Sentimen
Tokoh Terkait
Satu Partai Pengaruhi Koalisi, Elektabilitas Capres Bukan Jaminan
Akurat.co
Jenis Media: News

AKURAT.CO Pemilu 2024 memiliki keunikan tersendiri dibandingkan gelaran pemilu-pemilu sebelumnya. Kali ini elektabilitas figur bukan jaminan mendapatkan tiket pencapresan.
Status PDI Perjuangan selaku satu-satunya partai yang mampu mengusung calon presiden tanpa koalisi bisa mengubah peta koalisi.
Direktur Eksekutif Indobarometer, M Qodari, menyebutkan, sejauh ini hanya tiga nama capres yang dipersepsikan memiliki elektabilitas tinggi yakni Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Namun ketiganya memiliki kelemahan karena harus didukung partai dan memenuhi syarat pencapresan.
baca juga:
"Syarat aktual capres di Indonesia, pertama undang-undang, kedua kursi partai (di parlemen) dan popularitas capres," ujarnya dalam rilis survei dan diskusi bertajuk "Pemilu 2024: Konstelasi, Variabel Penentu dan Pemenangnya", di Jakarta, Selasa (21/3/2023).
Qodari mengingatkan, syarat pencapresan secara umum yakni bukan hanya diusung oleh partai namun memiliki kursi di parlemen minimal 115 kursi atau 20 persen. Bukan pula popularitas atau elektabilitas tinggi, karena konstitusi menekankan pada jumlah kursi di parlemen.
Situasi sekarang menunjukkan hanya tiga partai dengan kursi tertinggi di parlemen yakni PDIP, Partai Golkar dan Partai Gerindra. Artinya, hanya tiga partai ini saja yang bisa menjadi lokomotif koalisi.
PDIP memiliki 128 kursi yang artinya melebihi 20 persen syarat untuk mengusung capres atau menjadi satu-satunya partai yang memenuhi syarat mengusung capres. Sedangkan Golkar dan Gerindra masing-masing hanya butuh untuk menggandeng satu partai untuk berkoalisi.
"Ini yang membuat Pemilu 2024 menjadi unik karena sudah ada satu partai yang bisa maju sendiri," tutur Qodari.
Hasil survei Indobarometer selama 12-24 Februari 2023 yang melibatkan 1.190 responden di 33 provinsi menunjukkan Ganjar Pranowo mendapat dukungan 29,4 persen disusul Prabowo Subianto (27,5 persen) dan Anies Baswedan (23,9 persen) sebagai kandidat capres dengan elektabilitas kuat.
Kendati demikian, data ini tidak bisa memastikan koalisi capres yang terbentuk sekarang ini sudah solid. Pasalnya, segala kemungkinan bisa berubah hingga Oktober-November 2023 atau selama pendaftaran capres-cawapres ke KPU. Kalaupun ada nama-nama yang telah didaftarkan, sulit pula memastikan siapa yang bakal memenangi pemilu.
"Kalaupun sudah didaftarkan kita juga sulit memprediksi siapa yang bakal masuk ke putaran kedua, siapa yang akan menang," ungkap Qodari.
Posisi PDIP yang hingga kini belum menentukan siapa capres yang bakal diusung turut mempengaruhi dinamika ke depan. Tak terkecuali sikap Presiden Joko Widodo yang gerak gerik dan bahasa tubuhnya sering dijadikan patokan untuk menerka siapa figur yang dijagokannya.
"Konstelasi capres belum pasti. Memang kita punya Prabowo dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya. Memang ada Anies Baswedan, tetapi apakah hanya dua ini saja? Apakah tidak muncul nama lain," demikian Qodari.
Sentimen: positif (98.1%)