Sentimen
Positif (100%)
24 Jan 2023 : 03.50
Informasi Tambahan

Agama: Islam, Kristen, Katolik

Kab/Kota: Yerusalem

Pendeta Wanita Pertama di Tanah Suci Yerusalem Ditahbiskan

24 Jan 2023 : 03.50 Views 13

Akurat.co Akurat.co Jenis Media: News

Pendeta Wanita Pertama di Tanah Suci Yerusalem Ditahbiskan

AKURAT.CO Di sejumlah bagian dunia Kristen, pendeta wanita bukan lagi hal yang aneh. Namun, hingga saat ini, belum pernah ada seorang wanita lokal ditahbiskan di Tanah Suci, tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam Alkitab.

Dilansir dari BBC, seorang wanita Palestina dari Yerusalem, Sally Azar, menjadi pendeta wanita pertama di sebuah acara pada Minggu (22/1) di gereja Lutheran di jantung Kota Tua. Acara tersebut dihadiri oleh ratusan pendukung internasional.

"Saya semakin senang menyaksikan kegembiraan orang-orang. Rasanya tak terlukiskan dapat mengambil langkah ini dengan dukungan gereja. Saya harap banyak anak perempuan dan wanita akan tahu kalau ini bukan hal yang mustahil dan akan ada wanita lain di gereja yang akan bergabung dengan kami. Saya tahu ini akan memakan waktu lama, tetapi saya pikir akan menyenangkan jika ada perubahan di Palestina," ungkap Pendeta Azar.

baca juga:

Umat Kristen merupakan minoritas di wilayah Palestina, Israel, dan Yordania. Sebagian besar penganut Kristen di sana tergabung dalam Gereja Ortodoks Yunani dan Katolik Latin yang tak mengizinkan pendeta wanita.

Di sisi lain, penahbisan wanita semakin marak di banyak Gereja Protestan dalam beberapa dekade terakhir. Gereja tersebut memiliki sedikit jemaat lokal serta menjalankan sekolah dan rumah sakit di Tanah Suci.

"Di wilayah dengan masyarakat dan budaya patriarkis, ini adalah langkah besar. Sejak saya ditahbiskan selama lebih dari 40 tahun, saya telah bertemu banyak orang yang berpikir ini mustahil. Namun, sekarang mereka melihat wanita benar-benar melayani sebagai pendeta, uskup, uskup agung. Kami tahu itu berhasil dan sebenarnya sesuai dengan Alkitab," tutur Antje Jackelen, Uskup Agung Gereja Swedia yang baru saja pensiun.

BBC

Di Timur Tengah, gereja-gereja di Lebanon dan Suriah telah menganugerahkan penahbisan bagi perempuan, sementara setidaknya seorang perempuan Palestina diketahui melayani di Amerika Serikat (AS).

Azar ditahbiskan oleh ayahnya, Uskup Sani Azar. Meski terinspirasi dari teladannya, ia mengaku tak pernah merasa tertekan untuk belajar teologi.

"Itu yang saya inginkan, yang harus saya lakukan," ucapnya.

Sebagai seorang pendeta, ia akan mengambil tugas yang berbeda, termasuk memimpin kebaktian dan kajian Alkitab di Yerusalem dan di Beit Sahour, Tepi Barat, untuk jemaat berbahasa Inggris.

"Ini hari yang sangat besar bagi kehidupan gereja kita. Langkah maju yang penting ini sudah terlambat," komentar Munther Isaac, Pendeta Lutheran Bethlehem dan Beit Sahour.

Ia pun berharap dapat memperkenalkan Pendeta Azar sebagai panutan di sekolah Lutheran lokal, yang mengajar anak-anak penganut Kristen dari semua tradisi dan Muslim.

Pendeta Isaac telah menulis sebuah buku dalam bahasa Arab tentang kepemimpinan perempuan dalam Alkitab dan mendukung penahbisan perempuan.

"Kita menerima pendeta wanita, kita menerima profesor wanita, kami menerima operasi bedah yang dilakukan oleh wanita. Jadi, aneh kalau kita masih harus berdebat apakah wanita dapat mengajar Alkitab atau melakukan sakramen. Terlepas dari kemajuan yang telah kita buat sebagai warga Palestina, dalam hal pemberdayaan perempuan dan hak-hak perempuan, masih ada pekerjaan yang harus dilakukan," pesannya.

Para pendukung Pendeta Azar pun yakin ia merupakan orang yang tepat untuk melawan stereotipe dan membuat gebrakan.[]

Sentimen: positif (100%)