Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Yogyakarta, Bantul
Kasus: covid-19
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Senja Bersastra d'Gabusan Hanya Berpindah Tempat dari Titik Nol
Krjogja.com
Jenis Media: News

Penyair Nunung Rieta membacakan puisi pada Senja Bersastra d'Gabusan #2. (Foto: Effy Widjono Putro)
Krjogja.com - BANTUL - Dari Titik Nol ke Gabusan. Begitulah gelaran sastra yang dulu bernama Senja Bersastra di Malioboro menjadi Senja Bersastra d'Gabusan.
Sebelumnya Senja Bersastra di Malioboro (SBM) sempat mewarnai kawasan Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta, tepatnya di depan bekas gedung Senisono, sejak 20 Maret 2016 hingga 19 Nov 2019 dalam 36 episode.
Setelah vakum selama pandemi Covid -19, Januari lalu SBM telah menjadi Senja Bersastra d'Gabusan (SBG), bertempat di Pasar Seni Gabusan, Jalan Parangtritis, Sewon, Bantul. Dan Sabtu (18/2/2023) telah digelar untuk kedua kalinya.
"Kami tetap seperti semula seperti di Malioboro. Hanya pindah tempat, semula dari Titik Nol Yogya sekarang di Gabusan," tutur Agus Leyloor, koordinator lapangan/pemandu pertunjukan.
Bersastra di mana saja bahagia bersama, menjadi konsep dari gelaran SBG, tak berubah dengan saat sebagai SBM.
Masih bersama Komunitas Rondjeng, SBG ingin tetap memberikan kontribusi bagi perkembangan sastra dan seni pertunjukan di Yogyakarta khususnya, dan di Indonesia umumnya.
Siapapun, tak hanya penyair atau sastrawan, semua orang boleh tampil dan berkarya. Karena SBM digelar di tempat terbuka tanpa atap pula, orang lewat bahkan tak dikenal pun bisa berpartisipasi.
"Kita tidak pernah tahu hal kecil yang kita lakukan sekarang akan menjadi hal besar dan bermanfaat kelak di kemudian hari," tandas Dosen Jurusan Teater Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini
Mengawali SBG didukung tim terdiri dari Sri Yuliati sebagai Sekretaris, Heru Prasetyo (Ketua Komunitas Rondjeng), dan Ari Blothong, Leyloor berupaya agar gelaran ini berjalan tanpa kendala. Titik Nol Kilometer dan Pasar Seni Gabusan merupakan tempat umum dan penuh keramaian, masing-masing memiliki karakter berbeda.
Namun sampai penyelenggaraan kedua masih belum banyak yang terlibat. Pada SBG #2, misalnya, sebagai pengisi ada Teater Anyar yang membawakan 'dramatic reading' berjudul 'Jakarta 1998' karya Leyloor, Nunung Rieta membacakan puisi, dan beberapa spontanitas. Masih sedikitnya yang datang dan terlibat, kemungkinan belum familiar dengan tempat luas dan terbuka berbaur dengan berbagai aktivitas lain tersebut. Maka Leyloor berpikir memilih waktu selain malam Minggu. (Ewp)
Sentimen: positif (66.6%)