Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Tangerang, bandung, Semarang, Surabaya, Malang, Solo, Palembang, Manado, Denpasar
Waspada Jajanan Penyebab Diabetes Anak dan Bahaya Kandungan Gula di Susu Kental Manis
Pikiran-Rakyat.com
Jenis Media: Nasional

PIKIRAN RAKYAT - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan, kasus diabetes pada anak usia 0 hingga 14 pada 2023 meningkat 70 kali lipat dibandingkan 2010. Menurut catatan, 1.645 pasien anak penderita diabetes tersebar di 13 kota, yakni Kota Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Solo, Surabaya, Malang, Denpasar, Makassar, dan Manado.
Dari jumlah anak penderita diabetes tersebut, paling banyak dialami anak dengan rentang usia 10-14 tahun sebanyak 46,23 persen. Kemudian, 31,05 persen lainnya berusia 5-9 tahun, 19 persen berusia 0-4 tahun, dan 3 persen diderita anak usia lebih dari 14 tahun.
Meningkatnya kasus diabetes tipe 2 pada anak ini disebabkan berbagai pemicu. Salah satu pemicu itu adalah faktor jajanan yang ada di lingkungan sekitar. Apalagi, sejauh ini tak ada aturan terkait pembatasan gula pada jajanan yang dikonsumsi anak.
Seperti siswa kelas 6 SD di Kabupaten Tangerang, Anindya (11) yang mengaku sering minum minuman manis yang mudah didapatnya di kantin sekolah. Minuman manis tersebut dijual dengan harga mulai dari Rp1.000. Minuman manis tersebut dikonsumsinya hampir setiap hari.
Baca Juga: Diabetes Melitus Hantui Anak-anak Indonesia, Prevalensinya Capai 2 per 100.000 Jiwa
“Enggak dilarang kok (sama orang tua),” ucapnya.
Tidak hanya Anindya, teman-temannya pun juga kerap mengonsumsi minuman jenis serupa. Minuman manis itu awalnya dalam bentuk saset, dan kemudian diberi air dan tambahan es batu. Minuman tersebut dengan mudah dapat ditemukan tidak hanya di kantin sekolah, tetapi juga di luar kantin.
Bahaya Jajanan Anak
Ketua Umum IDAI, Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, jajanan yang tidak bergizi, kaya akan gula, serta karbohidrat memang dengan mudah ditemukan di sekitar anak. Namun, dalam jangka panjang akan berdampak pada kesehatan mereka.
“Makanan yang minim nutrisi tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit sindrom metabolik,” katanya.
Sindrom metabolik merupakan gangguan kesehatan yang terjadi secara bersamaan yang berkaitan dengan berbagai peningkatan risiko penyakit diantaranya penyakit jantung, stroke, dan diabetes.
Tidak hanya minuman manis dengan harga murah yang mudah ditemukan, minuman manis boba dengan harga premium juga kaya akan kandungan gula. Studi nutrisi yang diterbitkan National Center for Biotechnology Information (NCBI) menunjukkan satu gelas minuman kekinian dengan ukuran 16 ons melebihi batas atas asupan gula tambahan yang direkomendasikan oleh Komite Penasihat Pedoman Diet Amerika Serikat (AS) 2015. Satu gelas minuman boba tersebut dapat menghasilkan total kalori jauh di atas 16 persen dari total asupan energi.
Baca Juga: Penyakit Diabetes Bisa Sebabkan Gangguan Retina Mata
Begitu juga dengan es krim kekinian yang saat ini menjamur dan mudah ditemukan di berbagai daerah. Dalam satu gelas minuman boba sundae terkandung dari 260 takaran saji, memiliki kandungan kalori 364 kkal.
Selain itu, ada juga makanan tinggi kadar lemak yang mudah ditemukan di sekitar anak. Para orangtua dengan mudah menyajikannya dengan alasan praktis.
Piprim Basarah Yanuarso menjelaskan, jika anak sedari awal terus menerus diberi makanan tinggi indeks glikemik, dapat secara cepat meningkatkan gula darah dan menurunkannya kembali secara drastis. Dampaknya, insulin akan diproduksi terus menerus dan tinggi kadarnya di dalam darah, sehingga mengakibatkan pankreas bekerja ekstra dan menyebabkan diabetes.
Gaya hidup yang kurang bergerak seperti bermain gawai, juga turut mempengaruhi kesehatan anak serta mempercepat terjadinya penyakit generatif, penuaan dini karena terjadinya inflamasi kronik. Tak heran, diabetes tipe 2 yang biasanya dialami orang dewasa berusia 40 tahun ke atas, kini juga banyak menyerang remaja.
Bahaya Susu Kental Manis
Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat, dr. Tan Shot Yen mengatakan, kandungan gula yang tinggi pada susu kental manis juga dapat menyebabkan diabetes. Hal itu disebabkan kental manis mengandung tambahan gula yang tinggi dan protein yang sangat rendah, sehingga minim zat gizi bermanfaat
Dia mengatakan, 45 gram susu kental manis yang diencerkan hingga 150 cc untuk satu kali minum bisa mengandung kurang lebih 20 gram gula. Padahal, World Health Organization (WHO) telah menekankan konsumsi gula pada orang dewasa sebaiknya tidak lebih dari 25 gram dalam sehari.
Baca Juga: Hari Diabetes Sedunia: Berawal dari Catatan Kuno 1550 SM tentang Kencing Manis hingga Temuan Suntik Insulin
Lebih lanjut, dia mengemukakan, mau dikonsumsi dalam bentuk apapun, susu kental manis tetap saja bisa membahayakan tubuh. Baik itu hanya dijadikan sebagai topping, pelengkap, atau campuran pada makanan maupun minuman.
“Sejauh ini tidak tahu apa fungsi dari susu kental manis. Cuma buat ramai-ramai saja. Jadi ngeri apabila makanan ini dianggap lumrah walaupun tidak dipakai untuk diseduh dan dijadikan susu," kata Tan Shot Yen.
Dia menyampaikan, konsumsi susu kental manis dalam jangka panjang dan rutin bisa menyebabkan anak-anak berisiko mengalami obesitas dan diabetes. Kondisi itu dapat menyebabkan mekanisme insulin menjadi terganggu dan sel akan menjadi resisten terhadap efek insulin.
“Konsumsi gula secara berlebihan menyebabkan tubuh memerlukan lebih banyak insulin untuk menjaga kadar glukosa dalam darah tetap normal,” ujar Tan Shot Yen, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara, Kamis, 9 Februari 2023.
Seseorang yang mengalami resistensi insulin memiliki kadar insulin dalam darah yang lebih banyak. Kadar insulin yang meningkat dapat menyebabkan banyak glukosa dalam aliran darah yang disimpan dalam sel lemak sehingga tubuh menjadi cepat gemuk dan bisa menyebabkan kadar gula darah lebih tinggi yang meningkatkan risiko diabetes, terutama diabetes tipe 2.
Mengingat dampak dari diabetes, maka tak heran sejumlah negara di dunia menyatakan “perang” dengan diabetes. Singapura contohnya, sejak Oktober 2019 telah mengeluarkan larangan iklan minuman manis dalam kemasan dan mencantumkan label tidak sehat di kemasan.
Begitu juga Spanyol juga melarang iklan minuman manis, es krim dan cokelat untuk memerangi obesitas dan diabetes pada anak sejak 2021. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia mungkin sudah saatnya bisa mengikuti jejak negara lain dalam memerangi diabetes pada anak.***
Sentimen: positif (97%)