Sentimen
Negatif (88%)
3 Apr 2023 : 00.45
Informasi Tambahan

BUMN: Garuda Indonesia

Event: Ibadah Umroh

Mafia Umrah Pakai Foto Tokoh Agama untuk Promosi, padahal Korban Juga

3 Apr 2023 : 00.45 Views 9

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Mafia Umrah Pakai Foto Tokoh Agama untuk Promosi, padahal Korban Juga

PIKIRAN RAKYAT - Mafia umrah yang terbongkar usai menelantarkan jemaah umroh, melakukan berbagai cara untuk menggaet para korbannya. PT Naila Syafa’ah Wisata Mandiri (NSWM) diketahui menggelapkan dana para jemaah yang menjadi korban.

Tiga tersangka yang ditetapkan Polda Metro Jaya dalam kasus tersebut yakni Mahfudz Abdulah, Halijah Amin (istri Mahfudz), serta Hermansyah (direktur PT Naila Syafaah Wisata Mandiri). Mereka bahkan memasang foto tokoh agama dengan pengikut banyak di media sosial, agar menarik minat calon korban.

Foto tokoh agama itu dipasang pada brosur penawaran, seolah-olah ada kerja sama endorse antara kedua belah pihak. Namun, ternyata tokoh agama yang 'dimanfaatkan' tersebut termasuk ke dalam salah satu korban mereka.

Apa yang dilakukan PT NSWM itu adalah salah satu modus operandi mereka, untuk menghimpun dana dari para korban. Selain itu, mereka mencari korban dalam kelompok pengajian di masjid-masjid.

Baca Juga: Serba-Serbi Kasus Travel Umrah Naila Syafaah: Pemilik Mantan Napi, Ganti Nama Setelah Keluar Penjara

"Kemudian modus dari PT Nayla ini juga merekrut tokoh agama yang memiliki pengikut yang banyak, kemudian memasang fotonya dalam brosur. Sehingga jemaah banyak ikut ke dalam travel ini," kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi saat konferensi pers, Kamis, 30 Maret 2023.

"Dan kebetulan korbannya ada ini, tokoh agamanya ini juga menjadi korban. Jadi seolah-olah di-endrose tapi dia korban juga," ucapnya menambahkan.

Jual Lagi Tiket Hangus

Tidak hanya memanfaatkan tokoh agama, mafia umrah itu juga menawarkan tiket hangus yang bisa dihidupkan kembali. Namun, para korban dimintai biaya lebih, untuk mendapatkan tiket tersebut.

“Modusnya lagi ada tiket hangus, bisa dihidupkan lagi. Kemudian menambah sejumlah uang yang dibebankan kepada jemaah sejumlah Rp2.500.000. Nah ini kami sedang selidiki,” tutur Hengki Haryadi.

“Dengan menambah masing-masing tax itu Rp2.500.000, dengan alasan tiket yang sudah tidak berlaku hangus ini bisa dihidupkan lagi dengan menambah sejumlah uang,” ucapnya menambahkan.

Lebih lanjut, Hengki Haryadi menuturkan bahwa Polisi akan memanggil pihak maskapai yang terkait dengan kasus tersebut untuk menyelidiki modus menghidupkan kembali tiket yang hangus. “Kok bisa ada modus seperti ini dan kami akan panggil pihak maskapai. Sedang kami adakan pemanggilan untuk kami dalami,” ujarnya.

“Kami akan selidiki lebih mendalam, kenapa ada modus seperti ini di salah satu maskapai. Tiket yang sudah hangus bisa dihidupkan lagi dengan menambah sejumlah uang,” kata Hengki Haryadi menambahkan.

Baca Juga: Korban Penipuan Umrah yang Telantar di Arab Saudi Sudah Kembali ke Indonesia, 2 Tersangka Ditangkap Polisi

Ganti Identitas

Hengki Haryadi mengungkap bahwa salah satu tersangka penipuan travel umroh pemilik PT NSWM merupakan residivis. Tersangka residivis bernama Mahfudz Abdullah mengganti namanya agar bisa beraksi melakukan aksi penipuan serupa.

“Agar tidak ketahuan bahwa yang bersangkutan ini dulu pernah melakukan modus yang sama ataupun residivis, yang bersangkutan mengganti namanya, yaitu Mahfudz Abdullah menjadi Abi Hafidz Al-Maqdisy,” katanya.

Lebih lanjut, Hengki Haryadi menjelaskan bahwa sejak identitasnya diganti, pelaku yang sebelumnya memiliki PT GAM di tahun 2016, kemudian membeli PT NSWM untuk melakukan aksi serupa dan tidak diketahui.

“Yang Polda Metro Jayamembeli PT Naila Syafa’ah Wisata Mandiri ini agar tidak ketahuan karena sebelumnya yang bersangkutan punya PT lagi, yang lain yang merupakan sudah ditindak pada tahun 2016 oleh Polda Metro Jaya, yaitu PT Garuda Angkasa Mandiri,” tuturnya.

“Dia membeli PT Naila Syafa’ah Wisata Mandiri ini, namun disini tetap di bawah kendali tersangka Mahfud dan istrinya,” ucap Hengki Haryadi menambahkan.***

Sentimen: negatif (88.9%)