Menurutnya, itu hal buasa.
“Iya, dan Ploso gak minta difasilitasi oleh pemerintah dalam shalat ied-nya. Biasa aja,” ucapnya.
Lebih lanjut, Gus Nadir bilang sejak awal memang itu yang ingin dia katakan. Tidak ada pakem penentuan 1 syawal.
“Ini yang dari awal kami bilang: gak mau ikut kaidah fikih, silakan. Gak dilarang,” imbuhnya.
Namun yang ia tekankan adalah tenggang rasa. Tapi ia menilai, ia malah ditudih intoleran bin fasis.
“Tapi mohon bertenggang rasa. Eh kami malah dituduh fasis dan tidak toleran. toleransi kudu dua belah pihak atuh,” pungkasnya.
Silang pendapat ini tak berujung di situ. Ma’mun Murod kembali menimpali.
“Loh Gus, kalau NU kan salatnya di masjid, ga perlu difasilitasi atau izin. klo Muhammadiyah kan di tanah lapang. Ini bedanya,” jelasnya.
“Lagi pula sekarang salat di lapangan atau alun-alun tak lagi monopoli Muhammadiyah. Di beberapa daerah solat id di lapangan diselenggarakan oleh PHBI Pemda,” sambungnya.
(Arya/Fajar)
Sentimen: negatif (95.5%)