Sentimen
Negatif (64%)
25 Jan 2023 : 21.11
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Pasar Minggu, Duren Sawit, Pejaten Barat

Kasus: stunting

Heru Budi Hartono Telusuri Penyebab Anak Stunting Di Jakarta 

25 Jan 2023 : 21.11 Views 16

Akurat.co Akurat.co Jenis Media: News

Heru Budi Hartono Telusuri Penyebab Anak Stunting Di Jakarta 

AKURAT.CO Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan menelusuri lebih jauh kejadian stunting akibat gizi buruk pada sejumlah anak.

"Besok saya undang rapat seluruh pejabat eselon dua terkait bahasan itu," kata Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, di RPTRA Duren Sawit, Selasa (24/1/2023).

Heru mengatakan, dalam rapat pihaknya akan menguliti penyebab munculnya stunting di ibu kota. Padahal, Pemprov DKI Jakarta telah memiliki program ketahanan pangan memadai lewat beragam subsidi yang disalurkan ke masyarakat.

baca juga:

"Saya akan teliti kenapa dia bisa stunting, saya akan cek ke Dinsos penyebabnya apa. DKI sudah banyak berikan bantuan, kurang lebih 14 jaring pengaman sosial termasuk transportasi dan lain-lain," jelasnya.

Sebelumnya, kabar stunting di Jakarta disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo. Menurut dia, ada 19 anak di Jakarta menderita gizi buruk di Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Data BKKBN sejauh ini menyebut ada sekitar 790 ribu balita di Jakarta, kendati demikian ada sekitar 14 persen prevalensi stunting.

"Berarti masih ada sekitar 110 ribu balita stunting di Jakarta," kata Hasto dalam keterangan tertulis.

Diketahui, prevalensi stunting Jakarta di tingkat nasional berada di posisi kedua terendah setelah Bali. Hasto menuturkan, kondisi gizi buruk pada anak tersebut sebetulnya bisa diatasi. BKKBN sendiri memiliki program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS), di mana para donatur bisa memberikan bantuan untuk melakukan intervensi gizi kepada anak-anak berisiko stunting.

"Di Jakarta banyak pengusaha, banyak orang kaya. Harapan saya program Bapak Asuh Anak Stunting sukses di DKI dan akan cepat menurunkan stunting dan kemiskinan ekstrem," jelasnya.

Sentimen: negatif (64%)