Sentimen
Positif (44%)
17 Apr 2023 : 23.15
Informasi Tambahan

Agama: Kristen

Kab/Kota: Edinburgh, London

Olah Limbah Kaca, Seniman Jogja-London Bertemu di 'Glass Beyond Borders'

17 Apr 2023 : 23.15 Views 4

Krjogja.com Krjogja.com Jenis Media: News

Olah Limbah Kaca, Seniman Jogja-London Bertemu di 'Glass Beyond Borders'

Krjogja.com - YOGYA - Glass Beyond Borders/Kaca Melampaui Batas-Batas merupakan sebuah proyek kolaborasi antar dua seniman kaca, yakni Ivan Bestari (Indonesia) dan Hannah Gibson (Inggris). Glass Beyond Borders, adalah salah satu dari 11 proposal terpilih untuk Connections Through Culture Grant 2022/2023 dari Indonesia, program hibah yang diselenggarakan British Council di Inggris dan Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Myanmar, and Thailand).

Ivan dan Hannah dikenal sebagai seniman kaca yang menggunakan limbah kaca sebagai bahan utama mereka. Namun, masing-masing menggunakan metode olah kaca yang sangat berbeda secara teknis.

Proyek kolaborasi ini bertujuan untuk menemukan peluang perpaduan dari dua metode olah kaca yang dikuasai oleh masing-masing seniman. Dalam proyek ini kedua seniman melakukan kolaborasi, baik dalam penciptaan karya bersama maupun dalam menyusun perencanaan dan materi lokakarya yang diikuti oleh mahasiswa Program Studi Desain Produk Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) dan juga peserta lokakarya umum.

Perihal “melampaui batas-batas” yang dimaksudkan dalam judul proyek tersebut, Ivan Bestari mengatakan bahwa hal itu bisa dijabarkan dari beberapa sudut pandang. Batasan yang ingin coba dilampaui bisa berupa berbagai hal, misalkan batasan negara, batasan teknologi, batasan bahasa, bahkan juga batasan ranah lingkup kerja.

"Proyek ini kami harapkan bisa menjadi salah satu sarana untuk memperkenalkan metode olah limbah kaca kepada masyarakat luas melalui sisi akademis dan juga stakeholders/ pemangku kepentingan. Bahwa olah limbah kaca itu memungkinkan dilakukan di dalam skala studio seniman berarti mempunyai peluang untuk direplikasi menjadi skala usaha rumahan tanpa kebutuhan infrastruktur yang berskala industri besar," ungkapnya, Jumat (14/4/2023) di kampus UKDW.

Ivan Bestari juga mengungkap bahwa kaca adalah sebuah hal yang tak pernah tidak manusia sentuh setiap hari dalam kehidupan sehari-hari. Kaca sudah ada dari masa lampau bahkan dalam peradaban sebelum masehi yang artefaknya ditemukan di Indonesia.

"Manik-manik kaca diproduksi di Sumatera Utara pada abad 11, era Sriwijaya. Bagaimana kaca menghubungkan, kita tahu tentang kaca tapi tidak tahu bagaimana ketika fungsinya hilang, misalnya kaca jendela pecah dan lain sebagainya. Pikiran kita hanya diberikan ke rosok atau dibuang saja, padahal kita bisa olah, ada sejarah panjang yang sempat membuat negara lain iri lho," sambungnya.

Sementara Hannah Gibson yang menggunakan karakter lego untuk menyampaikan pesan melalui karya mengungkap, ia ingin mengajak audiencenya untuk melihat lebih ke belakang, segala hal tentang kaca. Beberapa karya Hannah memberi narasi tentang latar terciptanya wadah-wadah kaca yang akhirnya terbuang setelah tak dipakai dan berubah jadi instalasi seni.

"Ada botol insulin, ada anak-anak sampai orang tua yang membutuhkan untuk bisa hidup. Lalu banyak barang kaca yang memiliki cerita lain. Saya mencoba angkat dan olah dalam karya," ungkap Hannah yang memiliki karya berjudul Recycling Narratives, Whispering Sweet Nothings ini.

Ivan Bestari Minar Pradipta sendiri merupakan seniman kaca Indonesia yang banyak bekerja menggunakan limbah kaca sebagai bahan utama dari karya-karya. Ketertarikan Ivan mengolah kaca berawal ketika Ivan belajar di Program Studi Desain Produk, Universitas Kristen Duta Wacana, dan akhirnya dia tekuni sampai saat ini.

Ivan mengenal dasar-dasar olah kaca dari almarhum Bapak Soenaryo, pemilik CV Glass Blower, yang mengerjakan berbagai perlengkapan kaca untuk laboratorium. Ia lalu mengembangkan pengetahuan dan pengalaman olah kaca secara mandiri melalui eksperimen, referensi dari internet, serta dari para pelaku olah kaca lainnya.

Ketertarikan Ivan terhadap kaca membawanya terlibat dalam berbagai kegiatan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Ivan juga menginisiasi Indonesia Glass Art Festival (IGAF) yang merupakan festival seni kaca yang pertama dilaksanakan di Indonesia, yang bertepatan dengan “International Year of Glass, 2022” yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations (UN).

Hannah Gibson tinggal di London, seniman kaca yang juga ahli geologi. Saat belajar geologi di Universitas Edinburgh, Hannah terpesona oleh mineralogi dan reaksi antara berbagai elemen, logam dan senyawa. Hal ini membawanya kepada hasrat untuk mengeksplorasi alkimia kaca.

Hannah mencoba untuk menangkap citra nostalgia masa kanak-kanak dan mengungkap narasi tersembunyi, melalui patung-patung kaca yang dicetak (Cast Glass). Hannah memiliki ketertarikan yang mendalam berkait dengan keberlanjutan dan daur ulang maka ia menggunakan kaca limbah dan benda-benda temuan di dalam karya-karyanya. Ketika Hannah belajar untuk meraih gelar M.A. dalam bidang kaca di University for the Creative Arts Farnham, Hannah mulai mengerjakan seri dari karya-karyanya saat ini. (Fxh)

Sentimen: positif (44.4%)