Sentimen
Netral (76%)
26 Feb 2023 : 16.20
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Kebayoran Lama

Kasus: penganiayaan

Partai Terkait
Tokoh Terkait
Rafael Alun Trisambodo

Rafael Alun Trisambodo

Berkaca dari Kasus Mario Dandy, Kenapa Marak Anak Pejabat Bertindak Arogan?

26 Feb 2023 : 16.20 Views 11

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Berkaca dari Kasus Mario Dandy, Kenapa Marak Anak Pejabat Bertindak Arogan?

PIKIRAN RAKYAT - Publik dihebohkan dengan kasus penganiayaan yang menyeret anak pejabat pajak, Mario Dandy Satrio terhadap anak pengurus GP Ansor, David pada Senin, 20 Februari 2023.

Bahkan belakangan ini beredar video diduga saat Dandy Mario melakukan penganiayaan.

Korban kini sadar setelah sempat mengalami koma selama dua hari. Kendati demikian, putra Jonathan Latumahina itu masih harus menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Permata Hijau, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Sikap arogan Mario Dandy Satriyo ini berbuntut panjang. Sang ayah, Rafael Alun Trisambodo dicopot dari jabatannya sebagai Aparatur Sipil Negara Direktorat Jenderal Pajak hingga akhirnya memutuskan untuk mundur.

Baca Juga: Larang Sebarkan Video Kekerasan Mario Dandy, Polisi: Dimohon dengan Hormat

Psikolog Meity Arianty, STP.,M.Psi.,Psikolog atau kerap disapa sebagai Mei mengungkapkan beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang bersikap arogan.

Sifat arogan seseorang biasanya disebabkan oleh faktor dari diri individu itu sendiri. Pemicunya karena orang tersebut memiliki kekuasaan, uang, jabatan, atau terdapat kebanggaan dalam dirinya.

“Sifat arogan seseorang biasanya karena faktor dari diri individu tersebut, biasanya muncul pada diri seseorang yang merasa memiliki kekuasaan, punya jabatan, punya uang, punya kebanggaan, punya pengaruh atau kedudukan,” ujar Mei kepada Pikiran-Rakyat pada Sabtu, 25 Februari 2023.

Baca Juga: Pakar Nilai Pola Asuh Orangtua Jadi Faktor Kebrutalan Mario Dandy, Singgung Kemandirian

Namun, bukan hanya orang dengan jabatan atau kekuasaan saja, sifat arogan ini juga bisa muncul pada diri seorang yang memiliki relasi dengan orang berkuasa tersebut, seperti orang tua, saudara, ataupun keluarga dekatnya.

“Jika bukan dirinya biasanya karena orang terdekat misal orang tuanya, saudaranya, keluarganya,” tutur Mei.

Mei menjelaskan bahwa sifat arogan merupakan racun yang mematikan. Orang yang memiliki sifat arogan ditambah kuasa yang mereka miliki, apabila tidak dapat mengendalikan diri dan emosinya sendiri, mereka akan menimbulkan kerugian bagi orang lain.

“Orang-orang yang arogan kerap tidak dapat mengontrol dirinya dan emosinya sehingga cukup mudah terpancing untuk melakukan tindakan agresif. Itu sebabnya orang bijak mengatakan bahwa arogansi adalah racun yg mematikan, baik buat diri sendiri maupun orang lain, sehingga yg digerogoti pertama kali adalah diri kita sendiri,” tutur Mei.

Baca Juga: David Korban Penganiayaan Mario Dandy Alami Diffuse Axonal Injury, Simak Gejala dan Penanganannya

Sifat Arogan Bisa Dihindari

Sifat arogan seseorang bisa juga dipengaruhi oleh kelompok sekitar kita, seperti kelompok pertemanan atau keluarga sekalipun. Namun, bukan tidak mungkin bahwa sifat arogan tersebut tidak bisa kita hindari begitu saja, walaupun kita memiliki kekuasaan dan kekuatan untuk melakukan apapun.

Menurut Mei, sifat atau tindakan yang arogan dapat dihindari dengan berlatih mengendalikan diri dan mengontrol emosi saat melakukan kegiatan sehari-hari. Melatih mengendalikan diri untuk tidak bersikap arogan sama halnya dengan melatih otot-otot tubuh kita setiap hari agar lebih kuat.

“Bisa banget dihindari jika kita mau, kepribadian itu bukan gak bisa berubah loh, dalam artian bisa bergeser, harus dilatih seperti otot yg dilatih setiap hari agar kuat, begitu pula kepribadian baik dapat dilatih. Lakukan hal-hal baik, belajar kendalikan diri, kontrol emosi dan kekuasaan yg kita miliki jadikan sebagai pijakan agar bijak dalam langkah.” jelas Mei.

Penanganan-penanganan secara medis untuk dapat mengendalikan diri dan emosi juga dapat dilakukan apabila dibutuhkan. Adapun penanganan media yang dapat dilakukan seperti dengan psikoterapi, konseling, ataupun obat dari dokter.***

Sentimen: netral (76.2%)