Sentimen
Informasi Tambahan
Hewan: Anjing
Kab/Kota: Manado
Tokoh Terkait
Malangnya Astuti, Nyaris Dijual ke Filipina dan Terpisah dari Orangtuanya
Pikiran-Rakyat.com
Jenis Media: Nasional

PIKIRAN RAKYAT - Orang utan berusia 2 tahun, Astuti berhasil diselamatkan Polsek Boalemo, Gorontalo. Primata itu diduga merupakan korban perdagangan satwa liar antarpulau, atau bahkan antarnegara.
Astuti diselamatkan ketika polisi melakukan razia pada 6 bulan lalu. Polres Boalemo, Gorontalo menghentikan mobil pickup dalam razia acak di jalan.
Dalam razia itu, polisi menemukan bayi orang utan Astuti, dan menangkap pengemudi serta keneknya.
Tak hanya Astuti, polisi juga berhasil menyelamatkan satwa lainnya seperti owa-owa, lutung, biawak, kura-kura, dan beberapa hewan lainnya. Total yang berhasil diselamatkan adalah 58 satwa.
Baca Juga: Nasib Tragis Noneng, Mertua Wowon yang Diperintah Dorong TKW ke Laut Berakhir Dibunuh Sang Menantu
Astuti kemudian dititipkan di kandang transit Kantor Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II BKSDA Gorontalo. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara, Askhari Masiki, mengatakan sopir dan kenek telah dijatuhi hukuman 5 bulan penjara dan denda Rp15 juta.
Pasalnya, Askhari Masiki yakin keduanya hanya kurir, bukan pemodal ataupu otak perencana penjualan satwa liar.
Bayi Orang Utan Itu Astuti
Nama Astuti diberikan para pengasuh di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki di Manado. Pengasuh juga sudah memeriksa Astuti dari tes DNA hingga organ lainnya.
“Dari tes DNA kita tahu Astuti adalah morio, Pongo pygmaeus morio, orang utan Kalimantan Timur,” kata Askhari.
Kepala SKW I Berau BKSD Kaltim, Dheny Mardiono bersama Askhari menjemput Astuti di Manado untuk diterbangkan ke Balikpapan, Kalimantan Timur.
“Di Labanan, Berau, fasilitas rehabilitasi orang utan yang kami jalankan. Astuti akan menjalani perawatan rehabilitasi, belajar di sekolah hutan, dan kelak dilepasliarkan kembali ke alam,” kata Direktur Eksekutif COP, Daniek Hendarto.
Astuti nantinya akan direhabilitasi untuk menyembuhkan luka luar dan luka psikologis seperti trauma, bila ada. Terlebih, Astuti telah dipisahkan dari orangtuanya saat masih bayi.
Hampir dipastikan induk Astuti dibunuh oleh pemburu. Sebab orang utan dewasa tidak akan menyerahkan bayinya begitu saja.
Selama direhabilitasi, Astuti akan belajar keterampilan bertahan hidup di alam bebas selayaknya orang utan. Dari memilih pakan, membuat sarang, dan sebagainya.
"Masa sekolah hutan bisa relatif sekali. Ada orang utan yang masih punya naluri liar yang besar, maka segera saja dia sudah bisa dilepasliarkan. Ada yang mungkin seperti Astuti ini yang belajar dari nol, termasuk bagaimana belajar bagaimana cara memanjat," kata Daniek menjelaskan.
Dari pengalaman, diperlukan tak kurang dari 6-7 tahun untuk bisa mencapai keterampilan memilih pakan dan membuat sarang, juga mengenal bahaya, agar para orang utan bisa hidup selamat di alam.
Askhari Masiki menduga Astuti dan satwa lainnya akan dijual ke Filipina sebagai hewan peliharaan seperti anjing atau kucing.***
Sentimen: positif (65.3%)