Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Gunung, Boyolali, Karanganyar
Tokoh Terkait
Imbas Erupsi Merapi, Harga Bunga Tabur Melambung
Krjogja.com
Jenis Media: News

Penjualan bunga tabur di Pasar Papahan Tasikmadu Karanganyar. (Foto : Abdul Alim)
Krjogja.com - KARANGANYAR - Harga bunga tabur melonjak tinggi selama tradisi sadranan. Erupsi Gunung Merapi kian mendongkrak harga ubo rampe tradisi menjelang bulan ramadan itu.
Salah satu pedagang bunga tabur di Desa Papahan Kecamatan Tasikmadu, Sulistiana (39) mengatakan bunga tabur yang dijualnya berasal dari Cepogo, Kabupaten Boyolali. Kepada dirinya, Tengkulak menginformasikan barang sedang langka sebab sebagian kebun bunga rusak akibat hujan abu, sehingga otomatis stok yang tersedia otomatis ganti harga.
"Harga bunga tabur melonjak dari Rp 10 ribu per ons kini naik jadi Rp 40 ribu. Saat ini harga dari suplier capai Rp 1 juta per kilogram," ucap Sulistiana, Selasa (13/03/2023).
Meski harga naik ia juga tak bisa mengambil banyak untung, biasanya momen sadranan paling dinantinya. Sulistiana mengatakan kenaikan harga bunga tabur disebabkan beberapa faktor, salah satunya gagal panen. "Meski naik, alhamdulillah masih bisa teratasi. Yang beli sambat tapi masih tetap membeli," kata Sulistiana.
Sulistiana mengaku selama musim Sadranan, selalu menerima pesanan capai ratusan orang per hari. Ia mengatakan tingkat jual bunga tabur ke pembeli sudah meningkat sejak pekan lalu. "Minggu kemarin sudah mulai dan puncaknya diperkirakan minggu depan," singkat Sulistiana.
Sarjono (42) seorang penjual bunga tabur di Pasar Jungke mengatakan penjualan dibuat paket per Rp 20 ribu. Ia mengakui sudah mepet memasang harga paket bunga tabur.
“Puncak nyadran selalu naik harganya, harga kulakannya saja sudah mahal. Jadi mau tidak mau harga jualnya juga dinaikkan karena banyak yang cari. Apalagi susah nyari barangnya," katanya.
Sebelum erupsi Merapi sebenarnya harga sudah merangkak naik. Menurutnya peningkatan harga bunga tabur itu terjadi sejak pekan lalu atau memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ruwah dalam penanggalan Jawa. (Lim)
Sentimen: negatif (61.5%)