Sentimen
Negatif (57%)
9 Feb 2023 : 11.19
Informasi Tambahan

Event: Rezim Orde Baru, Hari Pers Nasional

Institusi: Dewan Pers

Kab/Kota: bandung, Yogyakarta

Sejarah Hari Pers Nasional, Digodok PWI pada Masa Soeharto

9 Feb 2023 : 11.19 Views 49

Fajar.co.id Fajar.co.id Jenis Media: Nasional

Sejarah Hari Pers Nasional, Digodok PWI pada Masa Soeharto

FAJAR.CO.ID — Puncak Hari Pers Nasional (HPN) 2023 diperingati di Kota Medan, Sumatera Utara, Kamis (9/2/2023).

Presiden Joko Widodo dijadwalkan menghadiri kegiatan tersebut.

HPN diperingati setiap tanggal 9 Februari ditetapkan pada masa Presiden Soeharto atau orde baru.

Peringatan ini berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 5 tahun 1985, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

PWI dibentuk di Surakarta dalam kongres pertamanya pada 9 Februari 1946.

Dikutip PWI, dalam sejarah mencapai Indonesia merdeka, wartawan Indonesia tercatat sebagai patriot bangsa bersama para perintis pergerakan di berbagai pelosok tanah air yang berjuang untuk menghapus penjajahan.

Di masa pergerakan, wartawan bahkan menyandang dua peran sekaligus, sebagai aktivis pers yang melaksanakan tugas-tugas pemberitaan dan penerangan guna membangkitkan kesadaran nasional dan sebagai aktivis politik yang melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan membangun perlawanan rakyat terhadap penjajahan.

Kedua peran tersebut mempunyai tujuan tunggal, yaitu mewujudkan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia.

Sejarah lahirnya pers itu berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dari sejarah lahirnya idealisme perjuangan bangsa mencapai kemerdekaan.

Di zaman revolusi fisik, lebih terasa lagi betapa pentingnya peranan dan eksistensi pers sebagai alat perjuangan, sehingga kemudian berkumpullah di Yogyakarta pada tanggal 8 Juni 1946 tokoh-tokoh surat kabar, tokoh-tokoh pers nasional, untuk mengikrarkan berdirinya Serikat Penerbit Suratkabar (SPS).

Kepentingan untuk mendirikan SPS pada waktu itu bertolak dari pemikiran bahwa barisan penerbit pers nasional perlu segera ditata dan dikelola, dalam segi idiil dan komersialnya.

Mengingat saat itu pers penjajah dan pers asing masih hidup dan tetap berusaha mempertahankan pengaruhnya.

Sebenarnya SPS telah lahir jauh sebelum tanggal 6 Juni 1946, yaitu tepatnya empat bulan sebelumnya bersamaan dengan lahirnya PWI di Surakarta pada tanggal 9 Februari 1946.

Karena peristiwa itulah orang mengibaratkan kelahiran PWI dan SPS sebagai “kembar siam”. Di balai pertemuan “Sono Suko” di Surakarta pada tanggal 9-10 Februari itu wartawan dari seluruh Indonesia berkumpul dan bertemu.

Yang datang beragam wartawan, yaitu tokoh-tokoh pers yang sedang memimpin surat kabar, majalah, wartawan pejuang dan pejuang wartawan

Pers menjadi salah satu media dalam membangun bangsa. Meski dalam perjalanannya kerap mengalami jatuh bangun dari masa ke masa.

Masa orde baru misalnya, kebebasan pers sempat dibatasi melalui Ketetapan MPRS No. XXXII/MPRS/1966 tentang Pembinaan Pers. Pasal 2 Ketetapan MPRS.

Peraturan Menteri Penerangan No. 03/Per/Menpen/1969 yang mengatur surat izin terbit (SIT) media.

Sementara itu, HPN telah digodok sebagai salah satu butir keputusan Kongres ke-28 Persatuan Wartawan (PWI) di Kota Padang, Sumatra Barat, pada 1978.

Pada sidang ke-21 Dewan Pers di Bandung tanggal 19 Februari 1981, kehendak tersebut disetujui oleh Dewan Pers untuk kemudian disampaikan kepada pemerintah sekaligus menetapkan penyelenggaraan Hari Pers Nasional. (selfi/fajar)

Sentimen: negatif (57.1%)