Sentimen
Informasi Tambahan
Hewan: Ayam
Institusi: UGM
Kasus: covid-19, stunting
Tokoh Terkait
Dimarahi Empat Profesor PTN Ternama, Menkes Budi Sebut Awalnya Konsultasi soal Stunting
Pikiran-Rakyat.com
Jenis Media: Nasional

PIKIRAN RAKYAT - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengaku sempat dimarahi empat profesor dari sejumlah perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia. Ternyata, ini karena pemberian biskuit pada penderita stunting masih marak dilakukan posyandu dan puskesmas selama beberapa waktu terakhir.
Menkes Budi mengungkapkan pengalaman dimarahi empat profesor saat hadir dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Program Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana) dan Penurunan Stunting di Jakarta pada Rabu, 25 Januari 2023.
Diakui Menkes Budi, saat itu, dirinya ingin berkonsultasi tentang pencegahan stunting hingga berakhir dengan dimarahi empat profesor dari perguruan tinggi negeri ternama itu.
Adapun angka stunting di Indonesia masih mencapai 21,6 persen menurut data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Baca Juga: Jokowi Sindir Kementerian dan Lembaga yang Keliru Beri Biskuit ke Anak Stunting: Jangan Cari Mudahnya
Menkes Budi lantas menegaskan bahwa makanan tambahan yang harus dikonsumsi oleh balita dengan berat badan kurang berasal dari protein hewani seperti daging ayam dan ikan.
"Kalau ditimbang, berat badan kurang, harus dikasih makanan tambahan. (Akibat) ini saya dimarahi sama semua profesor UI, Unhas, Undip, dan UGM," ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara News.
"Mereka bilang, 'jangan kasih karbohidrat biskuit, kasihlah protein hewani'," ujarnya menirukan ucapan teman-teman profesor itu.
Setelah dimarahi, Menkes Budi segera mengimbau masyarakat untuk memberi makanan tambahan yang benar-benar mengandung protein hewani.
Baca Juga: Menkes Beri Sinyal Vaksin Covid-19 Bakal Berbayar, Berikut Besarannya
"Jadi, (pemberian makanan tambahan) sekarang kasih telor, kalau nggak ada, kasih ikan," ujarnya lagi.
Berkaitan dengan pengalaman Menkes Budi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi peringatan agar pihak-pihak terkait tak menyepelekan anggaran pemerintah untuk memerangi stunting.
"Itu hanya cari gampangnya. Ada anggaran, ya paling gampang lelang. Lelang paling mudah, ya biskuit," ujar Jokowi dalam pernyataan di sela-sela acara Rakernas BKKBN itu.
Ditekankan Jokowi, dampak stunting pada perkembangan anak dapat hadir dengan berbagai macam seperti rendahnya tinggi badan dan kemampuan anak.
Baca Juga: Jokowi: Stunting Harus Turun Menjadi 14 Persen di 2024
"Dampak stunting ini bukan hanya urusan tinggi badan, tetapi yang paling berbahaya adalah rendahnya kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan munculnya penyakit-penyakit kronis yang gampang masuk ke tubuh anak," ujarnya menerangkan.
Diketahui, persentase terbesar penderita stunting berada di lima provinsi yakni Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatra Utara, dan Banten.
Untuk itu, Jokowi memerintahkan upaya bersama harus dilakukan untuk menurunkan angka stunting menjadi 14 persen pada 2024 mendatang.
"Menurut saya, (14 persen) bukan target yang sulit. Hanya kita mau atau tidak mau," ujarnya lagi.
Selain itu, Jokowi juga menyindir soal ketiadaan timbangan yang seharusnya tersedia di masing-masing posyandu dan puskesmas.
Terlebih, pengukuran berat atau tinggi badan anak-anak harus selalu diperhatikan dari waktu ke waktu.
"Timbangan harganya berapa sih? Timbangan digital harganya berapa sih? Kan murah banget, masa (Kemenkes) nggak bisa membelikan?" ujarnya melanjutkan.
"Mestinya (pengetahuan menghitung anggaran) lebih pandai Pak Menteri daripada saya. Jadi, tahun ini bisa diselesaikan semua," ujarnya.***
Sentimen: negatif (96.9%)