Sentimen
Informasi Tambahan
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Pengakuan Dokter Indonesia di Singapura: Tak Berbelit-belit, Dua Bulan Langsung Praktik
Pikiran-Rakyat.com
Jenis Media: Nasional

PIKIRAN RAKYAT – Muncul video pengakuan dokter asal Indonesia yang bekerja di Singapura di saat beberapa waktu lalu Presiden Jokowi heran dua juta warganya memilih berobat ke luar negeri. Video itu mengungkap proses sang dokter bisa bekerja di negeri Singa.
Terkait berobat ke Singapura, keluhan tersebut juga belum lama ini diungkap komika Kiky Saputri melalui Twitter @kikysaputrii. Perempuan yang baru melepas masa lapangnya itu menceritakan pengalaman berobat ibu mertuanya, ia menyinggung seputar penyakit strok telinga.
Tidak hanya menjadi tujuan berobat, nyatanya Singapura juga menjadi salah satu destinasi liburan warga Indonesia. Dilansir dari Travel Daily Media, total 282.000 turis asal Indonesia datang ke negara tersebut pada 2022 silam.
Pengalaman dokter Indonesia di Singapura, cepat mendapat izin praktik
Baca Juga: Jokowi Kecewa Banyak Orang Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Rp165 T Devisa Hilang
Dokter yang tak diketahui namanya itu mengaku, sebelum lulus dari sekolah kedokteran tahun 2003, ia mengikuti perekrutan dokter-dokter yang lulus dari kampus-kampus Australia untuk bekerja di Singapura.
“Saya daftar dan langsung, dalam waktu sebulan dua bulan, saya langsung dikasih izin praktik. Saya dikasih kerjaan, very street forward, tidak berbelit-belit,” katanya dalam video yang diunggah akun Twitter RUDI VALINKA, @kurawa, pada Kamis 23 Maret 2023.
Pria berkaca mata dalam video dua menit empat detik itu menyebut tidak ada diskriminasi dari Pemerintah Singapura saat ia bekerja di sana padahal ia bukan warga negara tersebut.
“Saya diperlakukan dengan fair, tidak ada diskriminasi, terus masuk pendidikan dokter spesialis juga lancar. Bahkan saya jadi spesialis di Singapura pada usia yang sangat muda sampai diberi juga beasiswa oleh Pemerintah Singapura,” ujarnya lagi.
Baca Juga: Kiky Saputri Heran Dua Dokter di Indonesia Beda Pendapat soal Strok Telinga
Diakui pria itu, beasiswa yang cukup banyak dari negara tetangga tersebut membantunya belajar bedah tulang belakang di Australia. Pengalaman unik pun diungkapnya bahwa stafnya adalah orang Indonesia, begitu juga dengan sebagian besar pasiennya.
“Sekarang saya praktik di rumah sakit swasta di Singapura di Mount Elizabeth Hospital, rumah sakit yang terkenal bagi orang Indonesia, 70 puluh persen pasien saya adalah orang Indonesia, dan staf saya semua orang Indonesia,” katanya.
Video viral pengakuan dokter asal Indonesia di Singapura tentang pengalamannya bekerja dan menempuh spesialis di Australia. Twitter @kurawa
“Jadi dokternya orang Indonesia, pasiennya orang Indonesia, stafnya orang Indonesia, tapi anehnya kami semua berada di Singapura, ironisnya,” tuturnya dalam video yang sudah ditonton lebih dari 300 ribu kali tersebut.
Unggahan video itu menandai akun Twitter Kementerian Kesehatan RI, @KemenkesRI, dan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PBIDI), @PBIDI. Hingga kini, Jumat 24 Maret 2023, belum ada tanggapan resmi dari keduanya.
Baca Juga: Krisis Dokter Spesialis dan Subspesialis, Kemenkes Berencana Buka Beasiswa
Kesenjangan fasilitas kesehatan di Indonesia disorot peneliti
Sejumlah peneliti The Conversation menyorot kesenjangan fasilitas kesehatan di Indonesia saat Covid-19 melanda. Penelitian yang diterbitkan pada 17 Juni 2021 itu menyorot 11 rumah sakit di berbagai wilayah di Indonesia yang lima di antaranya adalah rujukan Covid-19.
Di antara kesenjangan itu adalah alat, ruang isolasi khusus, unit perawatan intensif, ventilator, juga alat pelindung diri (APD).
“Informasi yang kami dapatkan dari dokter dan petugas kesehatan mengungkapkan bahwa mereka terkadang harus memakai APD yang tidak memenuhi standar atau menggunakan ulang peralatan yang seharusnya sudah diganti,” kata peneliti, dilansir dari laman The Conversation.
Kegagalan mengikuti protokol kesehatan juga menjadi salah satu masalah yang muncul. Masalah itu menyebabkan pekerja medis mengalami masalah kesehatan mental akibat beban kerja meningkat.
“Beban mental yang dialami tenaga kesehatan meningkat saat mereka harus menangani pasien yang terinfeksi Covid-19 dan sebagian mereka mengalami trauma ketika menyaksikan kematian di antara pasien dan sesama rekan kerja mereka,” ujarnya.
Penelitian ini dilakukan delapan orang yaitu Daniel Prajogo (Professor of Management, Monash University), Adithya Sudiarno (Lecturer in Industrial and System Engineering, Institut Teknologi Sepuluh Nopember), Amrik Sohal (Professor of Management, Monash University), Anny Maryani (Lecturer, Institut Teknologi Sepuluh Nopember), Arief Rahman (Lecturer in Human Factors, Institut Teknologi Sepuluh Nopember), Dyah Santhi Dewi, ST. M.EngSc. PhD (Lecturer in Ergonomics and Occupational Health and Safety Systems Engineering, Institut Teknologi Sepuluh Nopember), Ratna Sari Dewi (Researcher and Lecturer in Human Factors/Ergonomics, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan Retno Widyaningrum (Dosen, Institut Teknologi Sepuluh Nopember).
Adapun riset ini telah ditinjau oleh Helen Brown dari Lead, Communications and Outreach, Australia-Indonesia Centre dan Marlene Millott Program Officer at The Australia-Indonesia Centre.***
Sentimen: positif (80%)