Sentimen
Positif (49%)
31 Mar 2023 : 08.40
Informasi Tambahan

BUMN: Garuda Indonesia

Kab/Kota: Kemayoran, Palembang

Kasus: Teroris

Tokoh Terkait

Operasi Woyla Kopassus bungkam media asing

31 Mar 2023 : 08.40 Views 4

Elshinta.com Elshinta.com Jenis Media: Politik

Operasi Woyla Kopassus bungkam media asing

Sebanyak 36 sandera yang dibajak teroris sejak Sabtu (28/3/1981) tiba di Lanuma Halim Perdanakusuma, Selasa (31/3/1981) dari Thailand. (https://bit.ly/40sJyeU/elshinta.com)

Elshinta.com - Kopassus melumpuhkan para teroris yang menyandera pesawat Garuda Indonesia DC-9 terjadi tepat hari ini 42 tahun yang lalu. Peristiwa ini juga dikenal dengan sebutan Peristiwa Woyla dan melambungkan nama Korps Baret Merah di dunia Internasional.

Berawal pada 28 Maret 1981, pesawat DC-9 Woyla milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia dengan 48 penumpang dibajak 5 orang teroris.

Melansir grid.id, pesawat tersebut dibajak ketika dalam penerbangan dari Bandara Kemayoran menuju Bandara Polonia Medan. Saat itu pesawat yang transit di bandara Talangbetutu, Palembang baru saja lepas landas menuju Bandara Polinia, Medan. Pesawat kemudian dibelokkan menuju bandara internasional Penang, Malaysia.

Akhirnya pesawat mendarat di Bandara Don Muang, Bangkok, Thailand sehingga militer Indonesia bisa lebih leluasa melaksanakan operasi pembebasan sandera dengan cara mengirimkan pasukan khusus.

Tanggung jawab untuk mengirimkan pasukan khusus diberikan kepada Letkol Sintong Panjaitan yang menjabat sebagai Asisten 2/Operasi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassanda/Kopassus) dan disertai oleh tiga orang perwira menengah yang nantinya memimpin operasi di lapangan yakni, Mayor Sunarto, Mayor Isnoor, dan Mayor Subagyo HS.

Sejumlah sumber menyebut bahwa pasukan komando Indonesia belum memiliki pengalaman dalam menangani pembajakan pesawat. Apalagi, pembajakan Woyla merupakan peristiwa terorisme pertama dalam sejarah maskapai penerbangan Indonesia.

Mengingat kasus pembajakan DC-9 Woyla sudah diberitakan secara internasional di seputar Bandara Dong Muang ternyata sudah penuh dengan aparat keamanan Thailand dan wartawan dari berbagai media massa.

Televisi nasional Thailand bahkan menyiarkan perkembangan penyanderaan secara langsung dan kamera televisi terus mengarah ke pesawat DC-9 Woyla yang dijaga ketat tentara Thailand dengan formasi melingkar.

Semua pasukan antiteror segera melakukan konsolidasi dan persiapan operasi di bawah kendali Letkol Sintong.

Pukul 02.00 dini hari (31 Maret 1980) semua pasukan antiteror tiba-tiba dibangunkan dan harus bersiap untuk melaksanakan operasi pembebasan sandera.

Dalam kondisi segar karena cukup tidur semua pasukan bergerak menuju sasaran tapi dalam pergerakan santai tidak seperti pasukan komando agar tidak menarik perhatian.

Semua senjata pun tampak disembunyikan ketika para pasukan antiteror yang sedang membawa tangga untuk memasuki pintu pesawat malah berjalan lebih santai lagi.

Televisi nasional Thailand yang terus menerus memantau perkembangan di seputar pesawat yang dibajak malah berkomentar bahwa pergerakan semua pasukan antiteror seperti orang piknik (Sunday picnic).

Namun, operasi pembebasan yang dirancang sejak 28 Mei 1981 itu berlangsung sukses. Setelah mempelajari bagian pesawat DC 9 dan posisi pembajak, pasukan komando berhasil membebaskan pesawat berisi 48 penumpang dan 5 awak pesawat dalam waktu singkat. Pasukan komando hanya membutuhkan waktu 3 menit untuk melumpuhkan 5 teroris yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein.

Sentimen: positif (49.9%)